budaya
Mengibarkan Haba Aneuk Nanggroe Atjeh (HANA). Diberdayakan oleh Blogger.
NATIJAH
NATIJAH
HUKUM DAN KRIMINAL
HUKUM DAN KRIMINAL
NANGGROE
NANGGROE
atjeh
atjeh
nasional
nasional
SYA'E
clean-5
HADIH MAJA
Awas!! Ada Misi Kristen di Pesantren NII Al-Zaytun
Posted by: Unknown Posted date: 02.54.00 / comment : 0
Menurut Tim Investigasi MUI yang telah
meneliti NII dan Ma'had Al-Zaitun sejak tahun 2002, ada tiga relasi antara NII
KW 9 dengan Ma’had (Pesantren) Al-Zaytun, yaitu relasi historis, relasi
kepemimpinan dan relasi finansial.
Bukan
rahasia lagi, doktrin sesat NII KW 9 di era Panji Gumilang. Siapa saja umat
Islam yang di luar kelompoknya dianggap kafir, karena itu halal darahnya dan
hartanya boleh dirampas sebagai harta rampasan (fa’i). Jamaahnya diperas,
sebagai objek pengumpulan dana. Para anggota jamaah yang tidak berinfak
dianggap berhutang. Karena itu mereka membolehkan pengikutnya untuk mencuri,
merampok, berdusta atas nama agama demi memenuhi tuntunan baiatnya.
Sikap NII KW 9 itu sangat kontras dengan
perlakuan Ma’had NII Al-Zaytun terhadap para pendeta, misionaris dan jemaat
Kristen. Setiap akhir tahun, Panji Gumilang mewakili kampus berjuluk 'kampus
Toleransi Dan Perdamaian' biasa mengirimkan kartu Natal kepada para pendeta dan
pemimpin gereja. Biasanya, dari kartu Natal yang dikirimkan ke gereja ini akan
direspon dengan kunjungan gereja ke Al-Zaytun.
Misalnya, tanggal 23 Desember 2009 Panji
Gumilang atas nama Ma'had Al-Zaytun mengirimkan Kartu Natal yang
dikirimkan kepada Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) Tebet,
Jakarta Selatan.
Menindaklanjuti kartu Natal itu, maka
tanggal 3 Februari 2010 Pendeta dan Majelis Gereja HKBP Tebet
bersilaturrahim ke Al-Zaytun. Panji Gumilang beserta istri dan eksponen Ma'had
menyambut mesra rombongan HKBP yang terdiri dari Pendeta GHM Siaaan, Pendeta
Resort HKBP Parisman Hutahaean, Kartina Simarmata Boru Raja Gukguk, Simpua O
Hutabarat, Pendeta Very Siregar, Uli Hutabarat Boru Tobing, Dahlia Silitonga
Boru Tobing, Ibu Majelis Sintua Sukartini Tri Rahayu Boru Matondang, dan neli
Hutasoit.
Usai thawaf mengelilingi seluruh fasilitas
Al-Zaytun, robongan gereja Batak ini bersilaturrahim dengan Panji Gumilang dan
istrinya beserta eskponen yayasan. Di ma'had ini, ibu-ibu Majelis Gereja HKBP
diberi kesempatan menyanyikan lagu-lagu rohani sebagai pujian.
Beberapa tahun sebelumnya, Sabtu, 31 Juli
2004, AS Panji Gumilang dan segenap eksponen, guru, karyawan dan ribuan santri
ma'had Al-Zaytun menyambut istimewa kunjungan Pendeta Rudy Rudolf Andreas
Tendean, Ketua Majelis Gereja Protestan Indonesia (GPIB) Jemaat Koinonia
Jakarta. Pendeta Rudy didampingi oleh Dr. SB Silalahi (Ketua 1), John Pieter
(Ketua 3), Andi Sutopo (ketua 4), Wasiyo (bendahara) dan dua ratusan anggota
jemaat.
