breaking

budaya

Mengibarkan Haba Aneuk Nanggroe Atjeh (HANA). Diberdayakan oleh Blogger.

NATIJAH

NATIJAH

HUKUM DAN KRIMINAL

HUKUM DAN KRIMINAL

NANGGROE

NANGGROE

atjeh

atjeh

nasional

nasional

SYA'E

clean-5

HADIH MAJA

/ / Awas!! Ada Misi Kristen di Pesantren NII Al-Zaytun

Share This
Menurut Tim Investigasi MUI yang telah meneliti NII dan Ma'had Al-Zaitun sejak tahun 2002, ada tiga relasi antara NII KW 9 dengan Ma’had (Pesantren) Al-Zaytun, yaitu relasi historis, relasi kepemimpinan dan relasi finansial.
            Bukan rahasia lagi, doktrin sesat NII KW 9 di era Panji Gumilang. Siapa saja umat Islam yang di luar kelompoknya dianggap kafir, karena itu halal darahnya dan hartanya boleh dirampas sebagai harta rampasan (fa’i). Jamaahnya diperas, sebagai objek pengumpulan dana. Para anggota jamaah yang tidak berinfak dianggap berhutang. Karena itu mereka membolehkan pengikutnya untuk mencuri, merampok, berdusta atas nama agama demi memenuhi tuntunan baiatnya.
Sikap NII KW 9 itu sangat kontras dengan perlakuan Ma’had NII Al-Zaytun terhadap para pendeta, misionaris dan jemaat Kristen. Setiap akhir tahun, Panji Gumilang mewakili kampus berjuluk 'kampus Toleransi Dan Perdamaian' biasa mengirimkan kartu Natal kepada para pendeta dan pemimpin gereja. Biasanya, dari kartu Natal yang dikirimkan ke gereja ini akan direspon dengan kunjungan gereja ke Al-Zaytun.
Misalnya, tanggal 23 Desember 2009 Panji Gumilang atas nama Ma'had Al-Zaytun mengirimkan Kartu Natal yang dikirimkan  kepada Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) Tebet, Jakarta Selatan.
Menindaklanjuti kartu Natal itu, maka tanggal 3 Februari 2010  Pendeta dan Majelis Gereja HKBP Tebet bersilaturrahim ke Al-Zaytun. Panji Gumilang beserta istri dan eksponen Ma'had menyambut mesra rombongan HKBP yang terdiri dari Pendeta GHM Siaaan, Pendeta Resort HKBP Parisman Hutahaean, Kartina Simarmata Boru Raja Gukguk, Simpua O Hutabarat, Pendeta Very Siregar, Uli Hutabarat Boru Tobing, Dahlia Silitonga Boru Tobing, Ibu Majelis Sintua Sukartini Tri Rahayu Boru Matondang, dan neli Hutasoit.
Usai thawaf mengelilingi seluruh fasilitas Al-Zaytun, robongan gereja Batak ini bersilaturrahim dengan Panji Gumilang dan istrinya beserta eskponen yayasan. Di ma'had ini, ibu-ibu Majelis Gereja HKBP diberi kesempatan menyanyikan lagu-lagu rohani sebagai pujian.
Beberapa tahun sebelumnya, Sabtu, 31 Juli 2004, AS Panji Gumilang dan segenap eksponen, guru, karyawan dan ribuan santri ma'had Al-Zaytun menyambut istimewa kunjungan Pendeta Rudy Rudolf Andreas Tendean, Ketua Majelis Gereja Protestan Indonesia (GPIB) Jemaat Koinonia Jakarta. Pendeta Rudy didampingi oleh Dr. SB Silalahi (Ketua 1), John Pieter (Ketua 3), Andi Sutopo (ketua 4), Wasiyo (bendahara) dan dua ratusan anggota jemaat.
Begitu rombongan gereja memasuki Gedung Pertemuan Al-Akbar kompleks Ma'had Al-Zaytun, spontan puluhan ribu santri, guru, karyawan dan penghuni ma’had Al-Zaytun berdiri sambil bertepuk tangan riuh. Memasuki ruang pertemuan, mereka diringi tepuk tangan dan shalawat Thala’al Badru.
Acara seremonial musik full band pun digelar, lengkap dengan gitar, bass dan drum, yang pemusiknya adalah para santri. Lima orang santriwati berpakaian khas Melayu menari dengan liukan yang anggun diiringi lagu berjudul "Cindai." Para pengurus dari GPIB Koinonia mendapat kehormatan membawakan lagu gereja populer berjudul "Daud Menari."
