budaya
Mengibarkan Haba Aneuk Nanggroe Atjeh (HANA). Diberdayakan oleh Blogger.
NATIJAH
NATIJAH
HUKUM DAN KRIMINAL
HUKUM DAN KRIMINAL
NANGGROE
NANGGROE
atjeh
atjeh
nasional
nasional
SYA'E
clean-5
HADIH MAJA
Home
/
/ Unlabelled
/ Dari Baghdad ke Samudra Pasai
Dari Baghdad ke Samudra Pasai
Posted by: Unknown Posted date: 03.43.00 / comment : 0
Ketibaan
laki-laki itu di Mas’ud Abad, sebuah kota di pinggiran Delhi, India, disambut
sangat baik. Sultan Delhi sendiri yang datang menyambutnya. Keduanya kemudian
tampak saling menunjukkan sikap hormat yang mendalam. Bahkan di luar kelaziman,
Sultan sendiri yang menyuguhkan sirih kepada tamunya itu. “Suatu penghormatan
yang tidak pernah ia lakukan kepada siapapun,” kata Ibnu Baththuthah dalam
Tuhfat An-Nazhzhar yang selesai ditulis pada 3 Dzulhijjah 756 hijriah (1355
masehi).
Laki-laki
itu adalah Amir Muhammad, seorang berdarah keturunan Dinasti ‘Abbasiyyah yang
nama lengkapnya Amir Ghaiyyatsuddin Muhammad bin ‘Abdul Qahir bin Yusuf bin
‘Abdul ‘Aziz bin Al-Khalifah Al-Mustanshir bi-Llah Al-‘Abbasiy. Kakek Amir
Muhammad, Abu Al-Qasim ‘Abdul Aziz, adalah saudara seayah Amirul Mu’minin
Al-Musta’shim bi-Llah, khalifah Bani ‘Abbas yang terakhir di Baghdad, wafat
pada 656 hijriah (1258 masehi).
Kedatangan
Amir Muhammad ke Delhi berawal dari kabar yang sampai ke telinganya bahwa Sultan
Muhammad Tughlaq (wafat 752 hijriah/1351 masehi), penguasa Delhi, adalah
seorang yang sangat mencintai Bani ‘Abbas. Sebab itulah muncul minatnya untuk
bernaung di bawah kesultanan Delhi. Di lain pihak, Sultan Delhi sangat gembira
dengan itikad tersebut maka ia segera mengundang Amir Muhammad untuk datang.
Saking suka-citanya atas kedatangan tamu besar itu, Sultan sempat mengatakan
kepadanya, “Andaikan saja saya belum membai’at Khalifah Abu Al-‘Abbas, sungguh
saya akan membai’at Tuan.”
Namun Amir
Muhammad menjawab bahwa ia juga terikat dalam bai’at yang sama. “Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda,” ujar Amir Muhammad kemudian,
“barangsiapa yang menghidupkan lahan terlantar, maka lahan itu jadi miliknya.
Dan Tuan telah menghidupkan kami.”
Ada
getar renyuh dalam ucapan tersebut. Terkenang kembali Baghdad yang jatuh ke
tangan orang-orang Mongol di tahun 656
hijriah/1258 masehi dan Khalifah Al-Mushta’shim billah yang syahid dalam
peristiwa tersebut. Sebuah peristiwa yang mengakibatkan kerugian besar bagi
Umat Islam, dan juga telah menyebabkan sebagian besar keturunan Bani ‘Abbas
terpaksa bersuaka ke kawasan-kawasan Islam yang lain.
Sultan
Muhammad Tughlaq memaklumi perasaan itu, dan lantas membalas ucapan Amir dengan
sangat halus dan penuh santun.
Kisah
kedatangan Amir Muhammad ke Delhi dituturkan Ibnu Baththuthah yang berada di
sana pada pertengahan abad ke-14. Pengembara asal Maghribi itu bahkan
mengatakan, mengenal Amir Muhammad dari dekat, dan keduanya telah menjalin
hubungan yang baik.
