breaking

budaya

Mengibarkan Haba Aneuk Nanggroe Atjeh (HANA). Diberdayakan oleh Blogger.

NATIJAH

NATIJAH

HUKUM DAN KRIMINAL

HUKUM DAN KRIMINAL

NANGGROE

NANGGROE

atjeh

atjeh

nasional

nasional

SYA'E

clean-5

HADIH MAJA

/ / / Membongkar Sejarah Kristenisasi Jawa

Share This
Jauh sebelum Wali songo mendakwahkan Islam di Jawa, Sebenarnya masyarakat Jawa itu sendiri sudah kenal dengan agama Islam. Karena sejak abad ke VII M, Islam sudah di kenal oleh masyarakat Nusantara melalui wiraniagawan arab.
Meskipun Sejarah mencatat, perkembangan Islam secara pesat adalah di saat walisongo mulai menggerakan dakwahnya di pulau jawa. Sejak saat itu pula, masyarakat jawa menyatu dengan dakwah Islam, dan secara perlahan mereka mulai melupakan agama Hindu Budha.
Bahkan sejak runtuhnya kerajaan Majapahit dan disusulnya tegaknya Kerajaan Islam Demak Bintoro pada 1478 M, masyarakat jawa sudah melebur dengan Islam. Sehingga bila disebut orang jawa tidak ada kata lain selain dia pasti adalah beragama Islam.
Meskipun menurut catatan para sejarawan, Dakwah ulama saat itu terbagi menjadi dua tahap. Pertama, tahap dimana orang yang penting masuk Islam dan dia sadar kalau dia beragama Islam. Kedua, tahap dimana sebagai pemantapan iman dan syariah untuk bisa menadalami secara sempurna.
Akan tetapi tahap kedua belum juga berhasil untuk di laksanakan, Para Imprealis Barat yang di gawangi kerajaan katolik Portugis dan spanyol pada abad awal 16 M kedahuluan datang ke Nusantara. Jadi jauh sebelum kau kafir ini datang, masyarakat Jawa khususnya tak mengenal Agama Katolik dan Kristen yang sama-sama kafir.
Bahkan apabila ada orang jawa yang ikut masuk kedalam agama penjajah Kristen, Masyarakat saat itu mengatakan “wong jawa ilang jawane” artinya Orang jawa tadi hilang khas kejawaanya karena murtad dari Islam dan pindah ke Kristen.
Ketika Penjajah Katolik Portugis berhasil masuk ke Nusantara, mereka langsung mengirimkan para Misionaris ke wilayah Nusantara bagian timur seperti Maluku, Sulawesi Utara, Sangir, Talaud, Nusa Tengara, terutama Solor dan Flores.
Di ujung timur pulau jawa, tepatnya di Blambangan dan Panarukan, para misionaris Portugis sempat melakukan Kristenisasi pada 1585-1598 mereka membabtis sejumlah Orang, termasuk di antaranya keluarga kerajaan Blambangan.
Peristiwa ini merupakan pertama kalinya agama Kristen masuk ke pulau Jawa, akan tetapi sejak pertengahan 1590-an raja Blambangan semakin tidak menyukai kehadiran Portugis dan agama kristennya. Salah satunya di sebabkan kaum kafir portugis dekat dengan Ibunda raja sekaligus menjadi sainganya dalam meduduki tahta.
Penyebaran Kristen Katolik Roma berakhir ketika dari jurusan Pasuruan dan Surabaya ujung timur pulau jawa dan di islamkan pada akhir abad 17. Senjak itu tidak ada komunitas Kristen di pulau Jawa hingga datang orang orang Belanda dalam beberapa gelombang ketika memasuki abad 17 M.
            Selama hampir satu abad, Imperalis katolik portugis dan Spayol hanya berhasil mengkafirkan wilayah Maluku akan tetapi mereka sulit untuk mengkristenkan Jawa. Di olah dari buku Mengkristenkan Jawa.
            Kegagalan Kafir portugis dan Spanyol dalam mengkafirkan orang jawa untuk memeluk Katolik bukan semata mata karena kebodohan mereka yang tak bisa mengambil hati orang jawa saat itu, akan tetapi perlawanan orang jawa terhadap kafir portugis untuk membela aqidah Islam memang terpatri dalam jiwa mereka.

