budaya
Mengibarkan Haba Aneuk Nanggroe Atjeh (HANA). Diberdayakan oleh Blogger.
NATIJAH
NATIJAH
HUKUM DAN KRIMINAL
HUKUM DAN KRIMINAL
NANGGROE
NANGGROE
atjeh
atjeh
nasional
nasional
SYA'E
clean-5
HADIH MAJA
Home
/
/ Unlabelled
/ BERANDA Makam Abu Chik Pendiri Kerajaan Aceh Darussalam Terabaikan
BERANDA Makam Abu Chik Pendiri Kerajaan Aceh Darussalam Terabaikan
Posted by: Unknown Posted date: 07.28.00 / comment : 0
TIMBUNAN
batu-batu nisan itu tergeletak begitu saja di pinggir jalan setapak yang sering
dilalui orang-orang pergi memancing ikan di pantai Kuta Leubok, Krueng Raya,
Aceh Besar. Makam-makam yang berada tidak jauh dari rerentuhan benteng kuno
Kerajaan Lamuri (abad ke-15 Masehi), terkesan seperti sesuatu yang tidak punya
arti.
Tidak
ada papan informasi yang menerangkan bahwa itu warisan sejarah Islam dan cagar
budaya. Tidak ada pagar yang melindunginya dari kaki-kaki hewan ternak yang
menginjak atau malah membuang kotorannya di situ. Tak tampak apapun usaha
perawatan agar makam-makam itu dapat terus lestari dan disaksikan oleh
generasi-generasi masa depan.
“Semuanya
tergadaikan pada waktu. Begitulah kondisi kompleks makam bersejarah itu, sangat
jauh dari kepedulian dan perhatian,” ujar Khairul Syuhada, ketua tim pendataan
dari Central Information for Samudra Pasai Heritage (CISAH) menceritakan hasil
pantauannya kepada Misykah.com, belum lama ini.
Lokasi
makam berada di tempat sunyi dan
terpencil dalam sebidang tanah dipenuhi
pohon kelapa itu semakin mengesankan keterabaian yang menimpa situs bersejarah
itu. Padahal, kata Khairul, di antara tokoh yang dimakamkan di tempat tersebut
adalah seorang sultan yang merupakan kakek buyut (Aceh: Abuchik) dari pendiri
Kerajaan Aceh Darussalam (Dinasti Meukuta Alam), Sultan ‘Ali Mughayat Syah
(wafat 936 H/1530 M).
Data
sejarah ini diketahui setelah tim CISAH pada 16 November lalu menemukan nisan
makam Sultan Munawwar Syah yang merupakan kakek dari ‘Ali Mughayat Syah bin
Syamsu Syah bin Munawwar Syah. Pada nisan makam Munawwar Syah disebutkan bahwa
ayahnya bernama Sultan Muhammad Syah Lamuri. Hal ini memperjelas bahwa yang
dimaksud itu adalah Sultan Muhammad Syah yang wafat pada 908 H/ 1503 M di
Lamuri, yakni Lamreh dan Kuta Leubok hari ini.
“Selain
makam Sultan ini juga terdapat makam dan nisan makam lainnya yang sudah tidak
teratur dan berserakan. Beberapa di antaranya memiliki inskripsi (tulisan pada
batu nisan) yang merupakan dokumen penting untuk merekonstruksi sejarah masa
silam Aceh,” ujar Khairul.
Seorang
warga Lamreh yang tinggal tidak jauh dari lokasi pemakaman itu mengaku
pemakaman dan benteng Kuta Leubok sampai sekarang belum memperoleh perhatian
yang wajar dari pemerintah. Ia mengatakan dulu dirinya pernah ditawarkan untuk
menjadi juru pelihara (jupel). Namun sesudah memenuhi beberapa persyaratan, ia
tidak kunjung ditetapkan sebagai jupel.
Pernah
suatu kali ia berujar kepada beberapa orang yang dikenalinya sebagai pihak
bertanggung jawab dengan maksud menyindir, “Peu hana pakat le, menyoe hana
pakat le ku meujak publoe keu ureung Turki(apakah tinggalan sejarah ini tidak
mau diperdulikan lagi. Jika tidak, akan saya jual untuk orang Turki).
Warga
itu menceritakan bahwa sebelum peristiwa
tsunami, ada orang Turki yang menanyakan kepadanya apakah pemilik kebun
lokasi situs benteng dan pemakaman itu bersedia menjual lahan tersebut
kepadanya. Namun, kata warga tersebut, lahan itu untuk sementara ini tidak pernah
direncanakan untuk dijual.(imsykah)
Tagged with:
Unknown
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
Popular Posts
-
Kerangka Diduga Milik Nabi Nuh DitemukanPara staf di Penn Museum, Philadelphia menemukan sebuah kotak kayu berisi kerangka manusia berusia 6.500 tahun. Kotak kayu itu telah t...
-
Berikut Isi Sumpah Wali Nanggroe Aceh IXBANDA ACEH - Malik Mahmud Al Haythar akhirnya mengucapkan sumpahnya sebagai Wali Nanggroe Aceh ke-9. Wali yang bergelar Al Mukarram Maula...
-
Harapan Warga Dari Wali NanggroeSuara Azan mengumandang, bukan pertanda mulai masuknya waktu shalat, tapi sebagai tanda dimulainya prosesi pengukuhan Malik Mahmud Al-Hay...
-
Nelayan Temukan Boat Mesin Menyala tanpa AwakBANDA ACEH - Dua nelayan yang baru pulang melaut, Senin (16/12) sore, menemukan boat tet-tet dengan kondisi mesin menyala, tetapi tanpa a...
-
Pendeta Asal Aceh, Muhamad Husein HoseaDibenaknya tidak pernah terpikir sedikitpun untuk pindah agama. Tapi rencana Tuhan lain. Di usianya yang tiga tahun, pria kelahiran Sigli...
-
Kitab Kuning yang LegendarisDalam sistem pembelajaran pondok pesantren Salafiyah, ada metode untuk belajar kitab kuning. Kitab ini merupakan kitab-kitab berbahasa...