budaya
Mengibarkan Haba Aneuk Nanggroe Atjeh (HANA). Diberdayakan oleh Blogger.
NATIJAH
NATIJAH
HUKUM DAN KRIMINAL
HUKUM DAN KRIMINAL
NANGGROE
NANGGROE
atjeh
atjeh
nasional
nasional
SYA'E
clean-5
HADIH MAJA
Home
/
/ Unlabelled
/ Abu Tanoh Abe
Abu Tanoh Abe
Posted by: Unknown Posted date: 07.35.00 / comment : 0
Perpustakaan Kuno Tanoh Abee terdapat di Desa Tanoh Abee, di kaki
Gunung Seulawah, Aceh Besar. Perpustakaan Tanoh Abee terletak di dalam kompleks
Pesantren Tanoh Abee yang didirikan oleh keluarga Fairus yang mencapai klimaks
kejayaannya pada masa pimpinan Syekh Abdul Wahab yang terkenal dengan sebutan
Teungku Chik Tanoh Abee. Beliau meninggal pada tahun 1894 dan dimakamkan di
Tanoh Abee.
Pengumpukan naskah (manuskrip) Dayah Tanoh Abee telah dimulai sejak Syekh
Abdul Rahim, kakek dari Syekh Abdul Wahab. Naskah yang terakhir ditulis pada
masa Syekh Muhammad Sa’id, anak Syekh Abdul Wahab yang meninggal dunia pada
tahun 1901 di Banda Aceh, dalam tahanan Belanda. Perpustakaan Tanoh Abee yang
terdapat di Desa Tanoh Abee, Kecamatan Seulimum, Kabapaten Aceh Besar. Menurut
hasil penelitian Arkeologi Islam Indonesia, perpustakaan tersebut merupakan
satu-satunya perpustakaan Islam tertua di Nusantara, bahkan termasuk
perpustakaan Islam yang paling tua di Asia Tenggara.
CIKAL
Keberadaan perpustakaan Tanoh Abee ini tak terlepas dari sejarah pendirian
sebuah pesantren (dayah) yang dibangun oleh ulama asal negeri Baghdad, bernama
Fairus Al-Baghdady yang datang ke Aceh pada masa pemerintahan Sultan Iskandar
Muda (1607-1636 M). Fairus hijrah ke Aceh waktu itu bersama 7 saudaranya. Empat
orang, termasuk Fairus menetap di wilayah Aceh Besar. Tiga saudara lainnya
menyebar ke Pidie dan Aceh Utara. Diperkirakan Fairus Al-Baghdady inilah
sebagai ulama yang mula-mula membangun pesantren (dayah) tersebut, yang
kemudian dikenal dengan pesantren Tanoh Aceh sebagai cikal-bakal dari
perpustakaan kuno Tanoh Abee sekarang ini. Karena di dalam pesantren tersebut
tersimpan ribuan kitab tulisan tangan karya para ulama Aceh terdahulu.
PEWARIS
Perpustakaan yang terletak di kaki gunung Seulawah yang berjarak sekitar 42
km ke arah Timur Kota Banda Aceh, atau sekitar 7 km ke pedalaman sebelah Utara
ibukota Kecamatan Seulimum ini, dikelola secara turun temurun sejak 600 tahun
lalu. Mulai dari pendirinya Syeh Fairus Al-Baghdady pada masa pemerintahan
Sultan Iskandar Muda, diteruskan oleh seorang anaknya bernama Syeh Nayan.
Kemudian Syeh Nayan ini mewariskan kembali perpustakaan tersebut sekaligus
pesantrennya bernama Syeh Abdul Hafidh.
Selanjutnya beralih ke tangan Syeh Abdurrahim, yang menurut catatan
sejarah, Syeh Abdurrahim termasuk pewaris pesantren Tanoh Abee yang sangat
banyak mengumpulkan naskah-naskah kuno untuk menjadi koleksi perpustakaan. Dari
Syeh Abdurrahim perpustakaan dan pesantren ini diwarisi oleh Syeh Muhammad
Saleh. Diteruskan oleh anaknya Syeh Abdul Wahab. Kemudian Syeh Muhammad Sa’id.
Dari Muhammad Sa’id pesantren ini diurus oleh Teungku Muhammad Ali, hingga
kemudian jatuh kepada pewaris terakhir sekarang ini, yaitu Al-Fairusy, sebagai
pewaris urutan ke-9.