Dalam sambutannya, Pendeta Rudy mewakili seluruh jemaat GPIB Koinonia mengucapkan selamat ulang tahun kepada Panji Gumilang, yang berulang tahun sehari sebelumnya. Sedangkan Panji Gumilang berharap agar dari jalinan Al-Zaytun Indramayu dengan Gereja Koinonia Jakarta, akan menjadi domain yang luas demi terciptanya perdamaian dan toleransi di muka bumi Indonesia.
Setelah itu, Pendeta Rudy didaulat oleh Panji Gumilang untuk naik ke podium guna menutup seremonial dengan memanjatkan doa ala Kristen. Usai memimpin doa, Pendeta Rudy kembali didaulat untuk menancapkan patok (batu asas) tanda dimulainya pembangunan asrama ke-6 bernama Kalimatun Sawa’ di Ma’had Al-Zaytun. “Kami ingin memberikan kenang-kenangan. kami akan mengajak pak pendeta dan rombongan untuk menancapkan satu patok tanda dimulainya pembangunan asrama ke-6 di Ma’had Al-Zaytun,” ajak Panji Gumilang setelah menjelaskan bahwa asrama itu dinamakan Kalimatun Sawa’ yang artinya satu kata yang sama, satu ungkapan yang sama, satu visi yang sama.
Usai prosesi peletakan batu pertama, Pendeta Rudy dan rombongan diajak memasuki Masjid Rahmatan Lil ‘Alamin. Di masjid berlantai enam yang berkapasitas 150 ribu orang jemaah itu, lagi-lagi Pendeta Rudy diminta berdoa. Doa pendeta di Masjid Al-Zaytun ini, menurut Panji Gumilang, karena masjid ini dibangun oleh orang-orang beriman. Pendeta Rudy diminta berdoa sebagai seorang umat Kristen beriman.
Untuk menindaklanjuti keakraban Ma'had Al-Zaytun dengan Gereja GPIB Jemaat Koinonia Jakarta, maka sepekan kemudian, tanggal 7 Juli 2004 Panji Gumilang dan rombongan berkunjung ke GPIB Koinonia Jakarta. Di depan altar gereja, Panji Gumilang berceramah di hadapan ratusan jemaat, menjelaskan bahwa visi dan misi Ma’had Al-Zaytun adalah sebuah lembaga pendidikan milik umat beriman (Islam) bangsa indonesia, bersetting internasional, bersemangat pesantren dan bersistem modern serta bermotto sebagai pusat pendidikan dan pengembangan budaya toleransi dan perdamaian.
Pada perayaan Idul Fitri Pesantren Az-Zaytun (13/10/2007), tim yang ditunjuk untuk mendokumentasikan seluruh kegiatan adalah orang Kristen. Dalam acara yang digelar di ruang Mini Az-Zaytun Student Opera (Mini Zateso) tersebut, Tim Kesenian Az-Zaytun menyanyikan lagu “Gereja Tua” ciptaan Benny Panjaitan. Ini dilakukan atas perintah langsung Syaikh Ma’had Panji Gumilang. (Majalah Berita Indonesia edisi 49, 26 Oktober 2007).
Kumandang lagu “Gereja Tua” di pesantren adalah hal yang sangat aneh, karena lagu ini sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan makna Idul Fitri pasca shaum Ramadhan. Apakah lagu “Gereja Tua” bisa meningkatkan iman, takwa dan aqidah para santrinya.
Hubungan Pesantren Az-Zaytun dengan para misionaris Kristen nampak terlalu berlebihan. Menyambut Natal tahun 2005, Al-Zaytun mengizinkan tamu dari Yayasan The Gideon International membagi-bagikan 1.400 Bibel secara cuma-cuma di pesantren.
Bermula dari hubungan dekat Al-Zaytun dengan pendeta dan misionaris Kristen inilah, berakibat murtadnya Saifuddin Ibrahim, salah seorang pengasuh ma'had.
Dalam testimoni 138 halaman yang ditulisnya, ustadz asal Bima NTB ini bercerita bahwa Al-Zaytun, dirinya mengajar Al-Qur'an, Hadits, Akidah, Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam dan Jurnalistik selama enam tahun sejak 1999. Sebagai orang yang sangat dekat dengan syaikhul ma’had Panji Gumilang, Ibrahim dipercaya menjadi Editor Kepala Majalah Al-Zaytun yang bertiras 30.000 eksemplar.
Dalam testimoninya, Ibrahim menjelaskan kronologi mengapa ia murtad meninggalkan Islam dan beralih profesi dari dewan guru Ma'had Al-Zaytun Indramayu menjadi seorang evangelis Kristen.
