budaya
Mengibarkan Haba Aneuk Nanggroe Atjeh (HANA). Diberdayakan oleh Blogger.
NATIJAH
NATIJAH
HUKUM DAN KRIMINAL
HUKUM DAN KRIMINAL
NANGGROE
NANGGROE
atjeh
atjeh
nasional
nasional
SYA'E
clean-5
HADIH MAJA
Ahli Forensik FKUI-RSCM: Jenglot Bukan Manusia
Posted by: Unknown Posted date: 03.30.00 / comment : 0
JENGLOT pernah
diperiksa dr Budi Sampurna DSF di bagian Forensik RSCM. Benda sepanjang 10,65
cm, menyerupai boneka menyeramkan itu memiliki bagian serupa kepala, badan,
tangan dan kaki serta rambut terurai sepanjang 30 cm. Ukuran masing-masing
tampak proporsional. Hanya saja, ukuran kuku-kuku jarinya serta taring sangat
panjang. Taring mencuat hampir sepanjang ukuran kepala, kuku juga panjang dan
meruncing hingga bukan tidak mungkin membuat bulu kuduk penonton berdiri.
"Setiap 35 hari pada Jumat Legi, kita kasih satu tetes darah dicampur
minyak javaron seperti kalau banyak orang memberikan sesaji berupa kembang atau
kemenyan,” kata Hendra.
Tak ada yang
tahu apakah darah tersebut benar-benar diminum atau tidak oleh makhluk seberat
37,2 gram itu. Menurut Hendra, dalam tubuh jenglot masih terdapat kehidupan.
Tanda kehidupan itu, menurutnya, dapat dilihat dari bola matanya yang bisa
berpindah setiap saat serta rambut dan kukunya yang memanjang. Benarkah jenglot
dan kawan-kawannya itu masih hidup atau setidaknya pernah hidup? Hendra dengan
berani mengajukan “tantangan” agar para ahli kedokteran menelitinya secara
objektif. Tampaknya gayung bersambut. Pihak forensik RSCM tertarik untuk
meneliti “kemanusiaan” jenglot. Tentu saja bukan berdasarkan ilmu klenik, tapi
secara medis berdasarkan ilmu pengetahuan. Maka pada hari Kamis, 25 September
1997 siang, makhluk jenglot dibawa ke RSCM untuk diperiksa secara medis. Ruang
forensik dan ruang rontgent RSCM mendadak penuh sesak pengunjung.
Mereka terdiri
dari paramedis, mahasiswa kedokteran, wartawan dan sejumlah pengunjung RS yang
tertarik melihat kedatangan jenglot yang ditaruh dalam kotak kayu berukir itu.
Ahli Forensik FKUI-RSCM, Budi Sampurna DSF mengatakan, pemeriksaan jenglot
dengan latar belakang seperti yang telah diketahui masyarakat luas merupakan
tantangan menarik bagi dunia kedokteran untuk membuktikannya dari segi
keilmuan. Menurut dr Budi, guna membuktikan kemanusiaan jenglot, maka akan
dilakukan deteksi dengan alat rontgent untuk mengetahui struktur tulangnya
serta pemeriksaan bahan dasar kehidupan seperti C,H,O atau proteinnya.
Untuk keperluan
tersebut, ahli forensik mengambil sampel dari bahan yang diduga sebagai kulit
atau daging jenglot serta sehelai rambutnya. Pengambilan sampel dilakuan
sendiri oleh Hendra yang saat datang ke RSCM membawa serta tiga batang hio.
"Untuk jaga-jaga, jangan-jangan ada yang kena sawab-nya (pengaruh),"
katanya perihal hio.
Dokter Djaya
Surya Atmaja kemudian memotret dan mengukur berbagai bagian “tubuh” jenglot.
Setelah itu dokter spesialis radiologi, dr Muh Ilyas memeriksa jenglot
menggunakan sinar X. Dalam pemerikasaan lebih lanjut Hendra menolak barang
koleksinya dibedah. Alasannya, jasad Jenglot akan rusak. "Akibat tidak
baik bagi kita semua," katanya.
Usai pemeriksaan
ternyata hasilnya menyatakan jenglot tak memiliki struktur tulang. Hasil
rontgent yang disaksikan puluhan wartawan, paramedis, mahasiswa praktek,
ternyata hanya menampilkan bentuk struktur menyerupai penyangga dari kepala
hingga badan. Selain itu terlihat juga jaringan kuku dan empat gigi selebihnya
tak ada. "Ada bagian jaringan serupa daging, namun kita belum bisa
memastikan apakah itu daging atau bahan lainnya," kata Muh Ilyas.
Guna mendapat
hasil lebih mendetail, maka jenglot diteliti dengan CT Scan. Ternyata jenglot
tidak memiliki struktur seperti manusia kendati kenampakan luar menyerupai
manusia. Kini pihak Forensik FKUI-RSCM masih meneliti sampel kulit/daging serta
rambut jenglot untuk mengetahui golongan darah, DNA-nya. "Memakan waktu
sekitar tiga minggu," katanya.
