breaking

budaya

Mengibarkan Haba Aneuk Nanggroe Atjeh (HANA). Diberdayakan oleh Blogger.

NATIJAH

NATIJAH

HUKUM DAN KRIMINAL

HUKUM DAN KRIMINAL

NANGGROE

NANGGROE

atjeh

atjeh

nasional

nasional

SYA'E

clean-5

HADIH MAJA

/ / / Orang Aceh Di Gaji Belasan Juta Untuk Memurtadkan Saudaranya

Share This
Gerakan Kristenisasi dan aksi pemurtadan semakin gencar dilakukan misionaris melalui LSM/NGO asing terhadap anak-anak dan masyarakat Aceh. Berbagai tipu muslihat mereka lakukan mulai membagikan sembako yang disisipi buku-buku, majalah tentang Yesus, memberi uang jutaan rupiah ke setiap keluarga sebagai rayuan masuk Kristen, hingga ditemukan Injil berbahasa Aceh
”Para misionaris ini melakukan berbagai strategi pemurtadan di Aceh dari yang lemah lembut sampai yang terang-terangan,” tegas Sekjen Hilal Merah, Muzakhir Ridho, pada acara Seminar dan Dialog Nasional ”Perubahan Sosial dan Isu Pemurtadan di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)”, Kamis (5/1), di Jakarta.
Saat ini, lanjut Ridho, ada pemukiman yang selesai dibangun oleh NGO lalu diberi tanda salib. ”Ini cara (pemurtadan) yang sangat terang-terangan,” ujarnya.           
            Aroma Kristenisasi di Aceh semakin terasa sejak dua bulan pasca tsunami. Terbukti, ratusan anak-anak Aceh secara bertahap dibawa keluar Aceh untuk disiapkan menjadi pendeta.
Mereka juga mendirikan sekolah taman kanak-kanak (TK) di banyak tempat dan mencekoki dongeng serta lagu-lagu Nasrani. Bahkan, mereka mencuci otak anak-anak Aceh dengan mengatakan Allah tidak adil karena mematikan orang tua sedangkan rumah Allah (masjid-red) tetap berdiri.
Di Meulaboh sudah 50 penduduk asli Aceh yang masuk Kristen. Dikhawatirkan jumlahnya semakin banyak. Ditemukan juga 5.000 jilid buku dalam bahasa Aceh bertuliskan Injil Marhaban. ”Pemurtadan di Aceh ini sudah sangat kritis,” imbuh Ridho.

Bangun Gereja Besar di Aceh
Beberapa waktu lalu ormas Islam turun ke jalan setelah mendengar adanya usulan pembangungan gereja tingkat tiga di Aceh. Alasannya, memperluas gereja, karena jamaahnya semakin banyak dan akan menjadikan gereja terbesar di Asia Tenggara.
”Pasca tsunami ini orang Aceh banyak yang tewas, tapi mereka seenaknya mengatakan jamaahnya semakin bertambah. Dari mana pertambahan itu? Berarti mereka telah melakukan pemurtadan, ini yang kita pertanyakan. Makanya, kita menentang jangan sampai diberikan izin mendirikan bangunan (IMB) pembangunan gereja,” tutur Ridlo.
Iming-iming lain yang diajukan NGO asing, merekrut orang-orang Aceh sebagai staf atau pegawainya dengan gaji belasan juta rupiah. Tapi di surat perjanjian kerja tertulis ‘siap sebagai pelayan tuhan’.
Seminar ‘Perubahan Sosial dan Isu Pemurtadan di NAD’ dibagi dua sesi. Pertama mengenai ‘Pandangan Masyarakat NAD terhadap Perbahan Sosial’ dengan pembicaranya selain Muzakhir Ridho, yaitu Abdurrahman Kaoy (tokoh masyarakat Aceh), Agus Shahputra (mahasiswa Aceh), dan Adi SMK. Sedangkan sesi kedua, tanggapan tokoh nasional dan ulama. Menghadirkan KH Mudzakkar Abu Faqih (Koordinator Mudzakarah Ulama dan Habaib), MUI Yogyakarta dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Abdurrahman Kaoy yang juga dosen IAIN Ar-raniry, Banda Aceh, membeberkan, sejak lama para misionaris Kristen berupaya bisa masuk ke Aceh, tapi selalu kandas. Tahun 1984 sempat datang pendeta dari Jerman akan mendirikan pusat pengembangan Kristen, namunn ditolak. Pada 1994 utusan dari kepausan datang ke Aceh. Mereka merayu 24 anak untuk masuk Kristen. Tapi dua bulan di Aceh, dia tidak sanggup melaksanakan tugasnya.
Akhirnya dia mengubah strategi mengambil anak-anak miskin, masyarakat yang sakit tidak mempunyai biaya, dan anak-anak jalanan. ”Mereka ini akan dijadikan pastor,” papar Kaoy.
Pasca tsunami, tepatnya 2 Januari, Hilal Merah mengakses email yang isinya agar umat Nasrani segera membantu Aceh. Alasannya, terjadinya tsunami Aceh sebagai cara tuhan untuk merebut Aceh yang selama ini pintunya tertutup.
”Kami minta pemerintah jangan diam saja. Harus segera melakukan sesuatu. Kita akan minta kepada presiden agar NGO yang merusak keimanan dan merubah tatanan sosial di Aceh segera diusir dari Aceh,” tegas Abu Faqih.

