breaking

budaya

Mengibarkan Haba Aneuk Nanggroe Atjeh (HANA). Diberdayakan oleh Blogger.

NATIJAH

NATIJAH

HUKUM DAN KRIMINAL

HUKUM DAN KRIMINAL

NANGGROE

NANGGROE

atjeh

atjeh

nasional

nasional

SYA'E

clean-5

HADIH MAJA

/ / Unlabelled / Peneliti Temukan Empat Pemukiman Besar Zaman Samudra Pasai

Share This

TIM Ekspedisi Meugat Seukandar 2013 dariCentral Information for Samudra Pasai Heritage(Cisah) Lhokseumawe, menemukan empat pemukiman kuno zaman Samudra Pasai di wilayah timur Krueng (Sungai) Keureuto sampai Krueng Jambo Aye, Aceh Utara.
Tim Ekspedisi Meugat Seukandar yang tengah melakukan penelitian dan eksplorasi situs sejarah Samudra Pasai, menemukan empat pemukiman kuno tersebut, Kamis-Sabtu, 13-15 Juni 2013.
“Banyak pemukiman kuno yang kita temukan, empat di antaranya dapat dikategorikan sebagai pemukiman besar yang memiliki kedudukan penting di zaman Samudra Pasai, abad ke-13 Masehi sampai abad ke-16 Masehi. Ini diketahui dari persebaran kubur-kubur kuno zaman Samudra Pasai yang padat di empat pemukiman tersebut,” kata Abdul Hamid, Ketua Cisah Lhokseumawe.
Situs-situs pemukiman itu, salah satunya berada di Gampong Tanjong Geuleumpang, tepi kanan Krueng Sampoiniet, dekat Kuala Piyadah. Kedua, di Gampong Matang Paya, tepi kiri Krueng Sampoiniet. Ketiga, di kawasan Gampong Geuleumpang Samlako, Aronga Lise dan Alue Ie Tarek. Keempat, di Gampong Matang Baroe. Semuanya berada dalam wilayah Kecamatan Baktiya,  Aceh Utara. “Ini baru pertama kali terungkap,” ujar Abdul Hamid.
Selain pemukiman-pemukiman tersebut, kata Abdul Hamid, juga terdapat banyak pemukiman kuno di sepanjang bekas aliran Krueng Jambo Aye yang melintasi beberapa kecamatan di timur Krueng Keureuto, Aceh Utara. Antara lain, di Gampong Alue Papeun dan Tanjong Ara, Kecamatan Tanah Jambo Aye, di Gampong Meunasah Bujok dan Krueng Lingka Timur, Kecamatan Baktiya, dan di Gampong Blang Pha, Kecamatan Seunuddon.
Abdul Hamid menyebutkan, di daerah pesisir Seunuddon, di Gampong Matang Lada, juga ditemukan beberapa perkuburan kuno. Di antaranya,  kompleks kubur yang dikenal masyarakat setempat dengan Jirat Teungku di Bungong.
Menurut Muhammad Amin, 54 tahun, warga Matang Lada kepada tim Cisah, di Jirat Teungku di Bungong itu dulunya, selain batu-batu nisan yang masih tinggal sampai sekarang, banyak lagi batu-batu nisan thimpik(pahatan, pipih), dan ada relief-reliefnya. “Tapi karena sudah terlampau lama maka banyak yang hilang,” katanya.
Di pematang-pematang empang ikan dekat kompleks kubur itu, ditemukan pula wadah-wadah tembikar dan keramik. “Terkesan sekali bahwa lokasi itu dulunya, zaman Samudra Pasai, merupakan lokasi hunian yang padat dan dinamis,” ujar Abdul Hamid.
Bahkan, kata dia, sebuah aliran air yang berada di utara Matang Lada tampaknya merupakan terusan (kanal) yang dapat dilintasi kapal-kapal antara Muara Telaga Batang di Lhok Pu’uk (barat) dan Muara Jambo Aye (timur). “Dengan begitu, wajar bila Matang Lada dari barat sampai timurnya merupakan hunian yang ramai,” katanya.
Abdul Hamid menambahkan, beberapa batu nisan kuno yang ditemukan di wilayah timur Krueng Keureuto sampai Krueng Jambo Aye memiliki inskripsi (tulisan timbul yang diukir pada batu) dengan bahasa Arab. Antara lain pada beberapa batu nisan di Tanjong Geuleumpang, Matang Paya, Blang Pha dan Buket Batee Badan.
Temuan-temuan ini, kata Abdul Hamid, menunjukkan adanya suatu aktifitas budaya dan peradaban yang tinggi di wilayah tersebut.
Semua temuan tersebut menjadi bukti bagi suatu kehidupan yang dinamis pada zamannya. Tidak tertutup kemungkinan, kata dia, interaksi dengan dunia luar juga telah berlangsung intens. “Perkirakan ini karena ditemukan batu-batu nisan yang diidentifikasikan sebagai batu nisan khas untuk para pedagang atau pelayar,” katanya.
Semua temuan ini, Abdul Hamid melanjutkan, baik pemukiman, batu nisan, data inskripsi maupun temuan lain diharapkan dapat memperkaya sumber-sumber primer yang dibutuhkan para sejarawan dalam merekonstruksi sejarah Samudra Pasai, selain juga akan menjadi lokasi-lokasi baru bagi kegiatan penelitian sejarah.
“Dan yang diharapkan pada akhirnya adalah agar sejarah Samudra Pasai dapat terungkap dengan baik, serta memberikan makna besar bagi negeri ini untuk melangkah lebih maju ke depan. Ini adalah harapan kita semua,” ujar Abdul Hamid (imsykah.com).
«
Next

Posting Lebih Baru

»
Previous

Posting Lama