budaya
Mengibarkan Haba Aneuk Nanggroe Atjeh (HANA). Diberdayakan oleh Blogger.
NATIJAH
NATIJAH
HUKUM DAN KRIMINAL
HUKUM DAN KRIMINAL
NANGGROE
NANGGROE
atjeh
atjeh
nasional
nasional
SYA'E
clean-5
HADIH MAJA
Bireuen, Peusangan dan Malem Diwa
Posted by: Unknown Posted date: 22.41.00 / comment : 0
Sebagai sebuah
kabupaten, Bireuen memiliki babatan sejarah tersendiri yang melekat dengan
Kabupaten Aceh Utara, sebagai awal induk daerah tersebut. Peusangan sebagai
bagian dari Bireuen juga memiliki kisah tersendiri, salah satunya Malem Diwa
yang sudah melegenda.
Bireuen
boleh dibilang sebagai kabupaten yang tergolong masih muda di Aceh. Ia baru
menjadi daerah pemerintahan defenitif tingkat dua pada tahun 1999. Sebelum itu,
Bireuen merupakan bagian dari Kabupaten Aceh Utara. Sejarah Aceh Utara sendiri
tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangan Kerajaan Islam di pesisir Sumatera
yaitu Samudera Pasai yang terletak di Kecamatan Samudera Geudong yang merupakan
tempat pertama kehadiran Agama Islam di kawasan Asia Tenggara.
Kerajaan-kerajaan
Islam di Aceh mengalami pasang surut, mulai dari zaman Kerajaan Sriwijaya,
Majapahit, kedatangan Portugis ke Malaka pada tahun 1511 sehingga 10 tahun
kemudian Samudera Pasai turut diduduki, hingga masa penjajahan Belanda. Secara
de facto Belanda menguasai Aceh pada tahun 1904, yaitu ketika Belanda dapat
menguasai benteng pertahanan terakhir pejuang Aceh Kuta Glee di Batee Iliek di
Samalanga. Dengan surat Keputusan Vander Geuvemement General Van Nederland
Indie tanggal 7 September 1934, Pemerintah Hindia Belanda membagi Daerah Aceh
atas 6 (enam) Afdeeling (Kabupaten) yang dipimpin seorang Asistent Resident.
Salah
satunya adalah Affleefing Noord Kust Van Aceh (Kabupaten Aceh Utara) yang
meliputi Aceh Utara sekarang ditambah Kecamatan Bandar Dua yang kini telah
termasuk Kabupaten Pidie Jaya. Afdeeling Noord Kust Aceh dibagi dalam 3 (tiga)
Onder Afdeeling (Kewedanaan) yang dikepalai seorang Countroleur (Wedana) yaitu:
Onder Afdeeling Bireuen, Onder Afdeeling Lhokseumawe, Onder Afdeeling Lhoksukon
Selain Onder Afdeeling tersebut terdapat juga beberapa Daerah Ulee Balang (Zelf
Bestuur) yang dapat memerintah sendiri terhadap daerah dan rakyatnya yaitu Ulee
Balang Keuretoe, Geurogok, Jeumpa, dan Peusangan yang diketuai oleh Ampon Chik.
Pada masa pendudukan Jepang istilah Afdeeling diganti dengan Bun, Onder
Afdeeling disebut Gun, Zelf Bestuur disebut Sun, Mukim disebut Kun dan Gampong
disebut Kumi.
Sesudah
Indonesia diproklamirkan sebagai negara merdeka, Aceh Utara disebut Luhak yang
dikepalai oleh seorang Kepala Luhak sampai dengan tahun 1949. Melalui Konfrensi
Meja Bundar, pada 27 Desember 1949 Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia dalam
bentuk Negara Republik Indonesia Serikat yang terdiri dari beberapa negara
bagian. Salah satunya adalah Negara Bagian Sumatera Timur. Tokoh-tokoh Aceh
saat itu tidak mengakui dan tidak tunduk pada RIS tetapi tetap tunduk pada
Negara Republik Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.