Aktivitas Misionaris Pasca Tsunami Terjadi Dipedalaman Aceh
            Kordinator Muzakarah Ulama dan Habaib Kyai Haji Mudzakir Abu Faqih menyatakan, indikasi permurtadan yang dilakukan orang-orang yang tergabung dalam LSM asing pada anak-anak Aceh paska tsunami memang benar terjadi. Hal ini dibuktikan dengan temuan benda-benda berupa tanda salib dan buku injil yang diselipkan dalam bantuan ke Aceh dan juga melalui doktrin-doktrin yang isinya membujuk anak Aceh dengan cara membandingkan antara Allah dengan tuhan mereka.
“Orang asing yang bisa berbahasa Indonesia telah mendoktrin anak Aceh dengan mengatakan, ‘Lihat Tuhan kamu tidak adil, kejam, rumah kamu saja dihancurkan tapi rumahNya (mesjid-red) tetap Ia jaga’,” papar KH. Mudzakir menirukan perbincangan antara misionaris dengan anak-anak Aceh yang sempat didengar oleh para relawan Muslim. Menurutnya, temuan tersebut diketahui berdasarkan laporan para relawan yang bekerja di Aceh sejak awal bencana tsunami dan kegiatan tersebut terjadi hampir di seluruh wilayah Aceh. Terutama di kawasan pedalaman yang tidak terjangkau oleh relawan dari Indonesia.
“Kasus demikian banyak sekali ditemukan, apalagi yang tidak terlihat, belum bisa dihitung,” sambung Mudzakir yang dijumpai dalam acara seminar dan dialog “Perubahan Sosial dan Pemurtadan Paska Tsunami di Aceh’ di gedung Joang, Jakarta, Kamis (5/1).
            Ia menilai, situasi sulit telah memicu masyarakat Aceh bersikap pasrah dengan segala bentuk bantuan. Namun jika dibiarkan, akan merusak akidah dan budaya masyarakat Aceh.
Kyai Haji Mdzakir menambahkan, pola-pola pemurtadan yang umumnya dilakukan oleh para misionaris paska tsunami melalui cara adopsi anak, memberikan bantuan dan pendekatan melalui pendidikan. Sedangkan yang melalui video atau kaset, belum ditemukan.

            Pada kesempatan yang sama, Direktur Hilal Merah, Hilmy Bakar Almas Caty menilai gerakan misionaris di Aceh paska tsunami sangat tangguh dan berani mati. Langkah awal yang mereka targetkan adalah membuat masyarakat Aceh tidak bangga menjadi umat Islam.
«
Next

Posting Lebih Baru

»
Previous

Posting Lama