budaya
Mengibarkan Haba Aneuk Nanggroe Atjeh (HANA). Diberdayakan oleh Blogger.
NATIJAH
NATIJAH
HUKUM DAN KRIMINAL
HUKUM DAN KRIMINAL
NANGGROE
NANGGROE
atjeh
atjeh
nasional
nasional
SYA'E
clean-5
HADIH MAJA
Prahara Perkawinan di Aceh
Posted by: Unknown Posted date: 09.48.00 / comment : 0
Di
Aceh, bicara mengenai perkawinan menjadi perkara yang sensitif. Sebelum
meminang wanita idaman, pria Aceh harus menyiapkan mahar yang lumanyan besar
untuk takaran masyakarat berkehidupan seadanya. Tetapi karena untuk dapat hidup
bahagia bersama wanita idaman tak apalah mengeluarkan emas sebanyak 10 sampai 20
mayam bahkan lebih.
Ternyata, selain mahar yang besar itu, pria Aceh juga
harus menyiapkan "uang hangus" untuk segala keperluan mempelai
wanita. Uang hangus ini biasanya sudah ditentukan oleh pihak keluarga wanita
dengan jumlah menurut kesepakatan. Dengan uang hangus ini pula mempelai wanita
bisa membeli perlengkapan kamar dan sejenisnya supaya menunjang keindahan
pernikahan kelak.
Selain masalah rumit di atas, ternyata masalah
perwakinan di Aceh lumanyan panjang dan butuh kesabaran. Kita lupakan masalah
mahar karena saya sudah menulisnya di salah satu cerpen yang dimuat di Majalah
Femina. Mari kita lihat beberapa prosesi pernikahan di Aceh yang menurut
adat-istiadat merupakan hal yang sangat istimewa.
Malam
Pacar
Kita mengenal malam pengantin atau malam pertama, di
Aceh ada yang namanya malam membubuhkan pacar (inai) di jari tangan dan kaki,
telapak tangan dan kaki. Pengantin wanita akan dirias bagaikan penari India
yang penuh warna merah tua di tangan dan telapak kaki.
Malam pertama membubuhkan pacar tersebut punya tradisi
tersendiri, di mana orang tua, sanak famili dan kerabat dekat lainnya
beramai-ramai ke rumah mempelai. Di malam itu akan dilakukan peusijuk gaca, di
mana akan dilakukan tradisi khusus semacam meminta berkat melalui tradisi yang konon
diakui sebagai ajaran Hindu. Karena ini di Aceh, peusijuk udah dianggap sebagai
budaya sendiri dan dilakukan sesuai kaidah Islam yang berlaku. Biarpun masih
banyak yang menyangsikan dan enggan melakukan peusijuk tetapi ulama di Aceh
seakan diam saja dan ikut melakukan tradisi ini, karena itu pula masyarkat yang
melakukan peusijuk tidak serta-merta disalahkan sepenuhnya.
Peusijuk gaca dimulai dengan melakukan ritual
mempeusijuk wadah menghaluskan pacar tersebut. Setelah itu, mempelai wanita
juga dipeusijuk oleh minimal tiga orang yang dianggap layak melakukannya.
Peusijuk ini pertama sekali dilakukan oleh orang yang dituakan seperti imam
masjid atau ulama terdekat.
Setelah prosesi peusijuk ini kemudian mempelai wanita
bersiap-siap untuk dihiasi telapak tangan dan kaki dengan pacar. Dalam
membubuhkan pacar pada mempelai wanita biasanya dilakukan oleh orang yang
lumanyan telaten dalam melukis sehingga hasilnya akan lebih bagus pula.
Pacar ini akan dibubuhkan pada pengantin wanita
minimal tiga malam berturut-turut. Bisa ktia bayangkan bagaimana kreatifnya
pelukis pacar ini, sanggup melukis bekas goresan malam sebelumnya sehingga
tetap terlukis model yang sama.
Pacar/inai ini menjadi suatu keharusan dan ciri khas
penting dalam perkawinan di Aceh. Dengan telapak tangan dan telapak kaki
berwarna merah menjadi pertanda bahwa seorang wanita baru saja dipinang pria
idamannya, dan akan melangsungkan akad nikah sampai peresmian pernikahan
mereka. Pacar ini pun merupakan suatu penghargaan kepada wanita Aceh dalam
mempercantik dirinya sendiri secara alami. Terlepas dari simpang-siur boleh
atau tidak, toh agama tidak mengharamkan pacar yang pohonnya bisa kita temukan
di belakang rumah.
Akad
Nikah
Janji suci sehidup semati yang diucapkan oleh pria di
depan penghulu saya rasa tidak jauh berbeda dengan daerah lain. Dan di Aceh
pelaksanaannya bisa menjelang peresmian pernikahan atau pun bisa sebulan
sebelumnya.
Intat
Linto dan Tueng Dara Baro
Ini merupakan dua hal berbeda, Intat Linto merupakan
prosesi di mana rombongan mempelai pria mengantai pengantin pria ke rumah
wanita. Intat Linto dilakukan pada hari pelaksanaan pesta di rumah pengantin
wanita. Sedangkan Tueng Dara Baro merupakan prosesi kebalikan dari Intat Linto,
di mana pengantin wanita diantar secara berombongan ke rumah mempelai pria.
Pada intinya, kedua prosesi ini memiliki kesamaan,
sama-sama melakukan peresmian pernikahan. Perbedaannya hanya pelaksanaan di
tempat berbeda dan beberapa adat yang tidak sama. Pada saat Intat Linto, para
rombongan banyak membawa seserahan yang akan diberikan kepada pengantin wanita,
atau keluarga wanita. Seserahan ini dikenal sebagai peunuwo bisa dalam beragam
bentuknya, hal ini tentu tidak jauh beda dengan daerah lain, barangkali hanya
disesuaikan dengan kebutuhan dan penamaan.