Begitu rombongan gereja memasuki Gedung
Pertemuan Al-Akbar kompleks Ma'had Al-Zaytun, spontan puluhan ribu santri,
guru, karyawan dan penghuni ma’had Al-Zaytun berdiri sambil bertepuk tangan
riuh. Memasuki ruang pertemuan, mereka diringi tepuk tangan dan shalawat Thala’al
Badru.
Acara seremonial musik full band pun
digelar, lengkap dengan gitar, bass dan drum, yang pemusiknya adalah para
santri. Lima orang santriwati berpakaian khas Melayu menari dengan liukan yang
anggun diiringi lagu berjudul "Cindai." Para pengurus dari GPIB
Koinonia mendapat kehormatan membawakan lagu gereja populer berjudul "Daud
Menari."
Dalam sambutannya, Pendeta Rudy mewakili
seluruh jemaat GPIB Koinonia mengucapkan selamat ulang tahun kepada Panji
Gumilang, yang berulang tahun sehari sebelumnya. Sedangkan Panji Gumilang
berharap agar dari jalinan Al-Zaytun Indramayu dengan Gereja Koinonia Jakarta,
akan menjadi domain yang luas demi terciptanya perdamaian dan toleransi di muka
bumi Indonesia.
Setelah itu, Pendeta Rudy didaulat oleh Panji Gumilang untuk naik ke podium
guna menutup seremonial dengan memanjatkan doa ala Kristen. Usai memimpin doa,
Pendeta Rudy kembali didaulat untuk menancapkan patok (batu asas) tanda
dimulainya pembangunan asrama ke-6 bernama Kalimatun Sawa’ di
Ma’had Al-Zaytun. “Kami ingin memberikan kenang-kenangan. kami akan mengajak
pak pendeta dan rombongan untuk menancapkan satu patok tanda dimulainya
pembangunan asrama ke-6 di Ma’had Al-Zaytun,” ajak Panji Gumilang setelah
menjelaskan bahwa asrama itu dinamakan Kalimatun Sawa’ yang
artinya satu kata yang sama, satu ungkapan yang sama, satu visi yang sama.
Usai prosesi peletakan batu pertama,
Pendeta Rudy dan rombongan diajak memasuki Masjid Rahmatan Lil ‘Alamin. Di
masjid berlantai enam yang berkapasitas 150 ribu orang jemaah itu, lagi-lagi
Pendeta Rudy diminta berdoa. Doa pendeta di Masjid Al-Zaytun ini, menurut Panji
Gumilang, karena masjid ini dibangun oleh orang-orang beriman. Pendeta Rudy
diminta berdoa sebagai seorang umat Kristen beriman.
Untuk menindaklanjuti keakraban Ma'had
Al-Zaytun dengan Gereja GPIB Jemaat Koinonia Jakarta, maka sepekan kemudian,
tanggal 7 Juli 2004 Panji Gumilang dan rombongan berkunjung ke GPIB Koinonia
Jakarta. Di depan altar gereja, Panji Gumilang berceramah di hadapan ratusan
jemaat, menjelaskan bahwa visi dan misi Ma’had Al-Zaytun adalah sebuah lembaga
pendidikan milik umat beriman (Islam) bangsa indonesia, bersetting
internasional, bersemangat pesantren dan bersistem modern serta bermotto
sebagai pusat pendidikan dan pengembangan budaya toleransi dan perdamaian.
Pada perayaan Idul Fitri Pesantren
Az-Zaytun (13/10/2007), tim yang ditunjuk untuk mendokumentasikan seluruh
kegiatan adalah orang Kristen. Dalam acara yang digelar di ruang Mini
Az-Zaytun Student Opera (Mini Zateso) tersebut, Tim Kesenian Az-Zaytun
menyanyikan lagu “Gereja Tua” ciptaan Benny Panjaitan. Ini dilakukan atas
perintah langsung Syaikh Ma’had Panji Gumilang. (Majalah Berita
Indonesia edisi 49, 26 Oktober 2007).