DISALIN
Dari pewaris terakhir inilah penulis
memperoleh sejumlah keterangan tentang sejarah dan keberadaan perpustakaan kuno
Tanoh Abee. Dari 9 orang keturunan yang mewariskan perpustakaan ini, yang
menonjol kemajuannya adalah pada masa kepemimpinan Syeh Abdul Wahab (pewaris
ke-6). Syeh Abdul Wahab inilah yang kemudian dikenal sebagai ulama besar yang
berpengaruh di Aceh dengan sebutan Teungku Chik Tanoh Abee. Ketika pesantren
Tanoh Abee berada di bawah kepemimpinannya, hampir seluruh perhatian Syeh Abdul
Wahab dicurahkan untuk memajukan perpustakaan. Ia sangat berminat agar
perpustakaan pesantren Tanoh Abee menjadi sebuah perpustakaan Islam terbesar di
Nusantara, dan bahkan dapat menjadi perpustakaan Islam terbesar di Asia
Tenggara. Untuk mengujudkan cita-cita itu, Syeh Abdul Wahab menyalin ribuan
kitab berbahasa Arab ke dalam bahasa Jawi dari berbagai ilmu pengetahuan untuk
menjadi perbendaharaan perpustakaan Tanoh Abee. Hal yang menyedihkan ketika
ulama Nuruddin Ar-Raniry memusnahkan kitab-kitab karya ulama Sufi terbesar di
Aceh, yaitu Syeh Hamzah Fansuri, karena ajarannya dianggap “sesat” oleh
Nuruddin Ar-Raniry. Orang memperkirakan dengan kejadian itu semua kitab Hamzah
Fansuri telah habis dibakar saat itu. Ternyata sebahagian besar kitab-kitab
dari karya Hamzah Fansuri yang ditulis tangan masih sempat diselamatkan di
perpustakaan Tanoh Abee hingga sekarang ini.
RUSAK
Sejumlah naskah kuno, kitab hasil karangan para ulama Aceh terdahulu,
hingga akhir abad ke-18 diperkirakan sekitar 10.000 buah naskah (tulis tangan) tersimpan
di perpustakaan ini. Namun dalam perjalanan waktu naskah-naskah tersebut banyak
yang lapuk dan rusak akibat tidak mendapat perawatan sebagaimana mestinya.
Selain itu, naskah-naskah tersebut juga banyak yang dimusnahkan dan dicuri oleh
Belanda ketika mereka masuk ke Tanoh Abee waktu itu. Kini menurut cerita Tgk.
M. Dahlan Al Fairusy selaku pimpinan pesantren sekaligus pengelola perpustakaan
kuno Tanoh Abee ini, jumlah kitab yang masih tersisa di perpustakaan ini
sekitar 3.000 naskah lagi. Sebagian disimpan di pesantren dan sebagian lagi
tersimpan di rumah Tgk. Dahlan agar tidak sampai hilang.
H.Harun Keuchik Leumiek DIANTARA kitab-kitab tulisan tangan yang masih utuh
terlihat di perpustakaan kuno Tanoh Abee adalah kitab karya ulama besar Aceh
Syeh Hamzah Fansury sebanyak 14 judul naskah. Karangan Syeh Syamsuddin as
Sumatrani 10 judul, karya Syeh Nuruddin Ar-Raniry 12 judul dan kitab karangan
Syeh Abdurrauf Al-Singkili: sebanyak 14 judul naskah.
POPULER
Suatu yang aneh, perpustakaan kuno Tanoh Abee dalam pemanfaatannya lebih
populer, di luar negeri dari pada di Aceh ataupun di Indonesia. Banyak para
ilmuan dari luar datang ke perpustakaan ini untuk mengadakan penelitian. Dari
buku tamu, mereka yang berkunjung ke perpustakaan kuno ini kebanyakan adalah
mahaguru (profesor). Doktor-Doktor dari berbagai negara. Ada yang dari Amerika,
Australia, Negeri Belanda, Pakistan, Prancis, Inggris, India, dari Mesir, Arab
Saudi, bahkan dari Bangladesh. Kalau dari Malaysia tak terhitung jumlahnya.
