budaya
Mengibarkan Haba Aneuk Nanggroe Atjeh (HANA). Diberdayakan oleh Blogger.
NATIJAH
NATIJAH
HUKUM DAN KRIMINAL
HUKUM DAN KRIMINAL
NANGGROE
NANGGROE
atjeh
atjeh
nasional
nasional
SYA'E
clean-5
HADIH MAJA
Home
/
/ Unlabelled
/ Abdullah Syafi’i
Abdullah Syafi’i
Posted by: Unknown Posted date: 08.19.00 / comment : 0
Detik-Detik Terakhir Syahidnya Abdullah Syafi'ie
Pidie Jaya - Sore itu sudah mendekati Magrib, Kamis (6/12), tepatnya pukul
18.05 WIB, laju kendaraan roda empat yang kami gunakan baru saja sampai di
simpang jalan menuju makam Tgk. Abdullah Syafi’e. Satu dari kami turun
menanyakan alamat pasti dimana makam Panglima Abdullah Syafi’e, maklum selama
ini kami hanya mendengar dan belum sekalipun berkunjung makam Panglima perang
Aceh yang sangat disegani sampai akhir hayatnya itu. Seperti berjodoh, sosok
tempat kami bertanya itu dulunya adalah pengawal pribadi Tgk.Abdullah Syafi’e
semasa masih dalam rimba Aceh, hanya saja ia tidak berada di samping Tgk.Lah
(panggilan akrab Abdullah Syafi’e-red) saat peluru memisahkan nyawa Tgk.Lah
dengan raganya.
Sosok itu
bernama Samsul Bahri alias Gegana, pria hitam berpostur tegap yang meninggalkan
bangku sekolah dasar karena komitmennya mengikuti jejak Tgk.Lah segera menelpon
Abu Bakar Rayeuk begitu tahu maksud kedatangan kami. Ia sendiri mengaku semasa
kecilnya sering membawa perbekalan untuk Tgk.Abdullah Syafi’e. “Dari SD lon ka
pura-pura yak tarek kaye ngeon keubeu nok, sira lon ba breuh, rukok kisaran
puntong keu Tgk.Lah. Bak gop nyan keuh lon turi GAM,” ungkap Gegana mengenang
awal ia bergabung dengan GAM di era 90-an.
Dari pembicaraannya, kami tahu kalau ia meminta izin
kepada atasanya untuk menemani kami ke makam Tgk.Lah di gampong Cubo, Pidie
Jaya. Tanpa berdiskusi lama, Gegana pun ikut rombongan sekaligus menjadi
penunjuk jalan bagi kami sampai ke tujuan. Selama 15 menit dalam perjalanan ia
banyak berkisah tentang sosok Tgk.Abdullah Syafi’e berikut dengan sikap
sederhana dan kebijaksanaannya, bahkan terkadang Tgk.Lah sebagai Panglima
perang menjadi juru masak untuk pasukannya. Dimulai pada hari 28 puasa tahun
2002, seminggu sebelum meninggalnya Tgk.Abdullah Syafi’e, Gegana sebagai
pengawal Tgk.Lah bersama lima orang lainnya, termasuk istri Tgk.Lah mendapat
informasi dari anggota TNI bahwa keberadaan Tgk.Lah bersama pasukannya sudah
diketahui TNI. Melalui adik perempuan anggota TNI tersebut yang juga warga
setempat, ia berpesan agar Tgk.Lah berpindah posisi karena lokasi dimana
Tgk.Lah berada akan disisir.
