budaya
Mengibarkan Haba Aneuk Nanggroe Atjeh (HANA). Diberdayakan oleh Blogger.
NATIJAH
NATIJAH
HUKUM DAN KRIMINAL
HUKUM DAN KRIMINAL
NANGGROE
NANGGROE
atjeh
atjeh
nasional
nasional
SYA'E
clean-5
HADIH MAJA
Misi Kristen untuk Aceh
Posted by: Unknown Posted date: 23.12.00 / comment : 0
ACEH tidak hanya berduka dari segi fisik dihantam
gempabumi dan gelombang tsunami. Keimanan rakyat Aceh – terutama anak-anaknya– pun terancam
diporakporandakan misionaris Kristiani. Serbuan misionaris Kristen di Aceh bukan
mimpi. Seperti ungkap sebelumnya oleh The Washington Post, (13/1) kelompok
misionaris Kristen dari Virginia AS, WoldHelp, telah memindahkan 300 anak yatim
Aceh ke panti Kristen di Jakarta. Seperti dikutip koran Republika, WorldHelp,
kelompok misionaris itu, menjemput langsung anak-anak Aceh itu dari Banda Aceh
terus dibawa ke Jakarta, dan ditempatkan di keluarga-keluarga Kristen.
Dalam laporan koran ternama AS itu,
WorldHelp menyatakan bencana besar di Acehlah yang
membuat mereka membawa anak-anak itu. ”Di masa normal, Banda Aceh tertutup bagi
orang asing dan juga penyebar agama.” Demikian pernyataan WorldHelp di situs internetnya.
Tapi, lanjut organisasi keagamaan ini, karena kondisi darurat tak terelakkan, ada
gempa tektonik dan Tsunami, para misionaris memiliki hak untuk masuk dan menyebarkan agama mereka.
Menurut Washington Post, WorldHelp bekerja sama dengan kelompok Kristen
di Indonesia yang ingin menanamkan prinsip-prinsip Kristiani secepat mungkin. WorldHelp
menyebut anak-anak yang dibawanya kehilangan orang tua dan keluarganya. Rata-rata mereka berusia 12 tahun ke
bawah. ”Mereka trauma, yatim-piatu, tidak punya rumah, tak tahu mau pergi ke
mana, dan tak memiliki sesuatu untuk dimakan,” kata WorldHelp. Jika anak-anak itu tinggal bersama keluarga Kristen dan memeluk
Kristen, kata WorldHelp, mereka bisa membawa ajaran itu ke Aceh. ”Kita ingin
menjangkau Aceh lewat anak-anak
itu,” kata WorldHelp.
WorldHelp termasuk organisasi amal
dan keagamaan yang terjun ke Serambi Mekkah begitu Tsunami
menerjang pada 26 Desember lalu. Berbeda dengan organisasi sosial kemanusiaan
lainnya yang membantu, WordlHelp, seperti dikatakan Washington Post, membawa
misi untuk mengkristenkan anak-anak yang mereka bawa.
Presiden WorldHelp, Pendeta Vernon
Brewer, mengatakan organisasinya telah mengumpulkan 70 ribu dolar AS untuk Aceh.
Targetnya, kata Vernon, sampai 350 ribu dolar AS. Pemerintah Indonesia,
jelasnya, sudah memberikan izin WorldHelp untuk membawa anak-anak itu ke
Jakarta. ”Pemerintah Indonesia juga sadar bahwa mereka akan kami Kristenkan,”
kata Vernon kepada Washington Post. “Kita memberikan Injil karena korban bencana selalu mempertanyakan
keberadaan Tuhan,” kata Oliver Asher, juru bicara Advancing Native Missions.