Kegagalan Kafir Portugis dan Perlawanan Jihad “wong Jawa” !
Saat itu, bila di sebut “wong jowo” tidak ada kata lain bahwa dia adalah umat islam, karena unsur kepatuhan orang jawa kepada para raja kerajaan sangatlah kuat. Bila para rajanya berubah agama Islam, maka konstan masyarakatnya pun berbondong bondong mengikuti. Meskipun pemahaman dan amaliyah keislamanya tak seideal masa sekarang ini.
Pakar Sejarah, Mansur Suryanegara dalam buku Api Sejarah menerangkan, setelah imperalis Katolik Portugis berhasil menangkap Sultan Tabariji dan di buang ke Goa, mereka memaksa sultan untuk masuk kedalam agama Katolik, kemudian mengganti nama baptis dengan Dom Manuel, dan sebelum wafat dipaksa meninggalkan wasiat untuk menyerahkan kedaulatan Ambon kepada pembaptisnya Jordao De Freitas 1545M. Hal ini di benarkan oleh M.C Ricklefs dalam buku Sejarah Indonesia Modern.
Akan tetapi sepak terjang kafir portugis dinilai gagal total meskipun di awal kedatangan mereka dinilai cukup mencuri perhatian kaum bangsawan. hanya saja, para perwira Islam yang sholeh mencium niat jelek kafir portugis sehingga perlawanan umat Islam di Jawa dan Nusantara umumnya pun bangkit tak terbendungkan.
Setelah kafir Portugis berhasil menguasai Goa 1497M dan Malaka 1511M, Kesultanan Demak dan Kesultanan Aceh melancarkan Jihad Fisabililah untuk merebut kembali Malaka 1512M. Meskipun Kesultanan Aceh tidak berhasil mengalahkan kafir Portugis di Malaka, akan tetapi pada 22 juni 1527M atau 22 Ramadhan 933H, Sunda Kelapa berhasil direbut kembali oleh Sunan Gunung Jati bersama menantunya Fatahilah. Kemudian sejak itu sunda kelapa dirubah dengan Fathan Mubina. Di sebut pula Jayakarta kemudian berubah menjadi Jakarta yang artinya Kemenangan Paripurna.
Di sisi lain pada tahun 1575M Kesultanan Ternate di bawah Sultan Baab Oelah mengusir Katolik Portugis, karena dinilai tidak bisa bekerja sama dengan Umat Islam dan kristenisasinya sudah meresahkan umat Islam. Sehingga mengundang kemarahan masyarkat Ternate.
Jadi, Perlawanan Umat Islam saat itu yang diprakarsai Kesultanan adalah Modal benteng utama dalam membendung Kristenisasi Portugis. Di sisi lain mereka juga bodoh dalam sikap sehingga para warga pribumi tidak simpatik.

VOC Biang Kerok Kristenisasi Jawa!
Perjalanan Imprealis barat dalam menguasai Jawa serta Nusantara secara umum, terbagi menjadi dua zaman, dan semuanya itu tidak lepas dari inti misi mereka yakni mengkristenkan negeri jajahan. Adapun perdagangan dan wilayah adalah topeng agar lebih mudah untuk memasuki sebuah negeri baru.
Imprealisme kuno dari kalangan Katolik misalnya, mendapatkan mandat langsung dari Paus Alexsander VI dengan perjanjian tordesilas Spanyol 1494, ini yang di sebut zaman pertama. Selanjutnya pemerintah kolonial Belanda yang menjadikan gerakan Protestan sebagai landasan perjuangan, mereka memasuki nusantara setelah pasukan portugis dan spanyol gagal dalam mengelabuhi pribumi.
Pada tahun 1598, para pedagang Belanda mulai datang ke Nusantara, empat tahun berikutnya di dirikanlah Verenigde Oast-Indsiche Compagnie (VOC) pada tahun 1602M , dimana VOC di bentuk dalam rangka menghindari persaingan antar kelompok pedagang Belanda.
Joh.F.Snelleman menjelaskan dalam Encyclopaedie van Nederlandsch-indie, Belanda tidak jauh beda dengan Portugis, misi untuk mengkristenkan warga jawa menjadi target penting dalam jajahan mereka.3G (Glory,Gold,Gospel) menjadi visi misi yang tak boleh terlupakan.
Bahkan VOC mendapatkan mandat langsung dari Gereja Protestan Belanda, yang waktu itu sebagai Gereja Negara untuk menyebarkan Kristen. Ini sesuai dengan pasal 36 pengakuan iman belanda 1561 yang berbunyi:
“juga jabatan itu (maksudnya tugas pemerintah) meliputi : mempertahankan pelayanan Gereja yang kudus, memberantas dan memusnahkan seluruh penyembahan berhala dan agama palsu, menjatuhkan Kerajaan Anti-Kristus, dan berikhtiyar supaya Kerajaan Yesus Kristus berkembang” demikian kami nukil dalam buku Mengkristenkan jawa.
Dari sinilah, VOC melancarkan aksinya, bahkan banyak sekali para pendeta muda Kristen Belanda yang ikut ke jawa untuk berlomba menyebarkan Kristen ke pribumi saat itu. Dan sebagian di jadkan pegawai VOC.
Sebagaimana dinyatakan dalam Bataviasche Statuten 1642, selain melaksanakan perdagangan, VOC juga harus berusaha agar orang jawa pindah ke agama Kristen Protestan-Calvinis.sehingga ada beberapa kebijaksanaan yang harus di laksanakan oleh para anggota VOC.
            Pertama : VOC memaksa orang jawa yang bekerja denganya untuk pindah ke agama Kristen Protestan,
            Kedua : Melarang orang jawa untuk melaksanakan agama Islam, sehingga mereka yang takut akan mudah meninggalkan agama nenek moyangnya dan beralih ke Kristen.
            Ketiga: Semua orang Pribumi yang telah masuk Katolik karena portugis, setelah di bawah VOC, mereka semua di paksa masuk kedalam Kristen Protestan dan Katolik di hapuskan serta di larang.
            Keempat: Pada tahun 1642 dewan gereja membuat keputusan, melarang semua Mubaligh, Kyai serta Ulama Islam untuk mengajarkan dan mendakwahkan Islam secara terang terangan. Jka melanggar mereka akan di rantai dan disiksa. Demikian diterangkan dalam Historiografi Haji Indonesia.
            Bahkan Mansur Surya Negara dalam Api Sejarahnya menjelaskan, meskipun VOC itu didirikan untuk mengatasi perekoniman dan perdagangan namun oleh Staten General di beri kewenangan untuk menyatakan Perang atau pun damai dengan Negara atau kesultanan yang di datangi. Bukan hanya itu saja, VOC digadang-gadang sebagai tombak Imperalis Barat untuk mematahkan kuasaan Ekonomi Islam dengan segenap usaha niaganya, melumpuhkan Pasar yang dibangun umat Islam sebagai media penciptaan sumber dana dan kemakmuran masyrakat Islam.
Yang jelas, VOC menjalankan metode lebih Oppres Sive and Cruel (penindas dan kejam). Sehingga hasil yang di dapatpun tidaklah signifikan. Dalam waktu dua abad, mereka hanya berhasil membuat komunitas Kristen di wilayah kota-kota besar. Hal itu juga setelah VOC berhasil menaklukkan Jayakarta dan merubah menjadi Batavia 1619M, Semarang dan Surabaya. Adapun ke desa dan pedalaman, mereka mendapatkan perlawanan yang sangat sengit dan kuat.

