budaya
Mengibarkan Haba Aneuk Nanggroe Atjeh (HANA). Diberdayakan oleh Blogger.
NATIJAH
NATIJAH
HUKUM DAN KRIMINAL
HUKUM DAN KRIMINAL
NANGGROE
NANGGROE
atjeh
atjeh
nasional
nasional
SYA'E
clean-5
HADIH MAJA
Home
/
/ Unlabelled
/ SBY Akan Cabut Qanun Bendera dan Lambang Aceh
SBY Akan Cabut Qanun Bendera dan Lambang Aceh
Posted by: Unknown Posted date: 01.41.00 / comment : 0
BANDA
ACEH - Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi untuk mengevaluasi penertiban
Qanun Nomor 3 tahun 2013 tentang Bendera dan Lambang Aceh. Bahkan SBY
mengisyaratkan akan melakukan pencabutan qanun tersebut.
"Saya
kira bisa demikian (cabut qanun). Kita melihat bahwa peraturan daerah dimanapun
itu tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang
lain," ujar Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha, kepada wartawan di
Kantor Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Kamis (11/4/2013).
Julian
menjelaskan bahwa Undang-undang (UU) Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan
Aceh dalam Pasal 246 ayat 4 disebutkan bahwa bendera yang dianggap sah adalah
bendera merah putih.
"Meskipun
daerah termasuk Aceh bisa memiliki bendera daerah, namun itu adalah bendera
yang melambangkan unsur keistimewaan atau kekhasan, bukan simbol kedaulatan
atau mewakili kedaulatan," papar Julian.
Selain
Undang-undang, lanjut Julian, untuk mempertegas dibuat Peraturan Pemerintah
Nomor (PP) 77 tahun 2007 dimana dalam Pasal 6 ayat 4 disebutkan bahwa bendera
daerah tidak mewakili atau tidak mencerminkan lambang organisasi perkumpulan
dari gerakan separatis yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Dan
itu (Perda Aceh) tidak sejalan dengan dua hal tadi (UU dan PP). Kita tidak
bicara soal mana tingkatan yang lebih tinggi tapi ini bertentangan dengan
Undang-undang," tegasnya.
Julian
menambahkan bahwa pencabutan Perda bukanlah hal yang baru dilakukan oleh
Pemerintah Pusat. Selama ini sudah banyak Perda yang dibatalkan oleh
pemerintah. Namun, sebelum melangkah pada upaya pencabutan Perda Aceh, Julian
mengatakan masih ada waktu satu minggu setelah adanya kesepakatan untuk tidak
mengibarkan bendera GAM di Aceh selama 15 hari.
"Mendagri
sudah membicarakan dengan baik dengan Pemerintah Aceh dan terus dikomunikasikan
untuk mencari jalan penyelesaian dan solusi yang paling tepat agar pada saatnya
nanti, menerima solusi yang berlaku untuk semua," ujarnya.
Sementara
Ketua Komisi A DPR Aceh, Adnan Beuransyah sebelumnya mengatakan jika Mendagri
atau Pemerintah Pusat akan membatalkan Qanun Nomor 3 tahun 2013 tentang Bendera
dan Lambang Aceh berarti pusat tidak berkomitmen dalam menjaga perdamaian.
“Sebab
Aceh berada dalam bingkai NKRI. Padahal komitmen bersama di Helsinki, semua
pihak akan mengwujudkan pemerintah rakyat Aceh yang demokrtis dan adil dalam
kesatuan RI. Itu saja yang kita jaga,” katanya di Gedung DPR Aceh beberapa
waktu lalu.
Karena
itu, dia berharap Pemerintah Pusat membiarkan apa yang ada saat ini untuk
menjaga keadaan yang kondusif. “Kalau ini dibiarkan maka rakyat tidak akan
ribut. Sebaliknya kalau ini ditantang, maka rakyat akan bangkit. Ketika rakyat
bangkit, Kami tidak bisa kontrol dan akan terjadi kekacauan. Yang jelas kami berharap dengan pengesahan
bendera ini tidak terjadi konflik apapun di Aceh. Itu yg kita harapkan,”
paparnya.
Namun,
jika Pemerintah Pusat tetap mendesak untuk dirubah, dia mengatakan DPR Aceh
tidak lagi pada posisi merubah. “Karena itu sudah selesai kita lakukan,”
tegasnya. Semua fraksi DPR Aceh secara aklamasi sudah menerima. “Bahkan mereka
dengan sambil mengucapkan bismilahirahmnirrahim, telah menerima bendera dan
lambang itu,” ujar dia.
Begitupun,
apabila Pemerintah Pusat tetap akan membatalkan Qanun Nomor 3 tahun 2013
tentang Bendera dan Lambang Aceh, maka DPR Aceh akan menggugat judicial review
ke makamah Agung. “Kalau itu dilakukan apakah ada jaminan keamanan di Aceh.
Maka perlu dilakukan pendekatan politik jauh lebih mantap ketimbang itu
(membatalkan Qanun Bendera dan Lambang Aceh). Sebab bendera ini tidak bertentangan
dengan undang-undang di Aceh,” tutupnya. (Modus
Aceh)
Tagged with:
Unknown
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
Popular Posts
-
Dihalau FPI, Pengunjung Waduk Lhokseumawe yang Rayakan Tahun Baru Kocar-kacirLHOKSEUMAWE - Ratusan Santri Dayah Darul Mujahiddin Blang Weu Panjo Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe yang tergabung From Pembela...
-
Ada Sultan Terlupakan di Gampong Pande Banda AcehDALAM buku seorang antropolog bangsa penjajah yang terbit sejak lebih dari 100 tahun yang lalu sudah diutarakan, “Sejarah Aceh, begitu ...
-
Orang Aceh Di Gaji Belasan Juta Untuk Memurtadkan SaudaranyaGerakan Kristenisasi dan aksi pemurtadan semakin gencar dilakukan misionaris melalui LSM/NGO asing terhadap anak-anak dan masyarakat Aceh...
-
Ulama Aceh Imbau Warga Tidak Merayakan Tahun BaruBANDA ACEH - Ketua Majelis Ulama (MPU) Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, Abdul Rani Adian mengimbau warga untuk tidak merayakan malam...
-
Kisah Raja Ubit Dipedalaman Rimba AcehHidup terisolir selama puluhan tahun di tengah Hutan membuat keturunan Raja Ubiet tak tersentuh peradaban modern. Mereka yang dulunya mel...
-
Pendeta Muhamad Husein Hosea Gencar Misionaris di AcehMuhamad Husein Hosea Gencar pendeta asal Aceh kelahiran Sigli, Aceh Pidie, 14 Agustus 1951. Kini aktor utama misionaris untuk Aceh. Bahka...