Menanggapi hasil
tersebut, Hendra mengatakan, "Apa pun hasilnya kita harus terima
dong," katanya. Majalah Gatra, Nomor 52/III, 15 November 1997 memberikan
laporannya mengenai jenglot. Penelitian yang dilakukan Dokter Djaja Surya
Atmaja PhD, dari Universitas Indonesia menunjukkan bahwa contoh kulit jenglot
yang diperiksa memiliki karakteristik sebagai DNA (deoxyribosenucleic acid)
manusia. "Saya kaget menemui kenyataan ini," kata Djaja, doktor di
bidang DNA forensik lulusan Kobe University, Jepang, 1995.
Namun Djaja
menolak anggapan seolah ia mengakui jenglot sebagai manusia. "Tapi sampel
yang saya ambil dari jenglot menunjukkan karakteristik manusia," katanya.
Adapun sampelnya berupa sayatan kulit jenglot berukuran setengah luas kuku,
yang mengelupas dari lengannya. Contoh kulit itulah yang kemudian ditelitinya
di Laboratorium RSCM atas prakarsa dan biaya pribadi. Spesimen seirisan kulit
bawang itu kemudian diekstraksi agar DNA-nya keluar dari inti sel. DNA
merupakan material genetik berupa basa protein panjang yang membangun struktur
kromosom. Pada inti sel manusia terdapat 23 pasang kromosom. Masing-masing bisa
dipenggal-penggal menjadi banyak lokus, satu unit yang membangun sifat bawaan
tertentu.
Djaja memeriksa
DNA Jenglot pada lokus nomor D1S80 dari kromosom 1 dan HLA-DQA1 dari kromosom
5, serta lima lokus khusus lain dengan teknik PCR (polymerase chain reaction).
Pemeriksaan HLA-DLA-DQA1 memberikan hasil positif. Artinya, spesimen Jenglot
itu berasal dari keluarga primata -bisa monyet, bisa pula manusia. Namun dari
penyelidikan atas lokus D1S80, Djaja mendapat kepastian bahwa sampel DNA itu
berkarakteristik sama dengan manusia. Temuan mengejutkan itu diperkuat dengan
kajian mesin PCR. "Hasilnya begitu, saya harus bilang apa," kata
satu-satunya ahli DNA forensik Indonesia berusia 37 tahun itu. Hendra Hartanto
gembira mendengar hasil penelitian Djaja. "Ini menyangkut peninggalan
sejarah yang berumur 3.112 tahun," katanya ketika ditemui Gatra di pameran
Gelar Benda Pusaka Jenglot, di Plaza Metro Sunter, Jakarta Utara waktu itu.
Dokter Budi
Pramono, yang pernah merontgen jenglot, terkejut mendengar hasil penelitian
Djaja Surya. "Mirip bagaimana? Harus jelas. Saya kok kurang percaya. Nanti
saya akan mengonfirmasikan langsung ke Dokter Djaja," katanya. Yang pasti,
Budi tak percaya jika jenglot dianggap hidup. "Makhluk hidup itu perlu
makan dan bernapas. Lalu strukturnya perlu tulang, jantung, paru, dan
lain-lain. Jenglot tak mempunyai itu semua," katanya.
Untuk
menjelaskan sosok jenglot secara lengkap, kata Budi, perlu diteliti lebih jauh
struktur anatominya, aspek mikroskopis jaringannya, bahkan enzim yang ada di
tubuhnya. Pimpinan RSCM sempat tertarik untuk meneliti Jenglot. Namun setelah
Budi melaporkan bahwa jenglot tak memiliki kelengkapan organ sebagai makhluk,
niat itu surut. Jenglot dianggap seperti karya mistik lainnya yang tak
mengandung tantangan ilmiah. Sampai kemudian Djaja Surya menguji DNA dari kulit
lengannya, yang ternyata berkarakteristik manusia. Tapi Djaja pun tak
memutlakkan temuannya. Bisa saja penyelidikannya meleset karena sampelnya
terkontaminasi. "Misalnya, kulit jenglot sebelumnya terkena olesan darah
manusia," katanya.
Waktu jenglot
dipamerkan, seorang bapak yang mengaku dari Salatiga yang bertanya,
"Bisakah jenglot berkembang biak?''
Pertanyaan itu
semata-mata berpangkal dari kekhawatirannya jika “makhluk ganas” (karena
makanannya darah) itu makin banyak. Tetapi Hendra menepis kekawatiran itu.
Menurut dia, jenglot hanya hidup secara gaib (roh). Artinya, kehidupan yang
dimiliki bukan seperti kehidupan makhluk hidup. Sebab, secara fisik jenglot
sebenarnya sudah mati (mumi). "Namun, dalam kematiannya itu dia masih
memiliki kekuatan,'' ujarnya. Karena itu, dia mempersilakan orang yang memiliki
tenaga dalam untuk membuktikan keberadaan "energi'' itu.
