budaya
Mengibarkan Haba Aneuk Nanggroe Atjeh (HANA). Diberdayakan oleh Blogger.
NATIJAH
NATIJAH
HUKUM DAN KRIMINAL
HUKUM DAN KRIMINAL
NANGGROE
NANGGROE
atjeh
atjeh
nasional
nasional
SYA'E
clean-5
HADIH MAJA
Home
/
/ Unlabelled
/ Peneliti Temukan Empat Pemukiman Besar Zaman Samudra Pasai
Peneliti Temukan Empat Pemukiman Besar Zaman Samudra Pasai
Posted by: Unknown Posted date: 05.11.00 / comment : 0
TIM
Ekspedisi Meugat Seukandar 2013 dariCentral Information for Samudra Pasai
Heritage(Cisah) Lhokseumawe, menemukan empat pemukiman kuno zaman Samudra Pasai
di wilayah timur Krueng (Sungai) Keureuto sampai Krueng Jambo Aye, Aceh Utara.
Tim
Ekspedisi Meugat Seukandar yang tengah melakukan penelitian dan eksplorasi
situs sejarah Samudra Pasai, menemukan empat pemukiman kuno tersebut,
Kamis-Sabtu, 13-15 Juni 2013.
“Banyak
pemukiman kuno yang kita temukan, empat di antaranya dapat dikategorikan
sebagai pemukiman besar yang memiliki kedudukan penting di zaman Samudra Pasai,
abad ke-13 Masehi sampai abad ke-16 Masehi. Ini diketahui dari persebaran
kubur-kubur kuno zaman Samudra Pasai yang padat di empat pemukiman tersebut,”
kata Abdul Hamid, Ketua Cisah Lhokseumawe.
Situs-situs
pemukiman itu, salah satunya berada di Gampong Tanjong Geuleumpang, tepi kanan
Krueng Sampoiniet, dekat Kuala Piyadah. Kedua, di Gampong Matang Paya, tepi
kiri Krueng Sampoiniet. Ketiga, di kawasan Gampong Geuleumpang Samlako, Aronga
Lise dan Alue Ie Tarek. Keempat, di Gampong Matang Baroe. Semuanya berada dalam
wilayah Kecamatan Baktiya, Aceh Utara.
“Ini baru pertama kali terungkap,” ujar Abdul Hamid.
Selain
pemukiman-pemukiman tersebut, kata Abdul Hamid, juga terdapat banyak pemukiman
kuno di sepanjang bekas aliran Krueng Jambo Aye yang melintasi beberapa
kecamatan di timur Krueng Keureuto, Aceh Utara. Antara lain, di Gampong Alue
Papeun dan Tanjong Ara, Kecamatan Tanah Jambo Aye, di Gampong Meunasah Bujok
dan Krueng Lingka Timur, Kecamatan Baktiya, dan di Gampong Blang Pha, Kecamatan
Seunuddon.
Abdul
Hamid menyebutkan, di daerah pesisir Seunuddon, di Gampong Matang Lada, juga
ditemukan beberapa perkuburan kuno. Di antaranya, kompleks kubur yang dikenal masyarakat
setempat dengan Jirat Teungku di Bungong.
Menurut
Muhammad Amin, 54 tahun, warga Matang Lada kepada tim Cisah, di Jirat Teungku
di Bungong itu dulunya, selain batu-batu nisan yang masih tinggal sampai
sekarang, banyak lagi batu-batu nisan thimpik(pahatan, pipih), dan ada
relief-reliefnya. “Tapi karena sudah terlampau lama maka banyak yang hilang,”
katanya.
Di
pematang-pematang empang ikan dekat kompleks kubur itu, ditemukan pula
wadah-wadah tembikar dan keramik. “Terkesan sekali bahwa lokasi itu dulunya,
zaman Samudra Pasai, merupakan lokasi hunian yang padat dan dinamis,” ujar
Abdul Hamid.
Bahkan,
kata dia, sebuah aliran air yang berada di utara Matang Lada tampaknya
merupakan terusan (kanal) yang dapat dilintasi kapal-kapal antara Muara Telaga
Batang di Lhok Pu’uk (barat) dan Muara Jambo Aye (timur). “Dengan begitu, wajar
bila Matang Lada dari barat sampai timurnya merupakan hunian yang ramai,” katanya.
Abdul
Hamid menambahkan, beberapa batu nisan kuno yang ditemukan di wilayah timur
Krueng Keureuto sampai Krueng Jambo Aye memiliki inskripsi (tulisan timbul yang
diukir pada batu) dengan bahasa Arab. Antara lain pada beberapa batu nisan di
Tanjong Geuleumpang, Matang Paya, Blang Pha dan Buket Batee Badan.
Temuan-temuan
ini, kata Abdul Hamid, menunjukkan adanya suatu aktifitas budaya dan peradaban
yang tinggi di wilayah tersebut.
Semua
temuan tersebut menjadi bukti bagi suatu kehidupan yang dinamis pada zamannya.
Tidak tertutup kemungkinan, kata dia, interaksi dengan dunia luar juga telah
berlangsung intens. “Perkirakan ini karena ditemukan batu-batu nisan yang
diidentifikasikan sebagai batu nisan khas untuk para pedagang atau pelayar,”
katanya.
Semua
temuan ini, Abdul Hamid melanjutkan, baik pemukiman, batu nisan, data inskripsi
maupun temuan lain diharapkan dapat memperkaya sumber-sumber primer yang
dibutuhkan para sejarawan dalam merekonstruksi sejarah Samudra Pasai, selain
juga akan menjadi lokasi-lokasi baru bagi kegiatan penelitian sejarah.
“Dan
yang diharapkan pada akhirnya adalah agar sejarah Samudra Pasai dapat terungkap
dengan baik, serta memberikan makna besar bagi negeri ini untuk melangkah lebih
maju ke depan. Ini adalah harapan kita semua,” ujar Abdul Hamid (imsykah.com).
Tagged with:
Unknown
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
Popular Posts
-
Nafsiah Mboi, Usai Kondom Sekarang Minyak BabiSetelah membuat marah umat Islam melalui program 'Kondom'-nya, kini Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi menolak sertifikasi halal p...
-
Terduga Teroris di Bekasi Diduga Jaringan LamonganTEMPO.CO, Bekasi - Densus 88 Antiteror Mabes Polri mencokok Siswanto dan Abidin, dua orang terduga teroris, di Bekasi tadi malam. Penangk...
-
YasinTa baca yasin oeh lheuh seumbahyang bak jum'at malam yang that mulia Nue peu trang hate ban mandum insan yang baca Qu'ran...
-
Bireuen 600 Tahun Silam Bukan LegendaBerbagai legenda tentang Jeumpa dan Bireuen sering didengar dan dituturkan. Tapi, yang satu ini di luar itu semua. Ia adalah penanda...
-
5 Kali Sehari Aceh Dilanda GempaAceh - Warta Indonesia : Aceh kembali dilanda gempa, Gempa pertama yang berkekuatan 6,2 SR terjadi pada pukul 14.37 WIB berpusat di B...
-
Awas, Terompet dan Topi Tahun Baru Lambang PemurtadanTahun baru masehi identik dengan terompet dan topi kerucut. Tidak sedikit masyarakat Muslim yang ikut merayakannya, juga dengan meniu...