Kumandang lagu “Gereja Tua” di pesantren
adalah hal yang sangat aneh, karena lagu ini sama sekali tidak ada
sangkut-pautnya dengan makna Idul Fitri pasca shaum Ramadhan. Apakah lagu
“Gereja Tua” bisa meningkatkan iman, takwa dan aqidah para santrinya.
Hubungan Pesantren Az-Zaytun dengan para
misionaris Kristen nampak terlalu berlebihan. Menyambut Natal tahun 2005,
Al-Zaytun mengizinkan tamu dari Yayasan The Gideon International membagi-bagikan
1.400 Bibel secara cuma-cuma di pesantren.
Bermula dari hubungan dekat Al-Zaytun dengan pendeta dan misionaris Kristen
inilah, berakibat murtadnya Saifuddin Ibrahim, salah seorang pengasuh ma'had.
Dalam testimoni 138 halaman yang
ditulisnya, ustadz asal Bima NTB ini bercerita bahwa Al-Zaytun, dirinya
mengajar Al-Qur'an, Hadits, Akidah, Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam dan
Jurnalistik selama enam tahun sejak 1999. Sebagai orang yang sangat dekat
dengan syaikhul ma’had Panji Gumilang, Ibrahim dipercaya
menjadi Editor Kepala Majalah Al-Zaytun yang bertiras 30.000 eksemplar.
Dalam testimoninya, Ibrahim menjelaskan
kronologi mengapa ia murtad meninggalkan Islam dan beralih profesi dari dewan
guru Ma'had Al-Zaytun Indramayu menjadi seorang evangelis Kristen.
Dalam sub judul "Nubuat Syaikh,"
Ibrahim menulis bahwa peristiwa kemurtadan dirinya bermula pada tanggal 16
Januari 2006, ketika Panji Gumilang menyebut dirinya dengan panggilan
"Pendeta Abraham." Sejak saat itu, Ibrahim lebih suka dipanggil
Abraham. "Syaikh telah bernubuat untuk saya. Sejak beliau mengatakan hal
itu saya semakin kacau dan pikiran tidak tentang. Itu juga sebabnya kenapa saya
lebih suka dipanggil Abraham," tulis Ibrahim pada halaman 8.
Usai peristiwa itu Ibrahim mulai mendekati
para penginjil Yayasan The Gideon International yang
dikenalnya ketika membagi-bagikan ribuan Bibel di pesantren pada Natal tahun
2005. Ibrahim pun mulai belajar ilmu perbandingan agama kepada para misionaris
dan pendeta. Singkat cerita, setelah berliku-liku mencari pintu masuk Kristen,
akhirnya Ibrahim dibaptis di Semarang tanggal 7 Maret 2006. Setelah
meninggalkan Islam dan dibaptis di Semarang tanggal 7 Maret 2006, ia pun rela
berpisah dengan istri dan ketiga anaknya di Jepara, Jawa Tengah.
Dalam tempo 3 bulan Ibrahim murtad dari
Islam. Itulah salah satu buah kedekatan syaikhul ma'had NII Al-Zaytun Panji
Gumilang dengan para pendeta dan misionaris Kristen.
Bila diteliti dari testimoni tertulisnya, wawasan agama Saifuddin Ibrahim
masih perlu dipertanyakan. Misalnya, dalam sub judul "Percaya Kepada
Yesus," Ibrahim mengutip nas: "Al-dinu huwal aqlu, laa diina
liman laa aqqla lahu. Agama adalah akal, tidak ada agama tanpa akal," yang
disebutnya sebagai hadits Nabi.
Pernyataan ini sangat aneh bila ditulis
oleh seorang dosen hadits. Sebagai dosen hadits di pesantren terbesar se Asia
Tenggara, seharusnya dia tahu bahwa nas tersebut bukan hadits, tapi kutipan
yang tidak diketahui asal-usulnya.