Mendengar berita tersebut, Tgk.Lah mengatakan kepada
pasukannya bahwa mereka tidak berhak mengawalnya, masing-masing berhak menjaga
nyawa sendiri demi keselamatan. “Peu gata sanggop tadeong sajan lon?” begitu
Panglima bertanya saat itu. “Demi perjuangan, nyawong lon tem bie,” jawab
Gegana mengenang, dan dari semua yang ikut dalam barisan hanya Gegana yang
menjawab pertanyaan tersebut, selebihnya diam. Gegana berkisah lebih dalam,
hari itu masih jam 03.00 WIB pagi, Tgk.Lah bangun memasak nasi untuk sahur yang
sebentar lagi tiba, ini dilakukan Tgk.Lah karena pasukan sedang terlelap dan
memang menjadi kebiasaannya. Singkatnya, jelang pukul tujuh pagi, Gegana yang
masih terjaga selepas sahur tadi melihat seekor kucing lari ke arah camp,
berikut dengan suara ayam hutan yang ribut, Gegana semakin yakin ada orang lain
di dekat lokasi mereka saat ia mendengar suara orang berbicara. “Ada bau ikan
asin dan jejak baru,” begitu kata Gegana meniru. Segera ia memberitahukan
kepada Tgk.Lah, dan saat itu Tgk.Lah langsung turun mengecek sendiri
kebenarannya setelah dua pucuk senjata jenis pistol dan AK-56 ia serahkan
kepada Gegana.
Saat itu jarak Tgk.Lah dan pasukan TNI gabungan
hanya sekitar sepuluh langkah, dan TNI memerintahkan Tgk.Lah agar jangan lari,
namun Tgk.Lah tak menggubrisnya. “Deungon kuasa Allah senjata TNI wate nyan
hana meledak sampo Tgk.Lah leupah geugisa u camp geucok senjata,” ujar Gegana.
“Deong, kunak peu abeh mandum,” kata Gegana mengutip kata Tgk.Lah sesaat
sebelum terjadi kontak tembak. Sesampai disana, istri Tgk.Lah, Ummi Fatimah
binti Abdurrahman melarang suaminya mengingat kondisinya dalam keadaan hamil
tiga bulan. “Bek neu meuprang, lon hana sehat,” papar Gegana meniru kata Ummi
Fatimah kepada Tgk.Abdullah Syafi’e.
Setelah mendengar kata istrinya, Tgk.Abdullah
Syafi’e mengurungkan niatnya menghadang TNI, lalu ia menghindar dari kejaran
pasukan TNI gabungan yang sudah mengepung pegunungan di sekitar Gampong Cubo,
namun Gegana dan pasukan pengawal Tgk.Lah terus membalas tembakan musuh hingga
mereka terpencar, sejak itulah ia tidak lagi berjumpa dengan Panglima
perangnya, dan Gegana berhasil meloloskan diri ke kawasan Pante Breuh.
Mendekati hari meninggalnya Tgk.Abdullah Syafi’e di kawasan pegunungan dalam
gampongnya di Cubo, Abu Bakar Ubit eks kombatan yang pernah belajar di kamp
Tajura, Libya, sekarang menjabat Wakil Ketua DPRK Pidie Jaya mengaku kalau
setelah terpencarnya Tgk.Lah dengan pasukan pada pengepungan seminggu lalu,
membuat Abu Bakar Ubit bertemu dengan Tgk.Lah dalam satu barisan. Ia mengaku
bahwa pada hari tertembaknya Tgk.Abdullah Syafi’e selaku Panglima yang tidak
pernah keluar dari rimba Aceh, ia ada dalam satu barisan tempur, hanya saja
tidak berdampingan langsung dengan Tgk.Lah.
Ceritanya, hari itu, 21 Januari 2002, di pegunungan
antara Jim-Jim dan Cubo, seribuan TNI sudah seminggu lebih merayap untuk
memantau pergerakan Tgk.Abdullah Syafi’e. Tepat di Kareung Bla, disanalah awal
peperangan antara pasukan TNI dengan Tgk.Abdullah Syafi’e, kecamuk perang dalam
rimba Aceh tersebut membuat pasukan Tgk.Abdullah Syafi’e harus bergeser untuk
menghindari jumlah pasukan TNI yang begitu banyak, pasukan Tgk.Lah kalah jumlah.
Pasukan Tgk.Lah akhirnya bermalam di pegunungan Alue Mon, pegunungan tersebut
tepat berada diatas Gampong Cubo, dan masih terlihat dari makamnya sekarang.
