budaya
Mengibarkan Haba Aneuk Nanggroe Atjeh (HANA). Diberdayakan oleh Blogger.
NATIJAH
NATIJAH
HUKUM DAN KRIMINAL
HUKUM DAN KRIMINAL
NANGGROE
NANGGROE
atjeh
atjeh
nasional
nasional
SYA'E
clean-5
HADIH MAJA
Rovy, Dokter Tampan Aceh `Penjinak` Rematik
Posted by: Unknown Posted date: 07.40.00 / comment : 0
Pemuda
berkulit hitam manis itu kini sedang menjadi buah bibir, berkat Laterally
Wedged Insoles (LWI) yang ditemukannya.
Namanya
Rovy Pratama, lahir di Banda Aceh 19 Desember 1992 silam. Pemuda berkulit hitam
manis itu kini sedang menjadi "buah bibir" berkat Laterally Wedged
Insoles (LWI) yang ditemukannya.
LWI
merupakan alat terapi bagi penderita Osteoartritis atau rematik yang umumnya
dialami orang berusia lanjut. Dengan menggunakan alat terapi ini, penderita
reumatik tidak harus mengonsumsi obat-obatan guna mengurangi rasa nyerinya.
Rovy,
panggilan akrabnya. Sejak dua bulan terakhir ini sedang menjalani program koas
di RSUD dr Zainoel Abidin Banda Aceh untuk mendapatkan gelar dokter. Otomatis
hampir sebagian besar waktunya dihabiskan di rumah sakit.
Sejak
masih duduk di Sekolah Menengah Pertama, sulung dari dua bersaudara ini sudah
bercita-cita menjadi dokter. Keinginan itu bukan semata-mata karena dokter
dianggap sebagai profesi mulia. Tapi karena waktu itu tidak ada seorang pun di
keluarga besarnya yang menekuni profesi itu.
"Justru
ingin jadi dokter karena terinspirasi dari keluarga yang satu pun tidak ada
yang menjadi dokter," kata Rovy sebagaimana dilansir Dream dari Atjeh
Post, Rabu 20 Agustus 2014.
Memiliki wajah
tampan dan tubuh yang atletis, ditambah dengan potongan rambut yang sedikit
mohawk, Rovy tampak cocok menjadi model daripada calon dokter. Namun ia sama
sekali tak berniat untuk terjun ke dunia itu. Ia malah ingin menjadi dokter
sekaligus penulis dan peneliti.
"Tapi
khusus menulis hal-hal yang berkaitan dengan dunia kedokteran, karena
antusiasme dokter yang jadi peneliti masih sangat kecil," ujar Rovy yang
lulus dari Fakultas Kedokteran Unsyiah pada 2013 lalu ini.
Ia
berharap proyek-proyek penelitiannya di masa mendatang bisa tembus ke tingkat
internasional dan bisa dipublikasikan di jurnal-jurnal internasional pula.
Penyuka buku Latahzan dan buku-buku seri motivasi ini menghabiskan pendidikan
dasarnya di Banda Aceh. Sementara SLTP dan SMA ditamatkannya di Medan, Sumatera
Utara.
Setelah
tsunami pada akhir 2004 silam, keluarganya memutuskan untuk pindah ke provinsi
tetangga. Setelah enam tahun mengenyam pendidikan di Medan, Rovy akhirnya
kembali ke Aceh untuk melanjutkan kuliahnya di Unsyiah. Hal yang sebelumnya tak
pernah terpikirkan oleh putra pasangan Ir Ismail Zulkifli dan Saryaty ini.
Lulus
dengan IPK 3,2 pada tahun 2013, Rovy diwisuda sebagai Sarjana Kedokteran pada
Februari 2014. Ia salah satu dari 22 mahasiswa angkatan 2010 yang lulus pada
tahun itu. Masa kuliah yang dihabiskan untuk menyelesaikan program Strata 1
hanya 3,5 tahun. Usai diwisuda, penyuka nasi goreng ini tak langsung mengambil
program koas.