Lebih
separoh abad kemudian, di pantai utara Sumatera tersiar kabar tentang
kemangkatan seorang putera dari Amir Muhammad. Namanya Abdullah. Ia meninggal
dunia di Syammuthrah atau Samudra Pasai pada malam Jum’at, 23 Rajab 816 hijriah
(1414 masehi), dan telah dimakamkan di tempat yang hari ini bernama Gampong
Kuta Krueng, Kecamatan Samudera, Aceh Utara.
Di
Samudra Pasai, Amir ‘Abdullah disebut
sebagai Shadrul Akabir (baca: pemuka para pembesar). Sebuah sebutan yang
menyemburatkan rasa penghormatan yang tinggi. Betapa tidak, ia adalah salah
seorang cucu keturunan ‘Abdullah bin Al-‘Abbas (r.a.), yang merupakan sepupu
Rasulullah (saw.); sahabat yang terkenal sebagai ahli tafsir; dan juga bapak
dari Bani ‘Abbas. Tidak tertutup kemungkinan, istilah Shadrul Akabir ini juga
digunakan untuk menyebut pemangku sebuah jabatan tingkat atas dalam
kepemerintahan Samudra Pasai.
Latar
belakang kehadiran tokoh sepenting ini di Samudra Pasai belum diketahui pasti,
namun penuturan Ibnu Baththuthah tentang kedatangan Amir Muhammad ke Delhi
dapat memberikan suatu gambaran. Bagaimanapun, kecintaan Sultan Samudra Pasai
kepada Bani ‘Abbas serta loyalitasnya kepada Khalifah ‘Abbasiyah yang ketika
itu berkedudukan di Mesir, telah membawa Amir ‘Abdullah ke Kerajaan Islam yang
kawasan tinggalan sejarahnya, sekarang, berada di wilayah Kabupaten Aceh Utara,
Provinsi Aceh.
Ditambah
pula dengan kondisi politik di Delhi yang tidak stabil di penghujung abad
ke-14. Pada 801 hijriah (1399 masehi), Delhi dicaplok Timurlank. Hanya dalam 15
hari keberadaannya di Delhi, penguasa Samarkand yang dari pihak ibunya mengalir
darah Hulagu Khan dan Gengis Khan ini, telah membuat kota pusat kebudayaan
Islam di India itu menyaksikan hari-hari paling getir dalam sejarahnya. Kondisi
ini, barangkali, telah ikut menjadi sebab hijrahnya Amir ‘Abdullah ke Samudra
Pasai.
Pilihan
ke Samudra Pasai tampaknya juga didasari beberapa pertimbangan lain. Kemashuran
pusat kebudayaan Islam di kawasan India Belakang ini telah terdengar sampai
jauh. Sebagai sebuah bandar di jalur perdagangan yang mahapenting di antara
belahan barat dan timur Dunia, ia sudah lama menjadi tumpuan harapan kaum
pedagang dan pembisnis dari mancanegara. Dan ia semakin menanjak ke puncak
kemashuran ketika para sultan penguasanya tak henti berupaya membangunnya
menjadi sebuah pusat penyiaran Islam di Asia Tenggara. Pantas untuk tidak
disangsikan jika Samudra Pasai menjadi pilihan pertama dari tokoh keturunan
Khalifah Al-Mustanshir bi-Llah ini.
Makam
‘Abdullah di Gampong Kuta Krueng, Aceh Utara, yang terbuat dari batu marmer
menampilkan pula simbol-simbol yang menyiratkan guratan tarikh hidupnya di
Samudra Pasai. Ia telah terlibat langsung dalam pergerakan besar da’wah dan
penyebaran Islam di Asia Tenggara yang dipimpin Sultan Zainal ‘Abidin, penguasa
Samudra Pasai ketiga dari garis keturunan Sultan Al-Malik Ash-Shalih (wafat 696
hijriah/1297 masehi), pada paroh pertama abad ke-15. Beberapa relief kandil
(lampu), yang secara khusus melambangkan penyiaran Islam, terlihat pada monumen
makam yang sengaja dihadiahkan untuk mengenangnya.
