budaya
Mengibarkan Haba Aneuk Nanggroe Atjeh (HANA). Diberdayakan oleh Blogger.
NATIJAH
NATIJAH
HUKUM DAN KRIMINAL
HUKUM DAN KRIMINAL
NANGGROE
NANGGROE
atjeh
atjeh
nasional
nasional
SYA'E
clean-5
HADIH MAJA
Home
/
/ Unlabelled
/ Ada Sultan Terlupakan di Gampong Pande Banda Aceh
Ada Sultan Terlupakan di Gampong Pande Banda Aceh
Posted by: Unknown Posted date: 07.19.00 / comment : 0
DALAM
buku seorang antropolog bangsa penjajah yang terbit sejak lebih dari 100 tahun
yang lalu sudah diutarakan, “Sejarah Aceh, begitu pula negeri-negeri pesisir
dan kepulauan yang berada di bawahnya, sesungguhnya masih harus ditulis.”
Snouck Hurgronje, antropolog kolonialis yang juga kondang dengan nama samaran
Abdul Ghaffar ini menilai bahwa Sumber-sumber Eropa hanya menghasilkan data
fragmentaris saja, sementara yang terdapat dalam kronik Melayu dan penuturan
anak negeri cuma dapat menampilkan cara berpikir para pengarangnya dan
orang-orang yang hidup di zaman yang sama. Untuk dijadikan sebagai sumber
sejarah, berbagai cerita tutur itu baru dapat digunakan setelah melalui
penyaringan yang ketat.
Dalam
roda waktu yang berputar selama 100 tahun lebih itu, sejarah Aceh hampir tak
pernah henti digali oleh para pakar sejarah. Sederetan tokoh-tokoh besar tampil
memberikan kontribusinya. Sebutlah di antaranya Ali Hasjmy, M. Zainuddin, M.
Yunus Jamil, M. Said, Ibrahim Alfian, Muhammad Gade Ismail, Rusdi Sufi dan
lainnya. Namun, Aceh memang memiliki sejarah yang besar. Sejarahnya ternyata
tidak selesai digali dalam tempo 100 tahun yang sudah lalu, dan ke depan,
sepertinya juga masih perlu waktu yang lama.
Selain
raja-raja dan sultan Lamuri era pertengahan awal dan kedua abad ke-15 M yang
tidak pernah dijumpai nama-nama mereka dalam literatur sejarah apapun,
baru-baru ini, pada Ahad kemarin (8/12), tersingkap pula dua nama sultan dari
periode Kerajaan Aceh Darussalam yang selama ini belum pernah terdengar tentang
mereka. Keduanya adalah Sultan Ali Ri’ayah Syah bin Munawwar Syah bin Muhammad
Syah, dan Sultan ‘Adilullah bin Munawwar Syah. “Sejauh bacaan saya, kedua nama
sultan ini tidak pernah saya jumpai dalam apapun tulisan mengenai silsilah
sultan-sultan Aceh. Para ahli sejarah tidak pernah mencantumkan nama mereka
dalam silsilah-silsilah tersebut,” tutur Taqiyuddin, peneliti sejarah dari
CISAH, Lhokseumawe.
Bermula
dari ziarah yang hanya bertujuan untuk melepas kerinduan dengan tokoh-tokoh
sejarah yang dimakamkan di kompleks makam Tuan di Kandang, Gampong Pande, Banda
Aceh, sebagaimana diakui Taqiyuddin kepada Mizuar Mahdi dan Syahrial Qadri dari
misykah.com, ia akhirnya tertarik untuk membaca inskripsi pada nisan-nisan
makam yang belum pernah dibacanya. “Dulu (setelah tsunami-red), beberapa kali
saya datang ke sini, nisan-nisan makam itu dalam posisi rebah, terguling
gelombang tsunami, sehingga sukar untuk dilakukan pembacaan,” ujar Taqiyuddin
setelah melihat nisan-nisan itu kini sudah tegak dan diurutkan kembali
sedemikian rupa.
