budaya
Mengibarkan Haba Aneuk Nanggroe Atjeh (HANA). Diberdayakan oleh Blogger.
NATIJAH
NATIJAH
HUKUM DAN KRIMINAL
HUKUM DAN KRIMINAL
NANGGROE
NANGGROE
atjeh
atjeh
nasional
nasional
SYA'E
clean-5
HADIH MAJA
Home
/
/ Unlabelled
/
Posted by: Unknown Posted date: 05.46.00 / comment : 0
Sebagian
orang mengatakan, Kerajaan Aru jarang dibicarakan. Alasan mereka, barangkali
karena Aru atau Haru kalah pamor dengan kerajaan-kerajaan lain yang pernah jaya
di Nusantara semisal Samudra Pasai, Aceh dan Malaka. Namun hakikatnya, kerajaan
ini sudah berdiri sejak abad ke-13 M sampai dengan abad ke-16 M di wilayah
timur Sumatera Utara.
Dr.
Phill Ichwan, seorang sejarawan dari Universitas Negeri Medan (UNIMED),
menyatakan bahwa kerajaan ini acap kali disebut-sebut pada Amukti Palapa dalam
Hikayat Pararaton, Sejarah Melayu dan dalam laporan Mandez Pinto, salah seorang
penguasa Portugis di Malaka. Selain itu, Aru juga disebut dalam laporan-laporan
Cina, antara lain dalam laporan Admiral Cheng Zhe (Cheng Ho).
Sejarawan
terkemuka asal Sumatera Utara, Tuanku Luckman Sinar, juga telah menyebutkan
bahwa pada abad ke-15 M, Kerajaan Aru merupakan kerajaan terbesar di Sumatera
dan memiliki kekuatan yang dapat menguasai lalu-lintas perdagangan di Selat
Malaka. Pemerintah Kerajaan ini menguasai wilayah bagian timur Sumatera mulai
perbatasan Tamiang (Provinsi Aceh) sampai dengan sungai Rokan. Sejak 1282,
dalam masa Kubilai Khan menduduki kekaisaran Cina, Aru sempat beberapa kali
mengirim utusannya ke Tiongkok. Ini menunjukkan bahwa Aru merupakan sebuah
kerajaan yang diperhitungkan di Nusantara.
Kota
Rentang Pusat Kerajaan Aru
Meskipun
keberadaan pusat kerajaan Islam ini masih silang pendapat, namun sebagian pakar
sejarah menunjuk Kota Rentang (Hamparan Perak) sebagai ibukota kerajaan ini.
Itu pada abad ke-13 M sampai dengan ke-14 M sebelum berpindah ke Deli Tua pada
abad ke-15 sampai ke-16 M. Menurut para ahli, banyak faktor yang menjadi alasan
mengapa Kota Rentang lebih layak dinyatakan sebagai pusat Kerajaan Aru. Salah
satunya ialah karena adanya jalur dari Karo Plateuau maupun Hinterland menuju
pantai timur yang terfokus pada Sei Wampu dan Muara Deli. Di kawasan itu juga
ditemukan ragam keramik yang berasal dari China, Muangthai, Srilangka, serta
koin atau mata uang Arab dari abad ke-13 hingga ke-14.
Temuan
paling signifikan adalah batu nisan yang tersebar di situs sejarah penting
tersebut. Sebaran batu nisan berbahan baku batu cadas (volcanic tuff) itu
memiliki ornamentasi dalam berbagai ukuran, dan sebagiannya bertulis
Arab-Melayu. Dalam banyak sisi, batu-batu nisan tersebut memiliki kemiripan
dengan batu-batu nisan yang tersebar di kawasan situs Kerajaan Samudra Pasai.
Masih
di kawasan yang sama, di daerah yang berawa-rawa juga ditemukan kayu-kayu
besar. Diduga, kayu-kayu tersebut merupakan
sisa-sisa bekas istana Kerajaan Aru. Selain itu, ditemukan pula bongkahan
batu-batu besar, serta sisa perahu tua berukuran panjang 30 hingga 50 meter.
Semua ini menunjukkan bahwa Kota Rentang merupakan pusat niaga yang padat kala
itu.
Asumsi
ini juga diperkuat hasil penelitian tim Puslitbang Aarkeologi Nasional,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Keberadaan tinggalan arkeologi, terutama
keramik dan mata uang, yang ditemukan saat penelitian eksploratif, menurut
Prof. Naniek H Wibisono, menjadi bukti bahwa di lokasi tersebut pernah
berlangsung aktivitas yang berhubungan dengan perniagaan.