Bisa dibayangkan, sambungnya, ada
gelompang setinggi 15 meter dan banyak korban jatuh, tentu mereka bertanya-tanya soal Tuhan. Operation
Mobilization, organisasi keagamaan berbasis di Tyrone, AS, juga telah
mengumpulkan 60 ribu dolar AS. Douglas R
Barclay, wakil presiden organisasi itu, mengatakan pihaknya mendukung kegiatan
3.700 misionaris di 110 negara. Satu lagi, Samaritan’s Purse of Boone, kelompok
Evangelis terkenal di AS, engatakan pihaknya sudah masuk ke Aceh.
Pendeta Franklin Graham mengatakan
Aceh memang terlalu sensitif, tetapi mereka sudah melakukan upaya upaya besar
di sana. Samaritan juga menyebarkan Kristen di Iraq begitu AS menjajah negeri itu.
Relawan FPI, seperti dilaporkan tempointeraktif.com, juga melihat sejumlah bantuan yang
disalurkan melalui PMI bermuatan unsur misi Kristen. Ada ratusan kardus bantuan
yang kemasannya bertulis Jesus Loves You. Ketua FPI Sobri Lubis, menyesalkan
adanya bantuan
bermotifkan SARA seperti itu. Ia katakan: “Kalau mau bantu ya bantu saja, jangan memberikan doktrin-doktrin. Ini kan seperti mengail ikan di air lumpur. Ada juga pengiriman
kaos-kaos bergambar porno yang diduga dikirim dari Medan.
bermotifkan SARA seperti itu. Ia katakan: “Kalau mau bantu ya bantu saja, jangan memberikan doktrin-doktrin. Ini kan seperti mengail ikan di air lumpur. Ada juga pengiriman
kaos-kaos bergambar porno yang diduga dikirim dari Medan.
Para misionaris Kristen tentu paham
bahwa Aceh adalah wilayah Muslim. Tetapi, mereka memanfaatkan kesempatan untuk
menyebarkan misi. Dan itu bukan cerita baru. Kelompok-kelompok Kristen
evangelis sering muncul di televisi atau kebaktian-kebaktian massal dengan
acara penyembuhan ajaib, mengeksploitasi
orang-orang yang lemah dan sengsara karena terserang penyakit atau penderitaan
tertentu. Kemudian dengan menggunakan teknik pengobatan mirip hipnotis, mereka
menyembuhkan si pesakit.
Dikatakan kepada pesakit, bahwa kalau
mereka percaya kepada Tuhan Jesus, maka mereka akan sembuh.
Ketika ramai-ramai masalah RUU Pendidikan Nasional, Abdurrahman Wahid pernah
diterapi semacam ini oleh sejumlah pendeta misionaris, tetapi ternyata gagal
untuk dapat melihat kembali.
Sejak dulu, para misionaris Kristen sadar benar, bahwa
wilayah Muslim adalah wilayah yang paling sulit ditaklukkan misi Kristen. J.
Christy Wilson, seorang misionaris Kristen, menyatakan, “Evangelism for Mohammedans
is probably the most difficult of all missionary tasks.¨ (Misi Kristen
terhadap pengikut Muhammad mungkin merupakan tugas misionaris yang paling
berat) (The Moslem World Journal, Oct. 1946).
Para evangelis Kristen, sejak dulu, berusaha menaklukkan dunia Islam dengan bebagai cara. Mereka percaya, kaum Muslim bisa ditaklukkan dengan kasih dan argumentasi. Kata-kata Henry Martin, misionaris terkenal, “I come to meet the Moslems, not with arms but with words, not by force but by reason, not in hatred but in love.” Misonaris lainnya, Raymond Lull, juga menyatakan, bahwa Islam tidak dapat ditaklukkan dengan “darah dan air mataà ‚¨, tetapi dengan “cinta kasih¨ dan doa. (by love and prayers, and the pouring out of tears and blood).
Para evangelis Kristen, sejak dulu, berusaha menaklukkan dunia Islam dengan bebagai cara. Mereka percaya, kaum Muslim bisa ditaklukkan dengan kasih dan argumentasi. Kata-kata Henry Martin, misionaris terkenal, “I come to meet the Moslems, not with arms but with words, not by force but by reason, not in hatred but in love.” Misonaris lainnya, Raymond Lull, juga menyatakan, bahwa Islam tidak dapat ditaklukkan dengan “darah dan air mataà ‚¨, tetapi dengan “cinta kasih¨ dan doa. (by love and prayers, and the pouring out of tears and blood).