“Energi yang
terkandung di dalam jenglot betul-betul besar, sampai saya terpental beberapa
meter. Padahal, saya sudah mengerahkan kemampuan tenaga dalam untuk
meremukkannya, namun ternyata tak mampu. Wah, betul-betul luar biasa,” tutur
salah seorang pengunjung yang tak mau disebut namanya, setelah menjajal energi
yang tersimpan di jenglot yang dipamerkan di Ruang Pamer Pasarraya Sri Ratu
Jalan Pemuda Semarang.
Memang, banyak
pengunjung yang kurang percaya jenglot itu mempunyai energi supranatural.
Namun, bagi pengunjung yang mempunyai ilmu tenaga dalam atau tenaga
supranatural, baru akan mempercayainya mumi mini tersebut mempunyai energi yang
besar. Sampai-sampai mampu melemparkan pengunjung yang menjajal-nya.
Beberapa
pengunjung yang lain yang memiliki ilmu tenaga dalam ketika menguji juga
mengalami nasib serupa, terpental. Namun ada juga pengunjung yang memang tak
dibekali dasar-dasar ilmu tenaga dalam, ketika mau membuktikan energi jenglot
oleh panitia dengan terpaksa tidak diperkenankan. “Jangankan diremas oleh orang
tua, oleh anak kecil pun jenglot pasti remuk,” tutur Yehana SR, salah seorang
panitia pameran.
Tidak hanya itu,
kabar jenglot yang diduga mempunyai unsur DNA manusia dan energi supranatural
juga telah mendunia. Buktinya, salah seorang pakar foto aura dari Belanda,
yakni Ny Adri Bojoh Knijn, secara khusus datang ke Ruang Pamer Jenglot untuk
mendeteksi keberadaan energi jenglot tersebut dengan alat foto aura.
Hendra Hartanto
pemilik benda tersebut menjelaskan, soal asal-usul jenglot tersebut manusia
atau bukan, tergantung pada kepercayaan. Karenanya, jika ada pihak lain yang
mempercayai benda tersebut bukan merupakan jasad manusia sah-sah saja.
Sedangkan soal penelitian DNA, pihaknya berencana akan melakukan pengujian ke
Singapura dan Jepang.
Banyak pula
pengunjung yang meragukan jenglot sebagai makhluk mati yang mempunyai energi.
Misalnya, kapan jenglot memindahkan tangan atau kakinya. Mulai hari pertama
hingga kelima dipamerkan, empat ''pertapa sakti'' tersebut tetap dalam posisi
semula: tangan tertekuk di depan dada, kedua kaki lurus-sejajar, dengan kedua
mata terbuka.
''Katanya hidup, kok nggak bisa
berkedip-kedip?'' tanya seorang pengunjung.
Terhadap
pertanyaan itu, Hendra menjelaskan, jenglot memang tak bisa berkedip. Namun,
meskipun belum pernah memergoki, dia sering mendapati posisi kelopak mata yang
berubah. ''Suatu saat, posisi kelopak mata terbuka lebar, tapi saat yang lain
akan menurun. Saya memang belum pernah memergoki, tapi pernah mendapati kelopak
mata dalam kedua posisi seperti itu,'' ucapnya mencoba meyakinkan para
pengunjung.
Dia menambahkan,
yang dimaksud hidup dari jenglot bukan hidup seperti halnya manusia. ''Jenglot
itu mumi, dan 'kehidupannya' ada dalam kematiannya itu. Jenglot hanya hidup
secara gaib (roh)(roh/Berbagai Sumber).
Tagged with:
nasional
Unknown
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
Popular Posts
-
Wasiat Endatu Wangsa Acheh, Nabi Khiddir As, Pada Syèch Abdul Rauf Syiah Kuala Dan Sulthan Iskandar Muda di Istana Kutaraja, Tersurat dalam Naqal SyècBahwa lebih kurang dalam tahun 1260 H. Negeri Acheh akan ditimpa bala bencana Bahwa dalam tahun 1320 H. Negeri Acheh dikalahkan ...
-
Menyusuri Makam Raja JeumpaMengawali sejarah Kabupaten Bireuen, dulunya dikenal wilayah Jeumpa. Baru setelah pemekarannya dengan kabupaten induk yakni Aceh Utara, ...
-
YasinTa baca yasin oeh lheuh seumbahyang bak jum'at malam yang that mulia Nue peu trang hate ban mandum insan yang baca Qu'ran...
-
Teukeujetdi tengeh malam yang sangat leupi. ureng ka suyi tanle suara. teuduk ln sidroe termenung diri. pukeh na aRti hudep lam doya. ba...
-
Seulamat Thoen Baroe 1435 HAssalamu'alaikum, wareh ngon rakan Tapujoe Tuhan, Nyang Maha Esa Keu Rasulallah, Seulaweut Salam Sahbat seukalian, dan keuluarg...
-
Bireuen 600 Tahun Silam Bukan LegendaBerbagai legenda tentang Jeumpa dan Bireuen sering didengar dan dituturkan. Tapi, yang satu ini di luar itu semua. Ia adalah penanda...