breaking

budaya

Mengibarkan Haba Aneuk Nanggroe Atjeh (HANA). Diberdayakan oleh Blogger.

NATIJAH

NATIJAH

HUKUM DAN KRIMINAL

HUKUM DAN KRIMINAL

NANGGROE

NANGGROE

atjeh

atjeh

nasional

nasional

SYA'E

clean-5

HADIH MAJA

/ / Unlabelled / Menilik Sejarah Perkembangan Islam di Tanah Dayak Mandomai Kalimatan Tengah

Share This

Menilik Sejarah Perkembangan Islam di Tanah Dayak Mandomai Kalimatan Tengah
SEPERTI penyebaran Islam yang ada di daerah umum lainnya, Islam masuk ke daerah Mandomai melewati jalur perniagaan, pedagang dari daerah Kuin, Bandarmasih (Banjarmasin sekarang) Kalimatan Selatan yang sudah terlebih dahulu memeluk Agama Islam, mereka menyiarkan Agama  Islam sambil melakukan aktifitas perdagangannya.
Diperkirakan Islam masuk ke daerah Mandomai sekitar abad ke-18, para penghuni “huma hai” pun tertarik dengan ajaran Islam yang menurut mereka sangat relevan dengan kehidupan manusia, penyebaran Islam begitu pesat di Mandomai, hal ini terbukti dari adanya pembauran budaya setempat dengan corak budaya Islam, seperti nisan makam yang berbentuk tinggi seperti sapundu (titian menuju surga menurut ajaran agama Kaharingan) berukirkan kaligrafi arab di sebuah makam seorang penghuni “huma hai” yaitu Oedjan.
Perkembangan Islam di Mandomai ini berkaitan erat dengan seorang tokoh di “huma hai” yaitu Oedjan, orang tua Oedjan berasal dari daerah Palingkau, tepatnya Doesoen Timoer Patai, Oedjan adalah anak dari Damboeng Doijoe yang juga disebut seorang Temenggung Madoedoe yang merupakan sepupu dari Soetawana.
Temenggung Madoedoe atau Damboeng Doijoe adalah anak dari Djampi yang merupakan kakek dari Oedjan yang sudah memeluk Ajaran Islam terlebih dahulu. Oedjan ini menikah dengan seorang gadis keturunan Portugis yang bernama Makaw (Saleh), dari perkawinannya ini mereka di anugerahi 9 orang anak yaitu Sahaboe, Oemar, Aloeh, Galoeh, Soci, Ali, Esah, Tarih, dan Njai.
Pesatnya perkembangan islam diderah tersebut ditandai dengan dibangunnya sarana – sarana tempat ibadah, salah satu sarana tempat ibadah di daerah itu yang menjadi sorotan publik yaitu Mesjid Al-Iklas yang dikenal dengan Mesjid empat tiang guru.
Mesjid empat tiang guru ini di prakarsai oleh empat tokoh masyarakat yaitu : Rahman Abdi bin H. Muhammad Arsyad (Kuin), Abdullah bin H. Muhammad (penghulu Mandomai), Sabri bin H.Muchtar, Sahaboe bin H. Muhammad Aspar. Nama-nama para pemprakarsa pembangunan mesjid ini terpahat di empat tiang mesjid Jami Al- Ikhlas. (Dari berbagai sumber/Misykah.com)
«
Next

Posting Lebih Baru

»
Previous

Posting Lama