budaya
Mengibarkan Haba Aneuk Nanggroe Atjeh (HANA). Diberdayakan oleh Blogger.
NATIJAH
NATIJAH
HUKUM DAN KRIMINAL
HUKUM DAN KRIMINAL
NANGGROE
NANGGROE
atjeh
atjeh
nasional
nasional
SYA'E
clean-5
HADIH MAJA
Home
/
/ Unlabelled
/ Bireuen 600 Tahun Silam Bukan Legenda
Bireuen 600 Tahun Silam Bukan Legenda
Posted by: Unknown Posted date: 05.31.00 / comment : 0
Berbagai
legenda tentang Jeumpa dan Bireuen sering didengar dan dituturkan. Tapi, yang
satu ini di luar itu semua. Ia adalah penanda atau jejak sejarah yang
membuktikan kelampauan Bireuen sejak 600 tahun silam. Jejak itu kini ditutupi
rumput di pinggir jalan Kilometer 1 Bireuen-Takengon, dan indikator
keterawatannya nihil.
Siapa
nyana kompleks makam kuno di Dusun Kompleks Mesjid (Komes), Gampong Bireuen
Meunasah Capa, Bireuen, itu akan memberikan informasi sekuno apa wilayah
permukiman yang terletak di tengah-tengah Kota Juang ini. Tidak ada hikayat
atau legenda yang menuturkan apapun tentangnya sebab legenda tersiar menunjuk
satu lokasi lain sebagai bekas Kerajaan Jeumpa (Gampong Blang Seupeung,
Jeumpa). Meskipun negeri Bireuen disebut juga dalam Kronik Pasai (teks Kronik:
Biruan), namun informasi kesejarahannya yang lebih sering diketahui umum
bermula dari masa yang sesungguhnya belakangan sekali. Yakni, masa setelah
Pemerintah Kolonial Belanda menjadikannya sebagai salah satu wilayah kewedanaan
dari Afdeeling Noord Kust van Aceh (Kabupaten Aceh Utara) pada sekitar 1934.
Sekian
lama nisan-nisan di kompleks makam yang tidak berada jauh dari Mesjid Agung
Bireuen itu bertahan dan menyaksikan masa-masa yang melewatinya begitu saja.
Kini, keberadaannya bersama-sama dengan Mesjid Agung Bireuen dan bekas Dayah
Cot Meurak yang terkenal, serta bekas aliran Krueng (sungai) Juli yang lama
sudah berubah menjadi saluran irigasi, dapat melengkapi petunjuk-petunjuk bahwa
kawasan itu merupakan pusat negeri Bireuen di masa lampau.
“Keberadaan
nisan-nisan itu sebenarnya sudah lama juga diketahui dan masih banyak juga yang
lain,” ujar Teungku Razali Ismail (42), salah seorang imam Mesjid Agung
Bireuen, kepada misykah.com, “karena itu saya mencoba menghubungi CISAH, siapa
tahu dapat berguna untuk penambahan data-data sejarah autentik yang
diperlukan.”
Razali yang
juga pengasuh Dayah Bustanul Mu’minin, Lhok Awe, Bireuen, juga mengaku telah
menyampaikan perihal keberadaan situs sejarah penting ini kepada pihak wakil
bupati yang menjabat sebelum sekarang. “Waktu itu saya ketahui, akan ada
pelebaran jalan dari pihak Pemerintah. Menurut batas pelebaran jalan, saya
lihat sebagian kompleks makam akan kena. Ya, kemudian saya bilanglah dengan Pak
Busmadar, wakil bupati Bireuen saat itu. Tapi sekarang saya tidak tahu bagaimana
rencananya,” tutur Razali.
Amatan
CISAH, di kompleks makam tersebut terdapat beberapa nisan untuk sekitar 5
makam. Rata-rata batu nisan itu berukuran besar, dan secara mutlak berasal dari
zaman Samudra Pasai. Satu makam di antaranya menduduki posisi paling tinggi
dari segi nilai sejarah, karena tidak hanya bentuk nisan yang unik dan mirip
dengan yang ditemui di banyak kawasan tinggalan sejarah Samudra Pasai, tapi
juga karena kedua nisannya memiliki inskripsi Arab. Kaligrafi dan ragam hias
pada kedua nisan makam sangat penting untuk melihat perkembangan kebudayaan
Islam di wilayah Bireuen pada saat itu, dan yang lebih penting lagi karena
epitaf pada nisan menyebut nama “Yuhan Min” dan penanggalan wafat tokoh
tersebut yang tertulis dengan sangat sempurna, yaitu tahun 844 (delapan ratus
empat puluh empat) hijriah (1441 M).
Dengan perhitungan hijriah, berarti Bireuen telah ada sejak lebih
dari 591 tahun yang lalu dan dengan masehi
572 tahun.
Menurut
CISAH, suatu hal yang tak kalah penting lagi adalah karena sang tokoh Yuhan Min
telah hidup di masa Sultan Zainal ‘Abidin Ra-Ubabdar (wafat 841 H) dan
puteranya Khawwajah Sultan Al-‘Adil Ahmad (wafat 868 H) berkuasa di Samudra
Pasai. Kedua sultan ini merupakan sultan-sultan kuat dari zaman Samudra Pasai yang
telah membuka kawasan yang luas bagi Islam di Asia Tenggara.
Sekarang,
semua terpulang kepada masyarakat Bireuen apakah bukti sejarah yang penting ini
akan dipertahankan atau dibiarkan. “Bagi CISAH, kami tidak akan pernah
melepaskannya begitu saja!” tegas Abdul Hamid, Ketua CISAH. (misykah.com)
Tagged with:
Unknown
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
Popular Posts
-
Terduga Teroris di Bekasi Diduga Jaringan LamonganTEMPO.CO, Bekasi - Densus 88 Antiteror Mabes Polri mencokok Siswanto dan Abidin, dua orang terduga teroris, di Bekasi tadi malam. Penangk...
-
YasinTa baca yasin oeh lheuh seumbahyang bak jum'at malam yang that mulia Nue peu trang hate ban mandum insan yang baca Qu'ran...
-
Nafsiah Mboi, Usai Kondom Sekarang Minyak BabiSetelah membuat marah umat Islam melalui program 'Kondom'-nya, kini Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi menolak sertifikasi halal p...
-
Bireuen 600 Tahun Silam Bukan LegendaBerbagai legenda tentang Jeumpa dan Bireuen sering didengar dan dituturkan. Tapi, yang satu ini di luar itu semua. Ia adalah penanda...
-
5 Kali Sehari Aceh Dilanda GempaAceh - Warta Indonesia : Aceh kembali dilanda gempa, Gempa pertama yang berkekuatan 6,2 SR terjadi pada pukul 14.37 WIB berpusat di B...
-
Awas, Terompet dan Topi Tahun Baru Lambang PemurtadanTahun baru masehi identik dengan terompet dan topi kerucut. Tidak sedikit masyarakat Muslim yang ikut merayakannya, juga dengan meniu...