Bagi para misionaris Kristen ini, mengkristenkan kaum Muslim adalah satu keharusan. Jika tidak, maka dunia
pun akan diislamkan. Dalam laporan tentang “Centenary Conference on the Protestant Missions of the World¨
di London tahun 1888, tercatat ucapan Dr. George F. Post, “We must meet
Pan-Islamism with pan-Evangelism. It is a fight for life.” Selanjutnya, dia
berpidato, “OK we must go into Arabia; we must go into the Soudan; we must go
into central Asia; and we must Christianize
these people or they will march over their deserts, and they will sweep like a
fire that shall devour our Christianity and destroy it.¨ Ringkasnya,
misionaris ini menyatakan: Kristenkan orang Islam, atau mereka akan mengganyang Kristen! Misi Kristen harus dijalankan.
Sebab dalam pandangan kaum Kristen, misi Kristen adalah kewajiban utama mereka.
Jika kaum Muslim diwajibkan untuk berdakwah dan menyeru umat manusia untuk
memeluk Islam, maka kaum Kristen juga memiliki ideologi misi semacam itu. Dalam
soal ideologi misi Kristen, tidak ada perbedaan antar berbagai kelompok
Kristen, baik Protestan maupun Katolik.
Bahkan, setelah Konsili Vatikan II,
yang sering dikatakan membawa angin
segar bagi hubungan antar-agama, misi kewajiban menjalankan misi Kristen ke
seluruh dunia tetap
ditekankan. Dalam “The Decree on the Missionary Activity of the Church¨ (Ad Gentes), disebutkan, bahwa “Gereja memiliki tugas suci untuk menyebarkan Injil kepada seluruh
bangsa dan seluruh manusia.¨ Sebab itu, semua manusia harus dikonversi ke dalam Jesus, dikenalkan kepada Jesus oleh misi Gereja, dan semua harus disatukan dengan cara dibaptis ke dalam Gereja dan tubuh Kristus.
ditekankan. Dalam “The Decree on the Missionary Activity of the Church¨ (Ad Gentes), disebutkan, bahwa “Gereja memiliki tugas suci untuk menyebarkan Injil kepada seluruh
bangsa dan seluruh manusia.¨ Sebab itu, semua manusia harus dikonversi ke dalam Jesus, dikenalkan kepada Jesus oleh misi Gereja, dan semua harus disatukan dengan cara dibaptis ke dalam Gereja dan tubuh Kristus.
Dokumen Ad Gentes disetujui dengan
voting para peserta Konsili dengan suara 2394 setuju dan 5 menolak. Dokumen ini diumumkan oleh Paus Paulus VI pada 18 November
1965. Bishop Donal Lamont, seorang peserta Konsili, menyatakan, bahwa Dekrit ad Gentes (artinya: kepada bangsa-bangsa), adalah dokumen yang paling tegas dalam sejarah Konsili
Gereja. Dokumen ini menekankan, bahwa semua Gereja adalah misionaris. (The whole Church is missionary.
1965. Bishop Donal Lamont, seorang peserta Konsili, menyatakan, bahwa Dekrit ad Gentes (artinya: kepada bangsa-bangsa), adalah dokumen yang paling tegas dalam sejarah Konsili
Gereja. Dokumen ini menekankan, bahwa semua Gereja adalah misionaris. (The whole Church is missionary.