Mereka yang berkunjung ke perpustakaan ini paling banyak. Dari perpustakaan ini
pula cukup banyak yang telah berhasil memperdalam ilmunya dalam penulisan tesis
atau disertasi dengan meneliti naskah dan kitab-kitab kuno yang terdapat di
perpustakaan Tanoh Abee. Dalam daftar buku tamu, yang berkunjung ke
perpustakaan ini, tampaknya memang lebih banyak dimanfaatkan oleh para ilmuan
luar negeri Mereka datang ke perpustakaan ini kadang menginap beberapa minggu
untuk meneliti naskah-naskah kuno tulisan tangan guna memperoleh informasi yang
diperlukan
KERTAS KUNO
Karena itu, perpustakaan Tanoh Abee ini lebih dikenal namanya di luar
negeri ketimbang dimanfaatkan oleh, ilmuan-ilmuan dari dalam negeri. Seperti
dalam buku tamu, di situ terdapat nama-nama antara lain: Dr. Daniel Berecelius
seorang professor Sejarah dari Universitas Los Angeles. Danny Lombard, profesor
sejarah dari Prancis yang menulis, buku paling lengkap tentang sejarah Sultan
Iskandar Muda. Dr. Russell Jones dari London yang khusus datang untuk meneliti
bentuk-bentuk kertas kuno yang dipakai dalam penulisan naskah tulisan tangan
yang terdapat di perpustakaan ini. Masih banyak ilmuan lainnya dari berbagai
negara yang datang ke perustakaan ini untuk tujuan penelitiannya.
SEGERA
DIBANGUN
Menyadari betapa pentingnya penyelamatan perpustakaan kuno Tanoh Abee
sebagai pusat pengembangan ilmu agama Islam, maupun sebagai warisan sejarah
Aceh yang sangat berharga, Gubernur NAD Abdullah Puteh memberi perhatian serius
terhadap kondisi perpustakaan Islam Tanoh Abee ini. Dalam kunjungannya ke
pesantren Tanoh Abee belum lama ini, sangat kagum melihat kitab-kitab kuno
karya ulama Acch terdahulu yang kini banyak tersimpan di perpustakaan pesantren
tersebut. Saat itu gubemur langsung memberitahu Wagub NAD Azwar Abubakar agar
segera membangun kernbali sebuah gedung perpustakaan, yang permanen dalam
komplek pesantren Tanoh Abee ini untuk menyimpan dan menyelamatkan
naskah-naskah hasil karya ulama Aceh dimaksud.
PUSAT
KAJIAN
Perpustakaan ini merupakan aset yang tak ternilai harganya. “Karena itu
seluruh santri di pesantren ini selain terus dapat mempelajari kitab-kitab
tersebut, juga sekaligus supaya merawatnya dengan baik,” ucap gubernur.
Menurutnya, semua peninggalan naskah diperpustakaan Tanoh Abee ini bukan saja
menjadi pusat kajian para ilmuan dalam negeri, tetapi juga peneliti dari
berbagai negara lainnya. Perhatian, Pemda NAD untuk membangun kembali
perpustakaan kuno Tanoh Abee ini, patut disyukuri tidak hanya oleh masyarakat
Aceh sendiri tapi juga oleh. seluruh umat Islam di Nusantara bahkan di Asia
Tenggara. Karena, perpustakaan Islam tertua ini telah cukup banyak memberikan
konstribusi bagi pengembangan ilmu-ilmu keagamaan Islam di Nusantara dan Asia
Tenggara. Bahkan sampai ke negara-negara lainnya.
Tagged with:
Unknown
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
Popular Posts
-
Nafsiah Mboi, Usai Kondom Sekarang Minyak BabiSetelah membuat marah umat Islam melalui program 'Kondom'-nya, kini Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi menolak sertifikasi halal p...
-
Terduga Teroris di Bekasi Diduga Jaringan LamonganTEMPO.CO, Bekasi - Densus 88 Antiteror Mabes Polri mencokok Siswanto dan Abidin, dua orang terduga teroris, di Bekasi tadi malam. Penangk...
-
YasinTa baca yasin oeh lheuh seumbahyang bak jum'at malam yang that mulia Nue peu trang hate ban mandum insan yang baca Qu'ran...
-
Bireuen 600 Tahun Silam Bukan LegendaBerbagai legenda tentang Jeumpa dan Bireuen sering didengar dan dituturkan. Tapi, yang satu ini di luar itu semua. Ia adalah penanda...
-
5 Kali Sehari Aceh Dilanda GempaAceh - Warta Indonesia : Aceh kembali dilanda gempa, Gempa pertama yang berkekuatan 6,2 SR terjadi pada pukul 14.37 WIB berpusat di B...
-
Awas, Terompet dan Topi Tahun Baru Lambang PemurtadanTahun baru masehi identik dengan terompet dan topi kerucut. Tidak sedikit masyarakat Muslim yang ikut merayakannya, juga dengan meniu...