Kalimat
Tauhid dan inskripsi ayat Al-Qur’an yang dipetik dari surah At-Taubah: 21
tampak menonjol di antara baris-baris kaligrafi ayat-ayat Al-Qur’an yang lain
pada makam itu. Ayat 21 surah At-Taubah
menerangkan pahala dan balasan yang kelak diterima oleh orang-orang yang
beriman, berhijrah dan berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan harta. Semua itu
sudah barangtentu terkait peran sang pemilik makam dalam menyebarkan Islam di
masa hidupnya.
Di
samping sebelah timur makam marmer itu juga terlihat beberapa makam lain. Satu
di antaranya, makam yang kedua nisannya juga terbuat dari marmer. Bentuknya
melengkung seperti kubah, dan dipenuhi kaligrafi Arab yang indah. Makam itu
adalah milik seorang puteri dari Al-Malik Al-Mu’azhzham (baca: raja yang
dipertuan agung) Paduka Raja di Samudra Pasai.
Nampaknya, ia seorang wanita pribumi, bernama Sitti Rahiman. Dari sisi
sejarah, keterkaitannya dengan Amir ‘Abdullah belum diketemukan keterangan
tegas, namun posisi makam mereka yang berdampingan memungkinkan kita untuk
menebak, mungkin, ia adalah wanita yang menjadi pedamping hidup cucu Khalifah
Al-Mustanshir bi-Llah ini di Samudra Pasai. Wanita yang pada nisan makamnya
juga terdapat relief kandil ini pulang ke rahmatullah pada 816 hijriah, selang
beberapa bulan setelah Amir ‘Abdullah wafat.
Agak
ke belakang dari kedua makam ini terdapat makam yang secara pasti diketahui
adalah milik putera dari Amir ‘Abdullah. Pada bagian puncak nisan sebelah kaki
terdapat inskripsi berbunyi: Al-Mustanshir bi-Llah. Mungkin, untuk menandakan
ia adalah keturunan Amirul Mu’minin di Baghdad. Ia telah wafat pada hari Jum’at
pada 836 hijriah (1433 masehi), lima tahun setelah kemangkatan Ratu yang
Dipertuan Agung di Samudra Pasai, Nahrasyiyah binti Sultan Zainal ‘Abidin.
Cukuplah
dalil, kemudian, untuk menyatakan sebuah pertalian yang kuat telah terjalin di
bentang hubungan antara Baghdad dan Samudra Pasai. Sebuah pertalian yang pada
gilirannya semakin mengemukakan kenyataan bahwa sejarah bangsa-bangsa Islam
adalah sejarah umat yang satu, tidak pernah dapat dipisahkan antara satu dengan
lainnya (misykah.com).
Tagged with:
Unknown
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
Popular Posts
-
Nafsiah Mboi, Usai Kondom Sekarang Minyak BabiSetelah membuat marah umat Islam melalui program 'Kondom'-nya, kini Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi menolak sertifikasi halal p...
-
Terduga Teroris di Bekasi Diduga Jaringan LamonganTEMPO.CO, Bekasi - Densus 88 Antiteror Mabes Polri mencokok Siswanto dan Abidin, dua orang terduga teroris, di Bekasi tadi malam. Penangk...
-
YasinTa baca yasin oeh lheuh seumbahyang bak jum'at malam yang that mulia Nue peu trang hate ban mandum insan yang baca Qu'ran...
-
Bireuen 600 Tahun Silam Bukan LegendaBerbagai legenda tentang Jeumpa dan Bireuen sering didengar dan dituturkan. Tapi, yang satu ini di luar itu semua. Ia adalah penanda...
-
5 Kali Sehari Aceh Dilanda GempaAceh - Warta Indonesia : Aceh kembali dilanda gempa, Gempa pertama yang berkekuatan 6,2 SR terjadi pada pukul 14.37 WIB berpusat di B...
-
Awas, Terompet dan Topi Tahun Baru Lambang PemurtadanTahun baru masehi identik dengan terompet dan topi kerucut. Tidak sedikit masyarakat Muslim yang ikut merayakannya, juga dengan meniu...