Nah, pada saat Tueng Dara Baro, pihak pengantin wanita
juga melakukan prosesi yang sama disebut peunulang. Di mana memberikan
seserahan kepada pihak mempelai pria, seserahan ini pun saya pikir merupakan
hal yang wajar dan sesuai kemampuan ekonomi dalam membelinya.
Biasanya, saat Intat Linto maupun Tueng Dara Baro,
rombongan akan disambut oleh kemeriahan penari-penari cilik yang menarikan
tarian khas Aceh, seperti Ranup Lampuan. Hal ini tentu saja membahagiakan raja
dan ratu sehari yang baru tiba di rumah kediaman mereka dengan penuh senyum
tawa. Penari-penari cilik ini sudah dipersiapkan secara khusus dan memang
memiliki tempat tersendiri dalam menghibur dibandingkan hiburan lain. Gaya-gaya
kecil mereka mampu menghipnotis rombongan untuk melepas lelah sejenak selama
perjalanan.
Duek
Dara
Kedua memperla dipertemukan maka prosesi selanjutkan
adalah duduk di pelaminan, namanya Duek Dara. Kedua mempelai duduk di atas
pelaminan mewah dalam suasana panas dan ribut tamu-tamu diundang.
Saat Duek Dara (baik di rumah pengantin pria dan
wanita) mereka sama-sama menjalani prosesi yang lumanyan lama. Dimulai dengan
peusijuk dari orang yang dituakan hingga saling menyulam makanan maupun sesi
foto bersama. Selama Duek Dara ini pula pengantin pria dan wanita harus
benar-benar sabar melawan panas dahaga dan sanak-saudara yang minta foto
bersama.
Peusijuk
Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, peusijuk
merupakan prosesi yang merngandung kontroversi di Aceh. Sebagian berpendapat
bahwa peusijuk merupakan prosesi yang sama dilakukan oleh umat Hindu. Namun
dilihat dari pelaksanaannya,peusijuk di Aceh sudah mengalami perubahan sesuai
kebutuhan aturan dalam Islam.
Memang, peusijuk dianggap membuang-buang rejeki dengan
menaburkan padi maupun beras dari ujung rambut hingga ujung kaki pengantin.
Atau pun karena peusijukdianggap sebagai kepercayaan menolak bala. Pada
dasarnya, bahan untuk melakukanpeusijuk ini terdiri dari beras, biji padi,
tepung tawar, air, ketan, dan dedaunan khas Aceh. Peusijuk dilakukan dengan
"melempar" beras dan padi yang sudah dicampur antar kepala dan kaki
pengantin yang duduk bersila, kemudian tepung tawar yang sudah dicampur dengan
air akan diteteskan pada kedua telapak tangan dan kaki melalui setangkai daun
khas Aceh tersebut,lalu orang yang mempeusijuk akan menyuapi ketan ke mulut
kedua mempelai dan diakhiri dengan salaman.
Proses ini dianggap tidak sama dengan proses yang
dimaui Islam. Saya sendiri tidak menemukan aturan baku yang melarang peusijuk,
bahkan sampai menanyakan kepada ulama di daerah masih membolehkan peusijuk ini.
Karena, budaya tidak bisa dihilangkan hanya saja dikombinasikan dengan Islam.
Pada peusijuk sendiri " selain masih dianggap pemberkatan " selama
prosesnya dibacakan basmalah dan doa-doa keselamatan dunia akhirat.
Peusijuk tidak hanya dilakukan pada
pasangan pengantin saja, pada kegiatan lain pun kerap dilakukan prosesi ini.
Akhirnya, sebuah pernikahan tetap akan bahagia sesuai
kemauan suami istri bukan dari faktor luar. Bagus tidaknya watak suami dan
istri akan menentukan kokohnya pernikahan. Bagus atau tidaknya proses menuju
rumah tangga bahagia, semua karena budaya adalah kebiasaan yang tidak bisa
dibuang selama kita hidup bermasyarakat.(Viva.co.id)
Unknown
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
Popular Posts
-
Terduga Teroris di Bekasi Diduga Jaringan LamonganTEMPO.CO, Bekasi - Densus 88 Antiteror Mabes Polri mencokok Siswanto dan Abidin, dua orang terduga teroris, di Bekasi tadi malam. Penangk...
-
YasinTa baca yasin oeh lheuh seumbahyang bak jum'at malam yang that mulia Nue peu trang hate ban mandum insan yang baca Qu'ran...
-
Nafsiah Mboi, Usai Kondom Sekarang Minyak BabiSetelah membuat marah umat Islam melalui program 'Kondom'-nya, kini Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi menolak sertifikasi halal p...
-
Bireuen 600 Tahun Silam Bukan LegendaBerbagai legenda tentang Jeumpa dan Bireuen sering didengar dan dituturkan. Tapi, yang satu ini di luar itu semua. Ia adalah penanda...
-
5 Kali Sehari Aceh Dilanda GempaAceh - Warta Indonesia : Aceh kembali dilanda gempa, Gempa pertama yang berkekuatan 6,2 SR terjadi pada pukul 14.37 WIB berpusat di B...
-
Awas, Terompet dan Topi Tahun Baru Lambang PemurtadanTahun baru masehi identik dengan terompet dan topi kerucut. Tidak sedikit masyarakat Muslim yang ikut merayakannya, juga dengan meniu...