Para ulama ahli hadits sepakat memvonis nas tersebut bukan sabda Nabi,
melainkan hadits yang tidak ada asalnya (la ashla lahu). Imam
An-Nasa'idan Syaikh Albani berkomentar bahwa hadits tersebut batil
munkar. Dalam sanadnya terdapat nama Bisyir yang majhul (asing/tidak
dikenal).
Ketika membuktikan ketuhanan Yesus,
Saifuddin Ibrahim mengutip Al-Qur'an surat Maryam 33 sebagai pendukung.
Menurutnya, ayat ini menegaskan ketuhanan Yesus karena memakai fi'il
amar (kata kerja masa lampau/past tense).
"Ayat Al-Qur'an surat Maryam 33
meyakinkan saya memahami ketuhanan Yesus. Ayat ini menggenapi semua kisah Yesus
yang telah berlaku. Ayat ini menggunakan Fi'il Madhi, kata kerja masa lampau,
berarti kejadian kebangkitan Yesus dan hidup kembali telah terjadi lebih 2000
tahun yang lalu,".
Dengan kutipan itu, patut dipertanyakan
wawasan Ibrahim terhadap Ilmu bahasa Arab. Tidak benar kesimpulannya bahwa
surat Maryam 33 menyatakan ketuhanan Yesus karena menggunakan fi'il madhi.
Padahal dalam ayat ini terdapat tiga kata kerja (fi'il), yaitu: "wulidtu"
(fi'il madhi majhul), "amuutu" (fi'il mudhari' majhul) dan
"ub'atsu" (fi'il mudhari' majhul).
Ungkapan Nabi Isa pada ayat tersebut
memakai kalimat "wulidtu" (telah dilahirkan) karena peristiwa
kelahirannya sudah terjadi. Sedangkan kalimat "amuutu" (akan dimatikan)
dan "ub'atsu" (akan dibangkitkan) memakai fi'il mudhari' karena
peristiwa kematian dan kebangkitannya belum dan akan terjadi.
Ustadz Saifuddin Ibrahim yang sekarang
berganti nama menjadi Ev Saifuddin Abraham, adalah salah satu contoh korban
pemurtadan akibat kedekatan syaikhul ma'had NII Al-Zaitun Panji Gumilang dengan
para pendeta dan penginjil Kristen. (ahmad
hizbullah mag/suaraislam).
Tagged with:
nasional
Unknown
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
Popular Posts
-
Terduga Teroris di Bekasi Diduga Jaringan LamonganTEMPO.CO, Bekasi - Densus 88 Antiteror Mabes Polri mencokok Siswanto dan Abidin, dua orang terduga teroris, di Bekasi tadi malam. Penangk...
-
YasinTa baca yasin oeh lheuh seumbahyang bak jum'at malam yang that mulia Nue peu trang hate ban mandum insan yang baca Qu'ran...
-
Nafsiah Mboi, Usai Kondom Sekarang Minyak BabiSetelah membuat marah umat Islam melalui program 'Kondom'-nya, kini Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi menolak sertifikasi halal p...
-
Bireuen 600 Tahun Silam Bukan LegendaBerbagai legenda tentang Jeumpa dan Bireuen sering didengar dan dituturkan. Tapi, yang satu ini di luar itu semua. Ia adalah penanda...
-
5 Kali Sehari Aceh Dilanda GempaAceh - Warta Indonesia : Aceh kembali dilanda gempa, Gempa pertama yang berkekuatan 6,2 SR terjadi pada pukul 14.37 WIB berpusat di B...
-
Awas, Terompet dan Topi Tahun Baru Lambang PemurtadanTahun baru masehi identik dengan terompet dan topi kerucut. Tidak sedikit masyarakat Muslim yang ikut merayakannya, juga dengan meniu...