Missionary work is the task of the whole People of
God, as a fundamental duty. No other Council has ever insisted this so
strongly). Dalam pidatonya, Evangelii Nuntiandi, 8
Desember 1975, Paus Paulus VI menyatakan, bahwa “evangelisasi adalah proklamasi Tuhan Jesus kepada umat manusia yang belum mengenalnya.¨
Desember 1975, Paus Paulus VI menyatakan, bahwa “evangelisasi adalah proklamasi Tuhan Jesus kepada umat manusia yang belum mengenalnya.¨
Sebuah jargon populer dalam Konsili
Vatikan II ialah: “Nulla gens tam fera
est ut Christi Evangelii capax non sit, neque tam culta Ut Evangelio non
indigeat.¨ (Tidak ada bangsa yang terlalu primitif sehingga tidak cocok
dengan misi Kristen, dan tidak ada bangsa yang terlalu maju sehingga tidak
membutuhkan misi Kristen).Paus Yohanes Paulus II juga menyatakan, bahwa “Islam bukanlah agama penyelamatan. Tidak ada tempat dalam
Islam, untuk Salib dan Kebangkitan Jesus.¨ (Islam is not a religion of redemption. There is no room for the Cross and Resurrection). (Lihat, Vittorio Messori, Crossing The
Threshold of Hope by His Holiness John Paul II, Alfred A. Knopf, New York, 1994, hal. 92).
Maka, dalam “Redemptoris Missio”, 7 Desember 1990, Paus Yohanes Paulus II menyerukan: “Bukalah pintu buat Kristus, wahai manusia di mana saja.¨ Kata Paus, “Open the doors to Christ, people everywhere! Anda tidak akan kehilangan kebebasan anda dengan membuka diri anda terhadap Kata-kata Tuhan. Jumlah orang yang tidak mengenal Kristus terus bertambah.
Islam, untuk Salib dan Kebangkitan Jesus.¨ (Islam is not a religion of redemption. There is no room for the Cross and Resurrection). (Lihat, Vittorio Messori, Crossing The
Threshold of Hope by His Holiness John Paul II, Alfred A. Knopf, New York, 1994, hal. 92).
Maka, dalam “Redemptoris Missio”, 7 Desember 1990, Paus Yohanes Paulus II menyerukan: “Bukalah pintu buat Kristus, wahai manusia di mana saja.¨ Kata Paus, “Open the doors to Christ, people everywhere! Anda tidak akan kehilangan kebebasan anda dengan membuka diri anda terhadap Kata-kata Tuhan. Jumlah orang yang tidak mengenal Kristus terus bertambah.
Sejak akhir Konsili Vatikan II jumlah
itu menjadi dua kali lipat. (Karena
itu), saatnya telah tiba untuk menghimpun segala energi Gereja untuk
menjalankan evangelisasi dan misi Kristen kepada semua umat manusia. (Lihat,
Joseph Donders, (ed.), John Paul II: The Encyclicals in Everyday Language,
Orbis Book, New York, 1996, hal. 144-145).
Begitulah semangat kaum Kristen Katolik dalam menjalankan misi Kristen. Padahal, pada saat yang sama, dalam dokumen Konsili Vatican II yang lain (nostra aetate), mereka juga menyatakan, bahwa mereka menghormati kaum Muslim. Kaum Muslim dikatakan menyembah satu Tuhan. Meskipun selama berabad-abad antara Muslim dan Kristen terlibat dalam konflik dan permusuhan, kaum Muslim didesak untuk melupakan masa lalu dan
bekerjasama untuk mewujudkan keadilan sosial, nilai-nilai moral, perdamaian, dan kebebasan.
Begitulah semangat kaum Kristen Katolik dalam menjalankan misi Kristen. Padahal, pada saat yang sama, dalam dokumen Konsili Vatican II yang lain (nostra aetate), mereka juga menyatakan, bahwa mereka menghormati kaum Muslim. Kaum Muslim dikatakan menyembah satu Tuhan. Meskipun selama berabad-abad antara Muslim dan Kristen terlibat dalam konflik dan permusuhan, kaum Muslim didesak untuk melupakan masa lalu dan
bekerjasama untuk mewujudkan keadilan sosial, nilai-nilai moral, perdamaian, dan kebebasan.