Dalam
ziarah ke Gampong Pande yang beberapa pekan sebelumnya telah dihebohkan oleh
penemuan koin-koin emas (dirham), Taqiyuddin menemukan tiga tokoh sejarah dari
zaman Kerajaan Aceh Darussalam. Masing-masing adalah Sultan ‘Adilullah bin
Sultan Munawwar Syah yang meninggal pada hari Ahad waktu ‘Ashar, 30 Jumadal Ula
947 H (1540 M), kemudian Sultan ‘Ali Ri’ayah Syah bin Munawwar Syah bin
Muhammad Syah yang meninggal pada hari Rabu 14 Sya’ban 947 H (1540 M), yakni
dua bulan setengah setelah kemangkatan saudaranya, Sultan ‘Adilullah, dan
Muzhaffar Syah bin Sultan ‘Ali Ri’ayah Syah (cucu Munawwar Syah) yang meninggal
sebelum ayahnya, pada 3 Rabi’ul Akhir tahun yang sama.
Taqiyuddin
kemudian menjelaskan, “Sementara ini, yang sering disebutkan dalam silsilah
sultan-sultan Aceh, bahwa sepeninggal Sultan ‘Ali Mughayat Syah bin Syamsu Syah
bin Munawwar Syah pada 936 H (1530 M), Aceh diperintah oleh Sultan Shalahuddin
bin ‘Ali Mughayat Syah yang kemudian digantikan oleh Sultan ‘Ala’uddin ‘Riayah
Syah bin ‘Ali Mughayat Syah. Kedua sultan di Gampong Pandei ini tidak pernah
dicantumkan. Muzhaffar Syah bin ‘Ali Ri’ayah Syah, yang tampaknya tidak
memerintah sebagai sultan juga tokoh sejarah yang majhul selama ini.”
Menurut
Taqiyuddin, dari data-data terakhir ini kita berhasil mengetahui sebuah fakta
sejarah yang baru di mana setelah Sultan ‘Ali Mughayat Syah bin Syamsu Syah
wafat, kendali pemerintahan Aceh diambil kembali oleh paman-pamannya dari pihak
ayah, yaitu Sultan ‘Adilullah bin Munawwar Syah dan ‘Ali Ri’ayah Syah bin
Munawwar Syah. Bunyi inskripsi pada nisan keduanya juga mensinyalir
kepemerintahan mereka yang berlangsung baik. Dan baru setelah itu, Sultan
‘Alauddin bin ‘Ali Mughayat Syah menjadi sultan di Aceh.
Seperti pernah
diberitakan misykah.com, Sultan Munawwar Syah tersebut adalah ayah dari Sultan
Syamsu Syah, dan makamnya terdapat di Pante Raja, Pidie Jaya. Ia juga adalah
putera dari Sultan Muhammad Syah yang makamnya berada dalam benteng Kuta
Leubok, Aceh Besar. Inskripsi pada nisan ‘Ali Ri’ayat Syah di Gampong Pande ini
juga kembali mempertegas bahwa Sultan Munawwar Syah adalah putera dari Sultan
Muhammad Syah Lamuri.
Berbagai
titik terang mengenai sejarah Aceh memang mulai tampak sedikit demi sedikit,
tapi diyakini bahwa yang masih terkubur oleh masa juga masih teramat banyak.
“Kita akan terus mencari, dan semoga Allah senantiasa memudahkan jalan,” ujar
Taqiyuddin yakin. (imsykah.com)
Tagged with:
Unknown
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
Popular Posts
-
Nafsiah Mboi, Usai Kondom Sekarang Minyak BabiSetelah membuat marah umat Islam melalui program 'Kondom'-nya, kini Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi menolak sertifikasi halal p...
-
80 Persen Salon Esek-Esek di KutarajaBANDA ACEH - Kepala Tata Usaha Satpol PP dan WH Kota Banda Aceh, Reza Kamili, S. STP mengungkapkan. Ada sekitar 80 persen salon di Banda ...
-
Terduga Teroris di Bekasi Diduga Jaringan LamonganTEMPO.CO, Bekasi - Densus 88 Antiteror Mabes Polri mencokok Siswanto dan Abidin, dua orang terduga teroris, di Bekasi tadi malam. Penangk...
-
YasinTa baca yasin oeh lheuh seumbahyang bak jum'at malam yang that mulia Nue peu trang hate ban mandum insan yang baca Qu'ran...
-
Bireuen 600 Tahun Silam Bukan LegendaBerbagai legenda tentang Jeumpa dan Bireuen sering didengar dan dituturkan. Tapi, yang satu ini di luar itu semua. Ia adalah penanda...
-
5 Kali Sehari Aceh Dilanda GempaAceh - Warta Indonesia : Aceh kembali dilanda gempa, Gempa pertama yang berkekuatan 6,2 SR terjadi pada pukul 14.37 WIB berpusat di B...