breaking

budaya

Mengibarkan Haba Aneuk Nanggroe Atjeh (HANA). Diberdayakan oleh Blogger.

NATIJAH

NATIJAH

HUKUM DAN KRIMINAL

HUKUM DAN KRIMINAL

NANGGROE

NANGGROE

atjeh

atjeh

nasional

nasional

SYA'E

clean-5

HADIH MAJA

/ / Unlabelled / Musem Keuneunông Terlupakan Di Aceh Utara

Share This

Seiring perkembangan Zaman moderenisasi banyak peninggalan Nenek Moyang (Nek Tu) saat ini tersindir kebelangan. Padahal orang Zaman dahulu lebih mahir menghitung Bulan dari Hijjriah ke Masehi tampa menggunakan tehnologi yang canggih, hanya mengandalkan filsafah, akal pikiran serta logika, tetapi juga momen tersebut dapat dimamfaatkan hingga anak cucu.
Hal tersebut diungkap Tgk H. Hanafiah Warga Tanah Jambo Aye Aceh Utara, menurutnya Musiman atau lebih dikenal sebutan “Keuneunông”, dimana musim ini dapat dimamfaatkan sebahagian petani dan nelayan di Gampong-Gampong di Aceh Utara umumnya Aceh. Namun saat ini meraka hanya mengandal perkiraan cuaca secara teknolgi yang berkembang, akan tetapi perkiraan Keuneunông bersifat pasif dan praktis serta lebih menyakinkan mengingat orang Zaman dulu ketika melakukan suatu perbuatan terlebih dahulu mengadaptasi dengan alam disebut logika, katanya.
Secara istilah lain perkiraan cuaca hanya mengandalkan anak bulan atau awal bulan Hijjriah, dengan sebutan misalnya bulan Muharram dalam hetongan Aceh disebut dengan “marham”, kemudian bulan Safar “Sapha”, selanjutnya Rabiul Awal “mauelot”, Rabiul Akhir “maulot”,Djumadil “awai adoe maulod”, kemudian lagi bulan Djumadil Akhir “maulot keuneulheih”, Rajab “ bru’at”, Sya’ban “ brapet”, Ramdhan “puasa”, Syawal “uroe raya”, Zulka’edah “ meuapet”, dan bulan Zulhijjah “haji”, ujarnya.
“Memontum ini juga dimamfaatkan para petani atau nelayan, cuaca juga bersahabat”, imbuh Tgk, Hanafiah.
Tgk Hanafiah, menjelaskan ada beberapa musim Keuneunông, atau keunông. Sama dengan kalender masehi, Keunông dibagi dalam 12 bulan, tapi semuanya ganjil. Keunông  dua plôh lhèè, Jumadil Akhir, menurut tahun Hijriah. Pada keunông ini, biasanya padi-padi di sawah mulai menguning. Sedangkan dilaut pada musim barat ombaknya menghantiu nelayan dan sering datangnya badai.
Keunông selanjutnya adalah keunông dua ploh sa (21 Ra’jab). Pada musim ini biasanya padi di sawah mulai panen, para petani mulai memanenkan gabah serta menyamaikan bibit ditempat persemanyam untuk ditanam kembali, paparnya.
Kemudian keunông sikureung blah, biasanya keadaan iklimnya hampir sama dengan keunông dua ploh sa. Para petani mulai turun ke sawah.
Selanjutnya keunông tujoh blah, angin barat bertiup para nelayan tidak bisa melayut, krena cuaca tidak bershabat serta gelombang tinggi. Mereka hanya melakukan aktifatas didarat,.
Lalu keunông limông blah. Pada musim ini sawah-sawah sudah siap digarap dan siap tanam dan di laut mulai ada badai, jelasnya.
Pada pertengahan bulan Zulkaidah akan beralih ke keunông lhèè blah. kemudian berlanjut ke keunông siblah dan terus ke keunông sikureung.  Tgk Hanafiah menambahkan Suatu hal yang sangat ganjil, mungkin juga fenomena alam suhu sangat panas.
Sementara pada keunông tujoh ditandai dengan banyaknya anjing yang menggonggong di malam hari. Karena biasanya jatuh pada bulan Safar, pada keunong tujoh biasanya tidak diadakan acara-acara pesta pernikahan, khitanan dan lain sebagainya, karena dianggap bulan yang na’as. Berlanjut ke keunông limông, ditandai dengan mulai bertiupnya angin timur dan para nelayan mulai melaut kembali. Terus beralih ke keunông lhèè. Terakhir keunông sa, pada musim ini, hujan sangat lebat.
            Tgk H, Hanafiah menghimbau Kepada pemerintah Aceh Utara melalui dinas terkait agar mengajar tentang ilmu alam sebagaimana yang telah dipelajrikan oleh nenek monyang kita dulu, mengingat pengatahuan belajar teori Alam tampa guru hal yang sangat sulit. Bahkan kebanyakan para siwa,Mahasiswa, dan pemuda, pintanya. 
«
Next

Posting Lebih Baru

»
Previous

Posting Lama