Dalam sebuah tulisannya yang berjudul
“Konsili Vatikan II dan Dialog
Antar-Agama di Indonesia¨, TH Sumartana, mencatat, “Konsili Vatikan II
mengubah peta hubungan
antaragama, baik pada tingkat dunia, maupun merembes sampai pada tingkat lokal; merambah pada tingkat global dan mempunyai pengaruh mendalam dalam kehidupan
jemaat-jemaat lokal. Bukan hanya umat Kristiani saja yang dengan gembira merujuk pada dokumen Konsili Vatikan II, akan tetapi juga dengan senang hati banyak penganut
agamalain menunjuk dokumen tersebut selaku sebuah milik dan pencapaian bersama.
Dokumen tersebut diterima sebagai sebuah harapan, sebagai munculnya semangat baru dalam menjalankan dialog antaragama.” (Lihat, buku Gereja Indonesia Pasca vatikan II, Refleksi dan Tantangan, Kanisius, Yogyakarta, 1997, hal. 353-356).
antaragama, baik pada tingkat dunia, maupun merembes sampai pada tingkat lokal; merambah pada tingkat global dan mempunyai pengaruh mendalam dalam kehidupan
jemaat-jemaat lokal. Bukan hanya umat Kristiani saja yang dengan gembira merujuk pada dokumen Konsili Vatikan II, akan tetapi juga dengan senang hati banyak penganut
agamalain menunjuk dokumen tersebut selaku sebuah milik dan pencapaian bersama.
Dokumen tersebut diterima sebagai sebuah harapan, sebagai munculnya semangat baru dalam menjalankan dialog antaragama.” (Lihat, buku Gereja Indonesia Pasca vatikan II, Refleksi dan Tantangan, Kanisius, Yogyakarta, 1997, hal. 353-356).
Pada faktanya, dokumen-dokumen
Konsili Vatikan itu seperti saling bertabrakan. Jika dikatakan, bahwa keselamatan
sudah dapat dicapai melaluin agama lain, di luar Kristen, mengapa kaum Kristen masih diwajibkan menjalankan misi
Kristen, bahkan dinyatakan, semua manusia harus dibaptis? Mengapa mereka ngotot
untuk mengarahkan misi Kristen kepada kaum
non-Kristen, di luar negara-negara Barat? Mengapa usaha Kristenisasi tidak
diarahkan kepada orang-orang Barat yang jelas-jelas mengalami de-Kristenisasi? Mengapa misi Kristen tidak diarahkan kepada George W. Bush atau Ariel Sharon yang jelas-jelas menjadi sumber ketidaktenteraman dunia dan begitu banyak melanggar aturan main internasional? Mengapa Kristenisasi masih saja diarahkan kepada kaum yang sudah memeluk agamanya masing-masing?
diarahkan kepada orang-orang Barat yang jelas-jelas mengalami de-Kristenisasi? Mengapa misi Kristen tidak diarahkan kepada George W. Bush atau Ariel Sharon yang jelas-jelas menjadi sumber ketidaktenteraman dunia dan begitu banyak melanggar aturan main internasional? Mengapa Kristenisasi masih saja diarahkan kepada kaum yang sudah memeluk agamanya masing-masing?
Kaum Kristen perlu memikirkan masalah
ini dengan serius. Di Indonesia, sejak dulu, sudah
disarankan, agar penyebaran agama tidak diarahkan kepada orang-orang yang sudah
memeluk agamanya masing-masing. Namun, kaum misionaris Kristen selalu menolak
hal itu,
sebab mereka mengaku, bahwa menjalankan misi Kristen adalah kewajiban dasar mereka sebagai seorang Kristen. Pada 3 Oktober 1967, Majelis Dakwah Pelajar Islam Indonesia (PII) mengeluarkan seruan: “Menyerukan kepada kaum Kristen/Katolik untuk menghentikan usaha-usaha provokatif propaganda-propaganda/bujukan-bujukan dengan cara apa pun terhadap umat Islam.”
sebab mereka mengaku, bahwa menjalankan misi Kristen adalah kewajiban dasar mereka sebagai seorang Kristen. Pada 3 Oktober 1967, Majelis Dakwah Pelajar Islam Indonesia (PII) mengeluarkan seruan: “Menyerukan kepada kaum Kristen/Katolik untuk menghentikan usaha-usaha provokatif propaganda-propaganda/bujukan-bujukan dengan cara apa pun terhadap umat Islam.”