Konflik
Aru vs Pasai/Aceh
Beberapa
sejarawan menulis bahwa antara Aru dan Pasai sering terjadi konflik. Menurut
mereka, dalam abad ke-13 M, Pasai menyerang Aru yang mengakibatkan pusat
kerajaan ini berpindah dari Kota Rentang ke Deli Tua. Di situ, para petinggi
Kerajaan Aru mendirikan kembali kota pusat pemerintahannya. Namun, konon
diceritakan, bahwa Pasai tidak pernah berhenti berusaha untuk menaklukkan Aru.
Kronik-kronik
dan sumber tutur lainnya juga menceritakan tentang penyerangan Kerajaan Aceh ke
Kerajaan Aru. Modus penyerangan itu adalah niat raja (sultan) Aceh untuk
mengawini seorang puteri istana Aru bernama Putri Hijau. Raja Aceh, menurut
sumber itu, pernah mengirim surat yang berisi: pertama, Puteri Hijau bersedia
menjadi permaisuri raja Aceh; kedua, Aceh merupakan serambi Mekkah dan Aru
adalah serambi Aceh; dan ketiga, Aceh akan menyebarkan Islam di Aru.
Diceritakan pula bahwa Aceh telah menyerang Aru pada tahun 1539 dan 1564, dan
dalam kedua penyerangan itu Aru berhasil mempertahankan diri. Pada kali
terakhir, Aru dibantu Johor.
Menurut
Taqiyuddin Muhammad, peneliti sejarah pada CISAH-Lhokseumawe, cerita-cerita
tentang sikap ekspansif Pasai dan Aceh terhadap Aru ini sebenarnya kurang dapat
dimaklumi. “Tampak hanya seperti suatu sikap unjuk kekuatan dan kehebatan dan
malah terkadang hanya karena ingin memperistri seorang puteri,” ujar
Taqiyuddin.
Suatu
hal lagi yang menjadi tanda tanya besar, kata Taqiyuddin lagi, mengapa hubungan
tidak baik ini yang melulu ditonjolkan dalam mitos-mitos yang terlanjur
dianggap sebagai sejarah (pseudo sejarah).
Menurutnya,
kesan paling mencolok yang muncul dari dalam kisah-kisah tersebut ialah adanya
suatu usaha untuk menanamkan kebencian yang kuat terhadap Aceh dan masa lalunya
(Samudra Pasai). “Saya percaya ini merupakan salah satu praktik Devide at
Impera-nya Belanda yang ingin menguasai seluruh Sumatera pada zaman
kolonialnya? Sangat halus dan licik. Kita perlu mengkajinya lebih lanjut untuk
dapat memilah fakta-fakta sejarah dari berbagai kebohongan yang dibuat
penjajah,” pungkas Taqiyuddin. (imsykah.com)
Tagged with:
Unknown
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
Popular Posts
-
Nafsiah Mboi, Usai Kondom Sekarang Minyak BabiSetelah membuat marah umat Islam melalui program 'Kondom'-nya, kini Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi menolak sertifikasi halal p...
-
Terduga Teroris di Bekasi Diduga Jaringan LamonganTEMPO.CO, Bekasi - Densus 88 Antiteror Mabes Polri mencokok Siswanto dan Abidin, dua orang terduga teroris, di Bekasi tadi malam. Penangk...
-
YasinTa baca yasin oeh lheuh seumbahyang bak jum'at malam yang that mulia Nue peu trang hate ban mandum insan yang baca Qu'ran...
-
Bireuen 600 Tahun Silam Bukan LegendaBerbagai legenda tentang Jeumpa dan Bireuen sering didengar dan dituturkan. Tapi, yang satu ini di luar itu semua. Ia adalah penanda...
-
5 Kali Sehari Aceh Dilanda GempaAceh - Warta Indonesia : Aceh kembali dilanda gempa, Gempa pertama yang berkekuatan 6,2 SR terjadi pada pukul 14.37 WIB berpusat di B...
-
Awas, Terompet dan Topi Tahun Baru Lambang PemurtadanTahun baru masehi identik dengan terompet dan topi kerucut. Tidak sedikit masyarakat Muslim yang ikut merayakannya, juga dengan meniu...