Dalam sub judul "Nubuat Syaikh," Ibrahim menulis bahwa peristiwa kemurtadan dirinya bermula pada tanggal 16 Januari 2006, ketika Panji Gumilang menyebut dirinya dengan panggilan "Pendeta Abraham." Sejak saat itu, Ibrahim lebih suka dipanggil Abraham. "Syaikh telah bernubuat untuk saya. Sejak beliau mengatakan hal itu saya semakin kacau dan pikiran tidak tentang. Itu juga sebabnya kenapa saya lebih suka dipanggil Abraham," tulis Ibrahim pada halaman 8.
Usai peristiwa itu Ibrahim mulai mendekati para penginjil Yayasan The Gideon International yang dikenalnya ketika membagi-bagikan ribuan Bibel di pesantren pada Natal tahun 2005. Ibrahim pun mulai belajar ilmu perbandingan agama kepada para misionaris dan pendeta. Singkat cerita, setelah berliku-liku mencari pintu masuk Kristen, akhirnya Ibrahim dibaptis di Semarang tanggal 7 Maret 2006. Setelah meninggalkan Islam dan dibaptis di Semarang tanggal 7 Maret 2006, ia pun rela berpisah dengan istri dan ketiga anaknya di Jepara, Jawa Tengah.
Dalam tempo 3 bulan Ibrahim murtad dari Islam. Itulah salah satu buah kedekatan syaikhul ma'had NII Al-Zaytun Panji Gumilang dengan para pendeta dan misionaris Kristen.
Bila diteliti dari testimoni tertulisnya, wawasan agama Saifuddin Ibrahim masih perlu dipertanyakan. Misalnya, dalam sub judul "Percaya Kepada Yesus," Ibrahim mengutip nas: "Al-dinu huwal aqlu, laa diina liman laa aqqla lahu. Agama adalah akal, tidak ada agama tanpa akal," yang disebutnya sebagai hadits Nabi.
Pernyataan ini sangat aneh bila ditulis oleh seorang dosen hadits. Sebagai dosen hadits di pesantren terbesar se Asia Tenggara, seharusnya dia tahu bahwa nas tersebut bukan hadits, tapi kutipan yang tidak diketahui asal-usulnya.
Para ulama ahli hadits sepakat memvonis nas tersebut bukan sabda Nabi, melainkan hadits yang tidak ada asalnya (la ashla lahu). Imam An-Nasa'idan  Syaikh Albani berkomentar bahwa hadits tersebut batil munkar. Dalam sanadnya terdapat nama Bisyir yang majhul (asing/tidak dikenal).
Ketika membuktikan ketuhanan Yesus, Saifuddin Ibrahim mengutip Al-Qur'an surat Maryam 33 sebagai pendukung. Menurutnya, ayat ini menegaskan ketuhanan Yesus karena memakai fi'il amar (kata kerja masa lampau/past tense).
"Ayat Al-Qur'an surat Maryam 33 meyakinkan saya memahami ketuhanan Yesus. Ayat ini menggenapi semua kisah Yesus yang telah berlaku. Ayat ini menggunakan Fi'il Madhi, kata kerja masa lampau, berarti kejadian kebangkitan Yesus dan hidup kembali telah terjadi lebih 2000 tahun yang lalu,".
Dengan kutipan itu, patut dipertanyakan wawasan Ibrahim terhadap Ilmu bahasa Arab. Tidak benar kesimpulannya bahwa surat Maryam 33 menyatakan ketuhanan Yesus karena menggunakan fi'il madhi. Padahal dalam ayat ini terdapat tiga kata kerja (fi'il), yaitu: "wulidtu" (fi'il madhi majhul), "amuutu" (fi'il mudhari' majhul) dan "ub'atsu" (fi'il mudhari' majhul).
Ungkapan Nabi Isa pada ayat tersebut memakai kalimat "wulidtu" (telah dilahirkan) karena peristiwa kelahirannya sudah terjadi. Sedangkan kalimat "amuutu" (akan dimatikan) dan "ub'atsu" (akan dibangkitkan) memakai fi'il mudhari' karena peristiwa kematian dan kebangkitannya belum dan akan terjadi.
Ustadz Saifuddin Ibrahim yang sekarang berganti nama menjadi Ev Saifuddin Abraham, adalah salah satu contoh korban pemurtadan akibat kedekatan syaikhul ma'had NII Al-Zaitun Panji Gumilang dengan para pendeta dan penginjil Kristen. (ahmad hizbullah mag/suaraislam).

«
Next

Posting Lebih Baru

»
Previous

Posting Lama