Dengan
Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia Nomor I/ Missi / 1957, lahirlah
Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Dengan sendirinya Kabupaten Aceh Utara masuk
dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Berdasarkan Undang Undang Nomor I
tahun 1957 dan Keputusan Presiden Nomor 6 tahun 1959. Kabupaten Daerah Tingkat
II Aceh Utara terbagi dalam 3 (tiga) Kewedanaan yaitu : Kewedanaan Bireuen
terdiri atas 7 kecamatan, Kewedanan Lhokseumawe terdiri atas 8 Kecamatan,
Kewedanaan Lhoksukon terdiri atas 8 kecamatan. Dua tahun kemudian keluar Undang
Undang Nomor 18 tahun 1959 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah. Berdasarkan
UU tersebut wilayah kewedanaan dihapuskan dan wilayah kecamatan langsung di
bawah Kabupaten Daerah Tingkat II. Dengan surat keputusan Gubemur Kepala Daerah
Propinsi Daerah Istimewa Aceh Nomor: 07/SK/11/ Des/ 1969 tanggal 6 Juni 1969,
wilayah bekas kewedanaan Bireuen ditetapkan menjadi daerah perwakilan Kabupaten
Daerah Tingkat II Aceh Utara yang dikepalai seorang kepala perwakilan.
Hampir
dua dasawarsa kemudian dikeluarkan Undang Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, sebutan Kepala Perwakilan diganti dengan
Pembantu Bupati Kepala Daerah Tingkat II, sehingga daerah perwakilan Bireuen
berubah menjadi Pembantu Bupati Kepala Daerah Tingkat II Aceh Utara di Bireuen.
Peusangan dan Malem Diwa Peran Peusangan dalam pergerakan dan perubahan di
Indonesia juga tidak boleh dinafikan yaitu pada tanggal 5 Mei 1939 diadakan
rapat di sebuah gedung yang sekarang dikenal dengan Universitas Almuslim oleh
sekelompok ulama-ulama yang ada di Aceh, yang kemudian lahirlah Organisasi PUSA
(Persatuan Ulama Seluruh Aceh), yang diketuai oleh Tengku Muhammad Daud Beureuh.
PUSA berusaha meningkatkan syiar Islam, dengan meningkatkan pendidikan agar
terlaksana syiar Islam dalam masyarakat.
Dalam
perjuangannya, organisasi ini bergabung dalam MIAI. Menceritakan Negeri
Peusangan ingatan kita tidak terlepas dari romatika sejarah hikayat Malem Diwa,
dan hubungannya dengan ”Negeri di Atas Angin” atau negeri ”Antara”. Mungkin
kalau sekarang termasuk wilayah Tanah Gayo Aceh Tengah dengan ibukotanya
Takengon. Kata "Antara" ini mungkin bisa diartikan letaknya di antara
kedua kabupaten Tanah Gayo ini. Tetapi, di Aceh, Tanah Gayo Kabupaten Aceh
Tengah juga sering disebut sebagai negeri "Antara" atau "Negeri
di Atas Angin".
Nama
ini erat kaitannya dengan legenda rakyat Aceh Tengah, Malem Diwa yang
mengisahkan tentang percintaan Malem Diwa dengan Putroe Bunsu (Peteri
Bensu/(Putri Bungsu) yakni seorang bidadari yang nyasar ke Kerajaan Antara dan
sayapnya untuk terbang disembunyikan Malem Diwa yang jatuh cinta kepadanya.
Kisah Malem Diwa dan Putroe Bunsu adalah kisah cinta abadi tiada taranya. Indah
dan penuh dengan pengalaman suka duka serta rintangan berat yang hampir saja
berakhir karena ayah dan ibu Putroe Bunsu berupaya mengembalikan anaknya ke
Kerajaannya di langit. "Negeri Antara" dalam legenda Malem Diwa
rakyat Aceh Tengah berada di sebuah gunung di atas Danau Laut Tawar.
