budaya
Mengibarkan Haba Aneuk Nanggroe Atjeh (HANA). Diberdayakan oleh Blogger.
NATIJAH
NATIJAH
HUKUM DAN KRIMINAL
HUKUM DAN KRIMINAL
NANGGROE
NANGGROE
atjeh
atjeh
nasional
nasional
SYA'E
clean-5
HADIH MAJA
Menyusuri Makam Raja Jeumpa
Posted by: Unknown Posted date: 22.28.00 / comment : 0
Mengawali
sejarah Kabupaten Bireuen, dulunya dikenal wilayah Jeumpa. Baru setelah
pemekarannya dengan kabupaten induk yakni Aceh Utara, nama Bireuen semakin
berkibar sejalan dengan pesatnya pembangunan yang digenjot beberapa tahun
terakhir.
Begitupun,
asal muasal Jeumpa tak mudah dilupakan orang. Untuk itu Kompas.com mencoba
menelisik sepintas sebuah situs sejarah yang berkaitan erat dengan penamaan
Jeumpa dimaksud. Adalah sebuah perbukitan Cot Keujruen, Desa Blang Seupeung,
Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen, Aceh.
Di
sana, terdapat hamparan batu nisan memadati areal perkuburan dengan lokasi
curam dan tinggi. Bila kurang berhati-hati menaikinya, bisa saja terpeleset
bahkan terseret jatuh di badan bukit yang dipenuhi semak belukar dan puluhan
batang kayu besar di sekeliling. Kesan tak terawat menambah aksen seram setiba
di puncak bukit.
Terdapat
beberapa gundukan batu berukuran sedang dan besar serta diselingi beberapa
nisan. Salah satunya adalah Makam Raja Jeumpa. Dari sejarah dihimpun,
menyebutkan adalah seorang raja bergelar Raja Abdullah yang berasal dari India
belakang masuk ke Kuala Jeumpa (pelabuhan peradagangan masa itu) pada abad ke
VII atau VIII.
Akhirnya
sang raja bersama istrinya Ratna Kumala menetap di sana dan dinobatkan menjadi
raja. Di sana Raja Abdullah menamakan negeri itu sesuai nama negeri asalnya,
yakni "Khampia" yang artinya harum, wangi dan semerbak. Sang raja
memiliki dua anak, yakni Siti Geulima dan Raja Jeumpa.
Setelah
dewasa, Raja Jeumpa memimpin kerajaan di sekitar perbukitan Peudada hingga
Pante Krueng Peusangan. Istananya terletak di Blang Seupung yang dulunya
terkenal sebagai bandar pelabuhan besar. Masa kejayaannya diakui benar dengan
peninggalan benda-benda di sekitar lokasi tersebut.
Berdasarkan
ikhtisar Raja Jeumpa yang ditulis oleh Ibrahim Abduh yang disadurnya dari
Hikayat Raja Jeumpa, membuktikan hasil observasi di sekitar daerah yang
diperkirakan sebagai tapak mahligai Kerajaan Jeumpa ditemukan cermin pintu atau
jendela setebal enam mili, cincin (bisa muat di jari kaki), anting (sebesar
gelang tangan), tali leher, serta kolam pemandian bagi orang-orang istana.
Begitupun
sekelumit kisah ringkas di atas sana semakin langka diketahui dan bahkan nama
pelaku sejarah itu tak diketahui oleh khalayak ramai khususnya di Bireuen.
Kalaupun pernah mendengar hanya sebatas gelar namanya saja yakni Raja Jeumpa,
sedang sejarah, silsilah dan bahkan makamnya pun terabaikan begitu saja.
Ironisnya
lagi, ketika menyambangi makam raja terkenal pada zamannya itu hanya seonggok
batu berukuran besar yang membuktikan bahwa benar itu sebuah makam. Kondisi
malam cukup jauh dari kesan terawat.
Penuturan
seorang warga Zumairi (42 tahun), selama ini perawatan seadanya dengan
bergotong-royong membersihkan areal kuburan dilakukan masyarakat setempat.
Sedangkan dari dinas atau pemkab setempat belum dilakukan.
Untuk
makam Raja Jeumpa itu sendiri, terlihat berbeda dengan makam-makam yang
terdapat di sana. Selain letaknya tepat berada di puncak bukit dengan
ketinggian lebih kurang 15 hingga 20 meter, batu yang terdapat di makam juga
berukuran besar dan tertinggi dari barisan kuburan lain.
"Sejak
kecil warga di sini terbiasa diceritakan tentang sejarah makam tersebut, namun
susah juga mengisahkan jika ada orang bertanya," jelas Zumairi.
Ia
mengaku, banyak pengunjung dari luar Aceh bahkan luar Indonesia kerap berziarah
ke makam ini yang biasa ditemani warga tempatan. Akan tetapi, Zumairi mengakui
ukuran batu yang membesar sejalan dengan waktu selama ratusan tahun lalu memang
menyedot perhatian publik. Begitu pula usia batang pohon berukuran besar yang
menaungi ratusan kuburan di perbukitan tersebut, yakni serut.
Disebut-sebut
batang itu memiliki masa tanam cukup lama hingga tumbuh besar sepanjang 20
meter. Ada cerita aneh di balik kokohnya pohon serut tersebut. Zumairi mengaku
pernah ada orang yang ingin menebangnya untuk dimanfaatkan kayunya. Namun, tak
berapa lama berselang orang tersebut terkena penyakit aneh yang memiriskan.
Kisah
sama terjadi pada seorang perempuan yang pernah mencoba mengambil
ranting-ranting kayu pohon serut untuk keperluan memasak. Namun saat hendak
mengambil ranting-ranting tersebut tangannya seakan sulit digerakkan sehingga
si perempuan tadi membatalkan niatnya.
Sejak
saat itu, konon masyarakat yang berdiam di Desa Blang Seupung menganggap keramat
makam-makam di sana sehingga secara bergotong royong menyempatkan diri
membersihkan makam dari ilalang yang meninggi.
Tagged with:
atjeh
Unknown
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
Popular Posts
-
Nafsiah Mboi, Usai Kondom Sekarang Minyak BabiSetelah membuat marah umat Islam melalui program 'Kondom'-nya, kini Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi menolak sertifikasi halal p...
-
Terduga Teroris di Bekasi Diduga Jaringan LamonganTEMPO.CO, Bekasi - Densus 88 Antiteror Mabes Polri mencokok Siswanto dan Abidin, dua orang terduga teroris, di Bekasi tadi malam. Penangk...
-
YasinTa baca yasin oeh lheuh seumbahyang bak jum'at malam yang that mulia Nue peu trang hate ban mandum insan yang baca Qu'ran...
-
Bireuen 600 Tahun Silam Bukan LegendaBerbagai legenda tentang Jeumpa dan Bireuen sering didengar dan dituturkan. Tapi, yang satu ini di luar itu semua. Ia adalah penanda...
-
5 Kali Sehari Aceh Dilanda GempaAceh - Warta Indonesia : Aceh kembali dilanda gempa, Gempa pertama yang berkekuatan 6,2 SR terjadi pada pukul 14.37 WIB berpusat di B...
-
Awas, Terompet dan Topi Tahun Baru Lambang PemurtadanTahun baru masehi identik dengan terompet dan topi kerucut. Tidak sedikit masyarakat Muslim yang ikut merayakannya, juga dengan meniu...