Bangkitnya Gerakan Jihad Melawan Kafir Kristen VOC
            Jayakarta berhasil dikuasai oleh kafir Kristen Belanda 1619M , dimana VOC sebagai promoter pergerakan Kristenisasi saat itu.Nama Jayakarta diganti dengan Batavia. Tuan J.P. Coen diangkat sebagai Gubernur Jendral 1619-1623 dan 1627-1629M . Konsepnya untuk menguatkan perniagaan VOC hanya dengan jalan “menghancurkan jalan semua yang merintangi”.
Di bawah kondisi tantangan yang sedemikian rupa, Sultan Agung dari Kesultanan Mataram dan Adipati Ukur dari Tatar UKur melancarkan Jihad Fisabililah melawan kafir Belanda ke Batavia. Serangan ini berhasil menawan banyak serdadu kafir belanda yang ditawan.
            Bukan hanya itu, Sultan Agung Tirtayasa dari kesultanan Banten juga menggerakan pasukanya untuk mengorbankan Jihad Fisabililah menuju Batavia.
Bahkan dalam membangkitkan semangat Jihad Fisabililah memerangi kaum kafir harbi Kristen belanda, datanglah Syaikh Yusuf, ulama besar dari Makasar.
            Di sisi lain, Sultan Ageng Tirtayasa memberikan bantuan militer kepada Gerakan Jihad yang dipimpin oleh Tronojoyo, gerakan ini juga mendapatkan dukungan dari kesultanan Goa Makasar Di bawah Sultan Hassanudin.1674-1680M.
            Bahkan di kesultanan Banten pun timbul perlawanan bersenjata yang di pimpin oleh kiyai Tapa pada Oktober 1750M, bahkan Cina terang terangan membantu gerakan ini. Jihad Fisabililah adalah Gerakan Fitrah dan Cemerlang Melawan Kristenisasi
Dari sini sangatlah jelas, dari dulu umat Islam selalu menjadikan Jihad Fisabililah sebagi solusi yang ideal untuk melawan gerakan Kristenisasi, karena mereka mempunyai seribu akal bulus untuk menghancurkan umat Islam.
            Sejarah mencatat, dan para manusia pilihan telah mencontohkan, serta para Mujahid kita juga telah menuai hasilnya.hanya dengan Jihad Fisabililah kaum kafir akan tersingkirkan. (voa-islam.com)

«
Next

Posting Lebih Baru

»
Previous

Posting Lama