Pada pagi 22
Januari 2002, pukul 08:10 WIB, pasukan TNI yang sudah mengepung lokasi
Tgk.Abdullah di perbukitan Alue Mon sejak kemarin, terbaca oleh pasukan
Tgk.Lah, disinilah awal perang besar-besaran terjadi. “Dari poh lapan beungoh
sampo seupot baro reda prang,” kenang Abu Bakar. Dalam pertempuran sengit itu,
Abu Bakar sebagai pasukan di garis dua bersama dengan kawan-kawannya terus
menghadang pasukan TNI, dan pasukan Tgk.Lah juga berperang tanpa menghiraukan
lagi sekelilingnya. Dalam keadaan itulah, sebagian pasukan Tgk.Lah tercerai
berai karena harus menghindari gempuran TNI yang terus merangsek dan memburu
Tgk.Lah, sehingga Abu Bakar Ubit menjelang malam berhasil melepaskan diri dari
kepungan TNI yang hanya berjarak puluhan meter. Ia berhasil melepaskan diri
setelah menyelinap dari kumpulan daun-daun hingga mencapai pinggiran sawah,
lalu ia terus mencari jalan untuk bisa keluar ke arah jalan raya. Saat itu Abu
Bakar belum mengetahui bagaimana keadaan Tgk.Abdullah Syafi’e beserta
pasukannya yang sudah terpencar untuk mempertahan diri dari hujan peluru TNI,
ia berharap Panglima perangnya dalam kondisi sehat.
Namun Allah berkehendak lain, Tgk.Abdullah Syafi’e
beserta tiga lainnya meninggal seusai perang, Tgk.Abdullah tertembus peluru TNI
tepat di dadanya. Abu Bakar pada hari keempat paska pertempuran baru mengetahui
bahwa Panglima perangnya sudah tiada. Dari pihak TNI juga jatuh korban sebanyak
sembilan orang. Setelah semalaman jasad Tgk.Abdullah Syafi’e dan tiga lainnya
yaitu istrinya Ummi Fatimah binti Abdurrahman, pengawalnya Muhammad bin Ishak
dan penasehatnya M.Daud bin Hasyim berada di tempat pertempuran, keesokan
harinya oleh warga, keempat jasad mereka dibawa ke rumah sakit Sigli.
Keempat jasad yang setia berjuang hingga tetes darah
penghabisan akhirnya dikebumikan secara bersisian dalam satu atap tepat di
belakang rumah Tgk.Abdullah Syafi’e di Gampong Cobu, Pidie Jaya pada tanggal 24
Januari 2002. Mereka telah memberikan semangat juang yang tinggi dan ia telah
menorehkan sejarah bahwa keyakinan harus dipertahankan walau nyawa menjadi
bayaran, agar sesuatu tidak akan sia-sia.
Tagged with:
Unknown
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
Popular Posts
-
Terduga Teroris di Bekasi Diduga Jaringan LamonganTEMPO.CO, Bekasi - Densus 88 Antiteror Mabes Polri mencokok Siswanto dan Abidin, dua orang terduga teroris, di Bekasi tadi malam. Penangk...
-
YasinTa baca yasin oeh lheuh seumbahyang bak jum'at malam yang that mulia Nue peu trang hate ban mandum insan yang baca Qu'ran...
-
Nafsiah Mboi, Usai Kondom Sekarang Minyak BabiSetelah membuat marah umat Islam melalui program 'Kondom'-nya, kini Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi menolak sertifikasi halal p...
-
Bireuen 600 Tahun Silam Bukan LegendaBerbagai legenda tentang Jeumpa dan Bireuen sering didengar dan dituturkan. Tapi, yang satu ini di luar itu semua. Ia adalah penanda...
-
5 Kali Sehari Aceh Dilanda GempaAceh - Warta Indonesia : Aceh kembali dilanda gempa, Gempa pertama yang berkekuatan 6,2 SR terjadi pada pukul 14.37 WIB berpusat di B...
-
Awas, Terompet dan Topi Tahun Baru Lambang PemurtadanTahun baru masehi identik dengan terompet dan topi kerucut. Tidak sedikit masyarakat Muslim yang ikut merayakannya, juga dengan meniu...