Seruan semacam itu banyak sekali
ditujukan kepada kaum Kristen. Tetapi, tentu saja sulit dipenuhi. Dalam Musyawarah
Kerukunan Umat Beragama tahun 1967, pihak Kristen menolak keras usulan pihak
Islam untuk menyepakati klausul “tidak menjadikan
umat yang
beragama sebagai sasaran penyebaran agama masing- masing.¨ Alasannya, agama Kristen adalah agama misioner dan manusia memiliki hak asasi untuk berpindah agama.
Menurut catatan Karel Steenbrink, Letjen TNI (Purn) TB Simatupang sebagai salah satu Ketua PGI “bertarung bagaikan singa untuk membela posisi Kristen.¨ (Lihat, Jan S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia, BPK, Jakarta, 2004, hal. 391).
beragama sebagai sasaran penyebaran agama masing- masing.¨ Alasannya, agama Kristen adalah agama misioner dan manusia memiliki hak asasi untuk berpindah agama.
Menurut catatan Karel Steenbrink, Letjen TNI (Purn) TB Simatupang sebagai salah satu Ketua PGI “bertarung bagaikan singa untuk membela posisi Kristen.¨ (Lihat, Jan S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia, BPK, Jakarta, 2004, hal. 391).
Bagaimana pun, kata Berkhof, “Indonesia
adalah suatu daerah Pekabaran Injil yang diberkati Tuhan dengan hasil yang
indah dan besar atas penaburan bibit Firman Tuhan Jadi tugas zending
gereja-gereja muda di benua ini masih amat luas dan berat. Bukan saja sisa kaum
kafir yang tidak seberapa banyak itu, yang perlu mendengar kabar kesukaan,
tetapi juga kaum Muslimin yang besar, yang merupakan benteng agama yang sukar
sekali dikalahkan
oleh pahlawan-pahlawan injil.
oleh pahlawan-pahlawan injil.
Apalagi bukan saja rakyat jelata,
lapisan bawah, yang arus ditaklukkan untuk Kristus, tetapi juga dan terutama
para pemimpin masyarakat, kaum cendikiawan, golongan atas
dan tengah.” Jadi, bagi kaum misionaris Kristen, pemurtadan terhadap anak-anak Muslim, anak-anak terlantar, kaum dhu’afa, korban bencana alam, dan lain-lain, adalah sebuah tugas
suci dari Tuhan. Bentuk-bentuk pemurtadan semacam ini, mudah dilihat dan segera menarik simpati banyak kalangan Muslim. Yang perlu dicermati juga, sebagaimana disarankan Berkhof, adalah pemurtadan kalangan cendekiawan dan pemimpin masyarakat Muslim.
Meskipun namanya masih Muslim, tetapi pola pikir dan hatinya sudah menjadi laksana “Kristen”. Ada kalangan semacam ini yang begitu kencang teriaknya jika kaum Kristen tertimpa masalah, tetapi jika saudaranya Muslim tertimpa masalah, mereka terdiam. Bahkan, tidak jarang, mereka rajin “menggebuki” kaum Muslim sendiri. Kaum Muslim tidak bisa hanya menyalahkan kaum Kristen karena menyebarkan agama mereka . Sebab, itu sudah menjadi keyakinan mereka. Yang perlu dilakukan kaum Muslim adalah meningkatkan kemampuan dakwah mereka, agar mampu menyadarkan para pemuka-pemuka Gereja, bahwa kepercayaan yang mereka pegang selama ini keliru, karena itu seyogyanya mereka tidak patut menyebarkannya kepada umat manusia. Jika Gospel itu sendiri begitu bermasalah, bagaimana mungkin umat manusia diajak untuk mengimaninya?