Ia
sempat "istirahat" selama enam bulan, selama itu ia menyiapkan
proposal LWI untuk diikutkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa yang dibuat
oleh Dikti. Beruntung, proposalnya lolos sebagai salah satu pemenang PKM Dikti
untuk tahun 2014.
Selain
fokus pada pendidikannya, Rovy juga senang berorganisasi. Selama dua periode
sejak 2012-2013 dan 2013-2014 ia dipercayakan sebagai Direktur Tim Bantu Medis
Fakultas Kedokteran Unsyiah. Sebuah unit kegiatan mahasiswa yang pernah vakum
dan kembali diaktifkan oleh Rovy dan sejumlah mahasiswa FK lainnya pada 2011
lalu.
Penemuan
Berdasarkan
riset, penyakit rematik lebih sering disebabkan oleh berkurangnya cairan antar
sendi yang lebih sering dialami oleh manula. Pengurangan cairan antar sendi ini
merupakan hal yang wajar terjadi pada setiap manula bersamaan dengan semakin
bertambahnya usia. Oleh karena itu penyakit ini susah untuk dihindari oleh
setiap individu yang telah menginjak usia 50 tahun ke atas.
Berkurangnya
cairan antar sendi dapat mengakibatkan berubahnya sudut antar tulang pada
lutut.
Hal
inilah yang menyebabkan lutut terasa sakit saat digerakkan, terutama di pagi
hari. Dengan pemikiran yang cerdas, Rovy Pratama mencoba menanggulangi masalah
ini dengan cara tetap mempertahankan sudut antar tulang pada lutut meski cairan
antar sendi sudah berkurang. Hal ini dilakukan dengan menaruh sol sepatu yang
mempunyai sudut tertentu di bawah kaki penderita rematik.
Sol
sepatu inovasi ini akan mempertahankan sudut antar tulang pada lutut tetap
dalam keadaan normal, sehingga hal ini akan mengurangi rasa sakit yang
dirasakan. Meski penyakit ini belum dapat disembuhkan secara total, tetapi
dengan pemakaian sol sepatu inovasi ini secara rutin sehari minimal 5 jam, hal
ini dapat mengurangi keluhan secara signifikan.
Mahasiswa
Kedokteran Unsyiah telah membuktikan sistem pengobatan ini dengan melakukan uji
coba pada manula di Rumah Geunaseh Sayang, Ulee Kareng, Banda Aceh. Mereka
menggunakan 55 manula sebagai objek penelitian selama tiga bulan. Uji coba
tersebut diklaim berhasil melalui sistem penilaian yang dilakukan pada pasien.
Unknown
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
Popular Posts
-
Nafsiah Mboi, Usai Kondom Sekarang Minyak BabiSetelah membuat marah umat Islam melalui program 'Kondom'-nya, kini Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi menolak sertifikasi halal p...
-
Terduga Teroris di Bekasi Diduga Jaringan LamonganTEMPO.CO, Bekasi - Densus 88 Antiteror Mabes Polri mencokok Siswanto dan Abidin, dua orang terduga teroris, di Bekasi tadi malam. Penangk...
-
YasinTa baca yasin oeh lheuh seumbahyang bak jum'at malam yang that mulia Nue peu trang hate ban mandum insan yang baca Qu'ran...
-
Bireuen 600 Tahun Silam Bukan LegendaBerbagai legenda tentang Jeumpa dan Bireuen sering didengar dan dituturkan. Tapi, yang satu ini di luar itu semua. Ia adalah penanda...
-
5 Kali Sehari Aceh Dilanda GempaAceh - Warta Indonesia : Aceh kembali dilanda gempa, Gempa pertama yang berkekuatan 6,2 SR terjadi pada pukul 14.37 WIB berpusat di B...
-
Awas, Terompet dan Topi Tahun Baru Lambang PemurtadanTahun baru masehi identik dengan terompet dan topi kerucut. Tidak sedikit masyarakat Muslim yang ikut merayakannya, juga dengan meniu...