Malem
Diwa adalah putra seorang Raja Peusangan yang sekarang masuk dalam wilayah
Kabupaten Bireuen. Malem Diwa sedang mandi di sungai dan tiba-tiba ia
mendapatkan sehelai rambut panjang hanyut di sungai. Dan ia menelusuri Sungai
Krueng Peusangan untuk mencari pemilik rambut yang ternyata adalah milik Putroe
Bunsu. Kisah itu entah benar atau sekedar mitos, yang pasti hikayat tersebut
sudah melagenda di dalam kultur masyarakat Peusangan, tetapi hampir setiap
orang Peusangan meyakini tentang kebenaran hikayat tersebut. Sampai-sampai dulu
dikisahkan oleh beberapa orang tua yang ada di Peusangan setiap orang yang
ingin menutur atau menceritakan tentang hikayat Malem Diwa terlebih dahulu
harus mengadakan kenduri untuk anak yatim. Yang paling terkenal dan ahli dalam
hal menceritakan hikayat Malem Diwa ini adalah almarhum Tgk. Adnan PMTOH, konon
kabarnya seniman tutur ini dalam menceritakan hikayat Malem Diwa bisa memakan
waktu tiga malam pertunjukan yang dihadiri oleh masyarakat.
Walaupun
hikayat Malem Diwa ini menurut beberapa orang hanya sekedar mitos, tapi
masyarakat sangat meyakini itu adalah cerita yang benar-benar terjadi, sehingga
di daerah Awe Geutah yang terletak kurang lebih 10 kilometer arah selatan Kota
Matangglumpangdua sebagai ibukota Kecamatan Peusangan, sampai sekarang orang
meyakini ada tupai peliharaan Malem Diwa, orang-orang di sana menyebutnya
”Tupai Teungku Malem”. Menurut cerita turun temurun, dahulu semasa Ampon Chiek
Peusangan masih ada setiap penduduk diwajibkan untuk menanam pohon buah-buahan
di depan rumahnya, terutama giri (jeruk bali), sehingga tidak heran sampai
sekarang jeruk bali telah menjadi komoditas khas. Buah ini hanya terdapat di
Matang, ibu kota Kecamatan Peusangan yang berjarak 10 kilometer dari Bireuen
arah ke Medan.( Penulis Iskandar Norman)
Tagged with:
atjeh
Unknown
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
Popular Posts
-
Nafsiah Mboi, Usai Kondom Sekarang Minyak BabiSetelah membuat marah umat Islam melalui program 'Kondom'-nya, kini Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi menolak sertifikasi halal p...
-
Terduga Teroris di Bekasi Diduga Jaringan LamonganTEMPO.CO, Bekasi - Densus 88 Antiteror Mabes Polri mencokok Siswanto dan Abidin, dua orang terduga teroris, di Bekasi tadi malam. Penangk...
-
YasinTa baca yasin oeh lheuh seumbahyang bak jum'at malam yang that mulia Nue peu trang hate ban mandum insan yang baca Qu'ran...
-
Bireuen 600 Tahun Silam Bukan LegendaBerbagai legenda tentang Jeumpa dan Bireuen sering didengar dan dituturkan. Tapi, yang satu ini di luar itu semua. Ia adalah penanda...
-
5 Kali Sehari Aceh Dilanda GempaAceh - Warta Indonesia : Aceh kembali dilanda gempa, Gempa pertama yang berkekuatan 6,2 SR terjadi pada pukul 14.37 WIB berpusat di B...
-
Awas, Terompet dan Topi Tahun Baru Lambang PemurtadanTahun baru masehi identik dengan terompet dan topi kerucut. Tidak sedikit masyarakat Muslim yang ikut merayakannya, juga dengan meniu...