dan tengah.” Jadi, bagi kaum misionaris Kristen, pemurtadan terhadap anak-anak Muslim, anak-anak terlantar, kaum dhu’afa, korban bencana alam, dan lain-lain, adalah sebuah tugas
suci dari Tuhan. Bentuk-bentuk pemurtadan semacam ini, mudah dilihat dan segera menarik simpati banyak kalangan Muslim. Yang perlu dicermati juga, sebagaimana disarankan Berkhof, adalah pemurtadan kalangan cendekiawan dan pemimpin masyarakat Muslim.
Meskipun namanya masih Muslim, tetapi pola pikir dan hatinya sudah menjadi laksana “Kristen”. Ada kalangan semacam ini yang begitu kencang teriaknya jika kaum Kristen tertimpa masalah, tetapi jika saudaranya Muslim tertimpa masalah, mereka terdiam. Bahkan, tidak jarang, mereka rajin “menggebuki” kaum Muslim sendiri. Kaum Muslim tidak bisa hanya menyalahkan kaum Kristen karena menyebarkan agama mereka . Sebab, itu sudah menjadi keyakinan mereka. Yang perlu dilakukan kaum Muslim adalah meningkatkan kemampuan dakwah mereka, agar mampu menyadarkan para pemuka-pemuka Gereja, bahwa kepercayaan yang mereka pegang selama ini keliru, karena itu seyogyanya mereka tidak patut menyebarkannya kepada umat manusia. Jika Gospel itu sendiri begitu bermasalah, bagaimana mungkin umat manusia diajak untuk mengimaninya?
Kaum Muslim tidak sepatutnya bersifat
pasif dan defensif dalam menyadarkan pihak Kristen, tetapi perlu bersifat agresif
dan lebih aktif mendakwahi para misionaris Kristen
itu agar mereka sadar. Keaktifan dakwah kaum Muslim ini sangat diperlukan untuk mengimbangi agresivitas kelompok-kelompok Kristen evangelis, agar tercipta sebuah “balancing of power” dalam penyebaran agama. (KL, 14 Januari 2005). (hidayatullah.com)
itu agar mereka sadar. Keaktifan dakwah kaum Muslim ini sangat diperlukan untuk mengimbangi agresivitas kelompok-kelompok Kristen evangelis, agar tercipta sebuah “balancing of power” dalam penyebaran agama. (KL, 14 Januari 2005). (hidayatullah.com)
Tagged with:
atjeh
Unknown
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
Popular Posts
-
Terduga Teroris di Bekasi Diduga Jaringan LamonganTEMPO.CO, Bekasi - Densus 88 Antiteror Mabes Polri mencokok Siswanto dan Abidin, dua orang terduga teroris, di Bekasi tadi malam. Penangk...
-
YasinTa baca yasin oeh lheuh seumbahyang bak jum'at malam yang that mulia Nue peu trang hate ban mandum insan yang baca Qu'ran...
-
Nafsiah Mboi, Usai Kondom Sekarang Minyak BabiSetelah membuat marah umat Islam melalui program 'Kondom'-nya, kini Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi menolak sertifikasi halal p...
-
Bireuen 600 Tahun Silam Bukan LegendaBerbagai legenda tentang Jeumpa dan Bireuen sering didengar dan dituturkan. Tapi, yang satu ini di luar itu semua. Ia adalah penanda...
-
5 Kali Sehari Aceh Dilanda GempaAceh - Warta Indonesia : Aceh kembali dilanda gempa, Gempa pertama yang berkekuatan 6,2 SR terjadi pada pukul 14.37 WIB berpusat di B...
-
Awas, Terompet dan Topi Tahun Baru Lambang PemurtadanTahun baru masehi identik dengan terompet dan topi kerucut. Tidak sedikit masyarakat Muslim yang ikut merayakannya, juga dengan meniu...